Kamis, 22 Agustus 2013

WANITAKU YANG SUPER

Dalam Islam, ada sebuah kenyataan bahwa wanita tidak diperbolehkan menduduki posisi pemimpin, baik dari tingkat pusat bahkan sampai tingkatan terendah sekalipun. Lalu apakah ini sebuah diskriminasi? Coba kita telaah lebih lanjut...

Bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Siapapun itu, meski menurutmu dia manusia terburuk, pasti dia masih menyimpan sudut istimewa yang tidak dimiliki pihak lain.

Sebaliknya meski dia kelihatan sempurna sekalipun, tentunya dia tetap menyimpan sisi-sisi hitam dalam dirinya.

Begitu juga dengan yang terjadi antara kaum wanita dan lelaki. Dua jenis makhluk ini saling memiliki kelebihan dan kekurangan.

Terkait dengan kepemimpinan, kenapa islam tidak memberi wewenang kepada wanita untuk memasukinya.

Sebab pada dasarnya, kala mereka bersikap, mereka lebih mengedepankan apa yang ada didepannya, berbeda dengan lelaki, ia lebih memikirkan akibat apa yang akan terjadi dibelakangnya.

Berbeda dengan lelaki, Wanita lebih mengedepankan perasaannya ketimbang logika kritisnya.

Lelaki dalam bertindak, tiada pernah menggubris omongan orang, yang terpenting baginya adalah apa yang dicita-citakan terwujud. Meski banyak yang mencerca, ia akan senantiasa tutup kuping rapat-rapat.

Wanita dalam hal ini, karena lebih mengedepankan perasaan, maka yang akan muncul adalah keputusan yang bermula dari perasaan. Bukan bersumber dari pertimbangan nalar kritisnya. Mereka akan 'goyang' dikala mendapatkan semprotan dari masyarakat.

Sebab pasti masyarakat tidak akan pernah banyak memuji dalam sepak terjang yang memukau daripada demikian mencerca sebab kesalahan kecil meski itu tidak disengaja.

Maka jika mereka diposisikan sebagai pemimpin, mereka akan dengan mudah menimbulkan ekses negatif di tengah masyarakat. :D

Terlepas memang ada juga segelintir dari mereka yang memiliki karakteristik yang lebih ketimbang lelaki, dalam sisi olah emosi atau pemberdayaan logika kritisnya.

Namun, Islam lebih arif menyikapi hal itu, karena saddan li dzari'ah. Sebab jika dipaksakan mereka yang super itu boleh memasuki pos-pos pemimpin pastilah mereka akan memunculkan ikhtilath, khalwah dengan lelaki dan sebagainya yang itu semua dilarang oleh agama. Ini semua demi kebaikan mereka sendiri. Tidakkah sebuah kearifan tingkat tinggi?

Disisi lain, sosok wanita juga demikian memiliki kelebihan yang tidak dimiliki lelaki.

Siapa manusia yang menjadi pembela Islam pertama kali? Siapa lagi kalau bukan wanita super yang bernama khadijah.

Siapa sosok yang kala Nabi risau memikirkan umat yang seolah tiada mau taat untuk mentahalul diri lantas ia memberikan solusi yang cerdas, "gampang saja Nabi, engkau keluar saja lalu cukur, pasti mereka semua akan ikut", terbukti setelah itu, mereka semua berbondong-bondong mencukur diri, demi melihat Nabi bertahalul. Siapa lagi ia kalau bukan seorang wanita cerdas bernama Ummu Salamah.

Sayidah Aisyah juga demikian istimewa, ia hafal diluar kepala ribuan syair jahily yang padahal kala satu saja kita coba bersama artikan, akan mampu membuat bulu kepala kita rontok. :D

Siapa lagi sosok yang oleh Allah diberi kunci syurga? Tidak lain ia adalah sosok wanita yang bernama ibu.

Sosok yang mesti dikedepankan tiga kali lebih banyak dalam penghormatan ketimbang sosok ayah? Ia adalah 'ummuka' ibumu yang ia adalah wanita!

Maka seperti tadi yang aku katakan, bahwa semuanya telah dibikinkan 'job discription' oleh Allah, antara lelaki dan wanita memiliki peran dan tugasnya sendiri-sendiri, maka jangan sampai hal demikian dianggap sebuah diskriminasi.

Indah sekali bukan, sikap Islam terhadap ummatnya??? Maka anda yang wanita, jangan lagi mau menggembar-gemborkan emansipasi, sebab 'walaysa dzakaru kal untsa' lelaki tidaklah sama dengan wanita, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing....:D:D

waAllah yatawalla al jami biri'ayatih...:)

beranda cinta jombang, 15 feb 2012

TUKANG SOTO

Tak habis pikir, manusia-manusia berotak seribu giga itu, dengan keahliannya membaca 'kitab gundul', kala aku tanya "setelah lulus mau kemana kang?" dengan santai mereka menjawab, "saya ingin berbisnis".

Jawaban yang mengingatkanku pada cerita murobbyku, tentang santri yang setelah pulang ternyata jualan soto.

Ah, kalau inginnya berbisnis, kenapa tidak dari mula saja mengambil kuliah bisnis. Barangkali sekarang ini mereka sudah jadi bisnisman yang handal.

Karena pada dasarnya, semua memiliki jalannya masing-masing. Kalau ingin perbaikan mengenai agama, ambil jurusan keagamaan. Kalau ingin jadi dokter ya monggo kuliah di kedokteran.

Terlalu haihata jika mengharapkan institusi pesantren yang nyata-nyata salaf mampu mencetak seorang dokter. Barangkali 'tukang suwuk' masih imkan. :D

Mungkin dari sampean ada yang 'mbatin' lho apa salahnya santri berbisnis?

Memang siapa yang menyalahkan jika santri berbisnis? Justru seharusnya santri harus mampu menjelma, masuk di semua elemen masyarakat. Agar mampu mewarnai kehidupan mereka.

Yang disayangkan adalah, kenapa tidak berpikir tentang bagaimana mentransformasikan 'segudang' ilmu yang telah dimiliki ketengah-tengah masyarakat luas. Tidak hanya mandeg 'lazim' teruntuk diri sendiri.

Kita tahu bahwa, almuta'adhi afdhol min allazim. Suatu hal yang menjalar lebih utama ketimbang yang stagnan, mandeg, dinikmati pribadi.

Maka sudah semestinya, kita mulai berfikir tentang transformasi keilmuan pesantren ketengah-tengah masyarakat.

Mungkin fenomena inilah yang disebut, berilmu tanpa ghiroh. Banyak ilmu tapi tiada azam untuk mendistribusikannya.

Ilmu seolah menjadi semacam pengetahuan belaka, alias maklumat. Bukan lagi merupakan mafahim yang terealitakan.

Kalau seperti ini, kenapa tidak ada sedikit saja rasa malu pada mereka pihak-pihak yang tak berilmu. Namun memiliki semangat juang yang tinggi untuk menjadi 'anfauhum linnas'

akhirnya: masih perlulah banyak belajar....:D

(istana cinta 44131)

Selaksa Masalah Pendobrak Barakah

1. Dalam hidup manusia memiliki segudang problema, karena memang dunia adalah tempat dari segala ujian.

2. Satu masalah selesai muncul masalah baru lagi. Terus seperti itu sampai si malaikat maut datang menghampiri.

3. Semua itu adalah ketentuan yang mesti kita jalani sebagai sosok khalifah dimuka bumi.

4. Masalahnya adalah tinggal bagaimana kita mencari solusi untuk tiap problem yang mengemuka kepada kita.

5. Tapi sikap manusia memang beda-beda dalam hal ini, ada yang secara gentle berani menanggung segala resiko yang muncul dari tiap masalah yang terjadi, mencari gebrakan-gebrakan solutif agar secepatnya masalah tersebut selesai. Namun ada juga yang malah lari tunggang langgang kala masalah datang menghadang.

6. Inilah satu sikap yang biasa muncul dari para pecundang, para pengecut, pihak yang bisanya cuma menyulut api masalah namun tiada berani mencari air penyelesaian untuk memadamkannya. Ini barangkali tipikal orang yang miskin rasa tanggung jawab dalam mengemban berbagai tugas, ia sangat tidak mudah menjadi pihak yang mengemban reragam amanah. La imana liman la amanata lah. J 7. Sebenarnya yang mesti dilakukan kala kita diterpa masalah adalah mencari solusi untuk masalah terkait, karena pasti masalah serupa akan kembali muncul dikala kita menghindar dari usaha untuk menyelesaikannya.

8. Sebab memang dengan cara seperti itu Allah ta'ala memberikan pelajaran hidup teruntuk manusia, agar ia mampu tumbuh berkembang menjadi sosok manusia dewasa yang matang dalam bersikap, punya karakter pribadi yang kuat, dan memiliki idealisme dan prinsip hidup yang kokoh :D

9. Makanya sepelik apapun masalah yang menerpa kita, selayaknya kita tiada berhenti untuk melangkah maju `mencari solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak (win win solution) J, bukannya malah melangkah mundur atau berbalik arah menjauh dari impian dan visi yang telah lama kita konsepsikan di awal tahun itu. 10. Sebab yakinlah bahwa ditiap kepelikan itu, disana tersedia reragam kemudahan.. J

Akhir coretan, 'dewasa' itu bukan suatu hal yang berdasar usia, ia merupakan hasil dari proses pergulatan panjang manusia dengan sesuatu yang bernama 'masalah', maka berproseslah agar anda bisa nikmati keelokan makna dari kedewasaan suatu saat nanti.:D

Rabu, 21 Agustus 2013

Terbangkan Diri dengan Visi

Hidup ini tidaklah sesederhana layaknya apa yang terbenak di palung hati kita, ia membutuhkan segenap upaya agar mampu terjelmakan menjadi indah pada saatnya. Hidup ini tiada boleh layaknya air, sebab tabiat air tiada akan mampu mengantarkan kita menggapai bagian tertinggi dimuka bumi, ia akan terus saja berjalan mencari tempat yang lebih rendah, semakin rendah. Maka jangan sekali-kali menghiraukan ucapan orang 'hiduplah mengalir seperti air', sebab ini adalah suatu ungkapan yang bersumber dari jiwa yang kerdil, jiwa yang tak mau mengikhtiari diri menuju perbaikan kualitas pribadi kedepan. Bahkan lebih dari itu, hidup ini harus disertai sesuatu yang bernama 'visi', sebab perjalanan tanpa tujuan tiada akan memunculkan hasil yang memuaskan. Sebab keindahan takkan teraih dengan tanpa bidikan hidup yang tersusun indah dari awal. Visi ibarat peta yang dengannya kita bisa mengukur seberapa jauh telah kita lalui perjalanan panjang kita, dengan visi kita bisa memasang strategi jitu untuk melewati semuanya dengan cepat, indah dan menyenangkan. Maka mulai pikirkanlah visi hidup kamu, sebab kesuksesan kita juga di tentukan pula dengan kualitas visi kita. Visi hidup itu mesti harus bombastis, membumi, bukan visi hidup yang murahan dan tiada berkelas. Bukan, visi tidaklah sama dengan term 'tulul amal', sebab ia adalah bentuk keinginan yang terukur dan sesuai dengan kapasitas individu, tidak sekedar rencana-rencana kosong tanpa mempertimbangkan kapasitas individu. Sebab visalah yang akan mengobarkan semangat hidup kita, membakarnya sehingga kesulitan apapun tidak akan kita gubris karena kita yakin dibalik itu semua Allah telah sediakan kemudahan yang luar biasa. Dengan visi kita bisa menerbangkan diri ke dunia manapun yang kita inginkan karena ia layaknya sayap yang dimiliki burung. Al insan yathiru bi himmatih kama annathoyr yathiru bijanahaih... Akhir coretan: terbangkanlah dirimu menuju negeri impianmu dengan sayap visi yang telah kamu miliki.. Temukan keelokan yang luar biasa disana..:D @negeri antah berantah penuh cinta barakah 14:03, Jum 03-05-2013

Secoret Impian Bersama

Barangkali disudut waktu ini, aku ingin coretkan sedikit saja gumaman hatiku, yang kalau saja tidak pantas aku sampaikan, anggaplah bahwa aku hanyalah penyambung lisan, dari mereka orang-orang super, yang sholeh-sholeh lagi beriman... :)

Bagaimanapun, sebaik apapun sebuah hal, pasti akan ditemukan disana kecacatannya, ketidak sempurnaanya, selaras dengan ungkapan yang berbunyi 'nobody is perfect' takkan ada hal yang sempurna, dengan kata lain bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya sang pencipta semesta.

Lalu kini, kerap sekali ditemui, orang-orang yang dengan 'narsis'nya merasa diri paling hebat, merasa diri paling benar, paling alim, paing segalanya.

Sehingga dengan sikap kepedean yang 'luar biasa' itu, sering kali mengklaim lain pihak, lain orang dalam situasi dan sikap hidup yang salah, keliru, dll, terkait dengan pandangan keberagamaanya.

Padahal, kalau kita tahu, dalam suatu masalah saja akan ditemukan banyak sekali hadits dan nash-nash, yg lantas di interpretasikan oleh para ulama sehingga mampu menelurkan aneka rupa produk ijtihady dan istinbaty.

Artinya bahwa, diferensiasi dalam hal-hal itu sungguh sangat manusiawi, dan tak perlu lagi untuk dibincang ributkan.

Kala zaman sahabat saja, sudah kerapkali pandangan dalam mengambil keputusan, seringkali tidak hanya terdiri dari satu warna saja, bahkan wewarna itu selayaknya pelangi, yang meski beda, tetap menyatu lukiskan keindahan di bentang langit.

Semisal, dikala kanjeng nabi memerintahkan Bani Quraizhoh untuk tidak melaksanakan shalat Ashar kecuali setelah tiba didesa tempat tinggal mereka. Ternyata ditengah perjalanan, mereka terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu melaksanakan shalat Ashar, sementara kubu yang lain, mengakhirkannya sampai tiba ditempat tujuan.

Lantas apakah Nabi mengklaim satu kubu yang benar, tidak. Bahwa kedua belah kubu itu mendapatkan ridlo dari beliau. Artinya bahwa kedua kubu tersebut berpandangan dengan sudut pandang yang benar.

Jadi, tidak selayaknya kita memiliki pandangan bahwa kelompok kita lebih dari yang lain dan mengecap kelompok lain penuh dengan kesesatan, kekurangan.

Jangan sampai dengan gampangnya lisan ini mentafsiq, mentakfir, mentabdi, menganggap kelompok lain keliru. Inilah sikap yang kata ulama termasuk sikap ekstrim dalam beragama, tafrith dan ifroth.

Dikatakan bahwa seorang santri, kala semakin bertambah cerdas dan mengerti tentang ragam pendapat, semakin sedikit penjustifikasian 'keliru' pada masyarakat.

Pandanganku benar, mungkin saja masih memuat kesalahan, sebaliknya pandanganmu salah, tidak juga menutup kemungkinan memuat kebenaran.

Lebih dari itu, bahwa seharusnya sikap merasa diri ini 'sama' dalam keimanan, selalu dipupuk sedemikian rupa agar tumbuh dan berkembang sehingga diharapkan Ikatan universal dibawah langit agama akan tercipta. Sehingga nuansa Islam yang satu, yang menyatu, akan demikian membumi.

Ibarat sebuah tim sepak bola, kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda, katakan bahwa kelompok ini bertugas menyerang, kelompok yang lain ada yang bagian pertahanan, kiper, dst. Sehingga impian bersama, yakni terciptanya 'gol-gol indah' dalam hidup akan segera terealisasi.

Yakinlah, bahwa perbedaan bukanlah suatu penghalang untuk kita meraih kesuksesan itu, jika saja rasa 'sama' dalam temali-Nya senantiasa kita tumbuh-kembangkan bersama.

Semoga kan mengindah pada waktunya...tidak hanya menjadi secoret impian yang tak terwujudkan.

;pelataran noktah desember,18:12:2012 :D:):D

Sang Pencahyaku

Jika saja cahyamu tak kau sinarkan ke legam sukmaku, pastilah hingga kini aku tersesat didalam kubang keputus harapan...

Jika saja kalam arifmu tak kudengar di tiap shubuhku, tak mungkin ragaku kuat tuk menanggung gulana yg kian membuncah merongrong jiwaku...

Aku menahan sesak kala melihat cuat cahya yg engkau berikan di setiap waktu

Engkau sosok penggerak yang tak seperti mereka menudingkan telunjuk menyuruh ini itu, namun mereka sendiri tak tergerak.

Engkau kerahkan semuamu demi memutihkan hitamnya... Engkau korbankan kebahagiaanmu untuk mencipta tawa riang di relung jiwa mereka...

Ah bagaimana bisa, sesosok sepertimu, membagi satu raga untuk dua umat, sampai kini? Kalau bukan jiwa pejuang, takkan mungkin itu berjalan hingga kini

maafkanku yang tak kuasa menunjukkan cintaku dalam elok lakuku...

Akuiku sebagai pengais arifmu sampai nanti sampai ku mati...

(singgasana cinta, 28Des2012)

Mozaik Kehidupan

D alam sebuah perjalanan kehidupan, kita akan memiliki serpihan-serpihan semacam mozaik, yang jika kita susun akan membentuk suatu lukisan yang elok sekali.

Serpihan itu tidak semestinya berasal dari satu bentuk dan warna, bahkan ia merupakan perpaduan yang apik antara beragam bentuk dan warna.

Adakalanya warna itu hitam, terkadang putih, juga mungkin memuat wewarna pelangi, mejikuhibiniu.

Kemungkinan bentuknya lurus memanjang, atau kalau tidak sedikit berkelok, bahkan terkadang menyerupai benang ruwet, mbulet, yang seolah susah sekali di urai.

Namun, dengan kombinasi semua bentuk dan warna tadi, lukisan kehidupan kita akan terlihat demikian indah sekali.

Bayangkan jika yang ada hanyalah warna putih dan garis-garis lurus saja. Ia akan nampak 'kurang menarik' untuk dilihat.

Maka sudah semestinya kita tidak lagi perlu merasa risau. Tentang hari ini, esok dan nanti.

Bahwa kehidupan ini, sudah semestinya mengalami pasang surut.

Terkadang hidup terasa lurus, tiada beban dan masalah. Namun di lain waktu kita pun akan mengalami reragam masalah yang mungkin mampu melenyapkan kesemangatan hidup.

Justru semua itu, harus perlahan kita lukis semaksimal mungkin. Agar nuansa indah diakhir goresan kehidupan akan terlihat menawan.

Bahkan ada sesosok yang bilang, bahwa semestinya kita berharap mendapati ujian seberat-beratnya, agar diakhir nanti akan muncul kenikmatan seelok-eloknya.

Sebuah hal, yang kurasa cukup aneh, karena pada dasarnya setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan tanpa perlu lagi mencecap pahit.

Namun entah, mungkin saja sudah suatu ketetapan, bahwa keindahan takkan pernah diperoleh tanpa didahului kesusahan.

Seperti ungkapan yang sangat populer, berakit-rakit kehulu berenang renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Dan memang jika dilihat, tiada pernah ditemukan orang sukses yang sebelumnya tidak mengalami kesusahan, kegagalan, batu-batu yang menghalangi.

Juga banyak sekali, orang yang kini biasa saja, karena memang dari dulu biasa saja.

Maka itu adalah suatu konsekuensi yang harus dijalani. Jika yang kita inginkan adalah menjadi pribadi yang tidak biasa, namun menjadi sosok yang luar biasa.

Akhir coretan, indahkan dirimu sebelum mengharap kekasih yang indah... :D:D:D pastilah kan indah pada waktunya...

Karakteristik Manusia Ala Nabi

Jika dalam ilmu psikologi manusia bisa dikelompokkan kedalam empat ragam karakter, yakni sanguin, kolerik, melankolis, dan plegmatik, maka ternyata Rasululloh SAW pun juga pernah memaparkan empat ragam karakteristik manusia.

Kala itu beliau berujar, “Mau aku kasih tahu tipikal manusia terbaik dan terjelek?”. Namun semua yang hadir terdiam, tiada seorangpun yang berani merespon pertanyaan beliau. Hingga akhirnya sesosok pemuda menyeruak memberanikan diri menjawab, “Tentu mau ya Rasulalloh”, lantas akhirnya kanjeng Nabi pun memaparkan tipikal manusia yang dimaksud.

Ia shallallohu ‘alaihi wasallam berujar, memaparkan tipikal manusia pertama dengan sabdanya, “ Man yurja khoiruhu wa yu’manu syarruhu”.

Yakni sesosok manusia yang bisa diharap membawa ekses positif dalam relasi sosial plus tidak lagi dikhawatirkan imkan melancarkan perilaku negatif, terlebih destruktif.

Ini, adalah tipe manusia ideal menurut Nabi. Dari sosoknya yang memancar hanyalah semburat cahaya, tiada kemunafikan dalam bersikap.

Kala disakiti, ia takkan membalas menyakiti, bahkan ia akan sangat gampang memaafkan segala kesalahan yang dilancarkan orang lain kepadanya. Kala ia dihina bukan balasan penghinaan yang ia cuatkan, melainkan cukup diam sebagai jawaban.

Orang tipe ini sangat hati-hati sekali dalam menjaga kredibilitas dimata orang lain. Ia akan berusaha tampil dengan performa optimal kala diserahi sebuah amanah. Meski amanah ini berupa hal yang terkesan remeh, ia akan tetap menjaganya semaksimal mungkin. Sebab ia sadar bahwa sikap amanah harus tetap dikedepankan untuk mengemban segala tugas.

“La imana liman la amanata lah”

Hidupnya didedikasikan untuk memberikan kebahagiaan sebanyak-banyaknya kepada semua orang, meski dengan itu ia harus rela kehilangan kebahagiaan pribadi.

Lalu beliau memaparkan tipikal manusia kedua dengan sabdanya, “ Man la yurja khoiruhu, wala yu’manu syarruhu”

Yakni tipe manusia yang tiada bisa diharap membawa ekses positif dalam relasi sosial, juga sangat dikhawatirkan sekali pada suatu saat berani melancarkan sikap-sikap negatif ditengah kehidupan bermasyarakat.

Manusia jenis ini adalah manusia yang memiliki strata terendah dimata Rasululloh, ia seringkali menjadi biang dari segala permasalahan yang timbul dimasyarakat.

Ia tiada mampu untuk memberikan sinar-sinar positif dalam kehidupan, justru malah seringkali membikin onar dengan pihak lain. Sehingga ialah tipe manusia yang banyak memicu terjadinya disintegrasi dalam tatanan sosial kemasyarakatan.

Ialah sosok manusia yang hobi mengevaluasi kekurangan orang lain, tanpa mau kontemplasi diri, memuhasabahi diri pribadi. Sehingga seringkali ia merasa menjadi orang yang perfect tanpa sadar sama sekali bahwa nyatanya disudut hatinya telah terjangkit virus “rumongso’ yang demikian berbahaya.

Tipikal manusia selanjutnya adalah, “man yurja khoiruhu, wala yu’manu syarruhu”. Namun tipe berikut tidak disebut secara redaksional oleh beliau Nabi, melainkan hanya secara implisit melalui interpretasi mafhum hadits.

Bahwa ia adalah tipe manusia yang masih bisa diharap membawa ekses positif, namun dilain pihak, ia masih seringkali menjadi pemicu terjadinya tindakan-tindakan negatif.

Manusia jenis ini adalah manusia yang terkesan plin-plan (inkonsisten), belum bisa all out dalam memberikan reaksi positif kepada lingkungannya.

Tindakannya juga masih sangat imkan sekali memuat motif-motif terselubung, mengandung sejenis kemunafikan, atau dengan kata lain masih ada udang di batu.

Manusia yang terakhir ialah manusia yang super pasif, yakni “ Man la yurja khoiruhu, wayu’manu syarruhu”.

Tipe manusia yang tiada bisa diharap memberi sumbangsih kepositifan terhadap pihak lain, namun disisi lain, ia pun tidak juga menjadi ‘biang’ permasalahan ditengah realitas masyarakat.

ia terkesan cuek dan apatis terhadap lingkungan sekitar. Tidak merasa tergugah untuk memberikan sedikit saja kemanfaatan teruntuk orang lain.

Hidupnya didedikasikan hanya untuk membahagiakan diri sendiri, padahal realitas menyatakan bahwa kita adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu butuh untuk bersosialisasi dan berikhtiar menjadi pribadi yang anfa’ bagi masyarakat.

Akhir coretan, kiranya bukan perkara sederhana untuk melejitkan strata diri menuju insan terbaik menurut Rasululloh, sesosok insan yang sangat respect dengan lingkungan, hidup sebagai insan sosial yang memberi kebaikan seindah-indahnya, dan sebanyak-banyaknya kepada semua orang.

Perlu usaha yang terus menerus dan berkelanjutan untuk mengejawantahkan itu semua. Siapapun kita, yang jelas kita ingin memproses diri menuju insan yang baik, insan yang membaik, dari waktu ke waktu, semoga.][

About shabieq el humaidy

Placeholder for About Me page of shabieq el humaidy