Minggu, 31 Mei 2015

Tetamu Yang Di rindukan

Duhai jiwa...Tetamu putih yang menawan, elok cahayanya telah terpendar, pesonanya yang demikian anggun pula semerbak wanginya yang lebih dari sekedar kasturi telah tercium semenjak beranda Sya'ban terlihat memekarkan senyumnya. Tetamu putih yang kata para saleh menjanjikan sebuah keindahan yang begitu nyata dan tiada tara.

Mula-mula ia akan menyuguhkan bunga-bunga maghfirah yang sungguh elok, lalu disusul dengan dedaun rahmah yang begitu semerbak dan diakhiri dengan madu pembebasan dari kobar jilat api neraka..Tidakkah kau ingin mendapatkan sedikit bagian saja dari bias cahayanya, dari mahligai pesonanya, pula semerbak wanginya?

Sebab dengan begitu, kau akan menjadi sebentuk makhluk Tuhan yang sebenarnya, kau akan dapati cawan cinta yang menggoda untukkau teguk air kebahagiaannya.Lantas sudahkah kau siapkan sesuatu demi menyambutnya?

Duhai Jiwa...Maka bersegeralah bangkit, bersiap menyambuthadirnya yang kan berikan selaksa mutiara keberkahan dalam dirimu.

Maka bersegeralah untuk menyiapkan jiwa danragamu agar putihnya bisa sedikit kau kais satudemi satu.

Agar cahayanya yang nian gemilang berhasil menyinari kelebat jiwamuSupaya tenangnya mampu membawamu dalamketenang heningan yang menirwana

Duhai Jiwa...Berikan penyambutan terbaikmu, dengan keriangan yang menggelegar, gelarkan karpet merah cintamu, pakai pakaian taqwa terbaikmu, harumkan jalannya melalui harum jiwamu.

Duhai Jiwa...Ucapkan dari hati terdalammu, marhaban selamat datang, duhai sesosok yang dirindukan, bagi sedikit saja kemuliaanmu dengan selaksa maghfirah dari Tuhan-Mu Duhai tamu agungku.

Maka hiasilah masa-masa bersamanya dengan butiran-butiran cinta dan ketaatan, satukan jiwa dan ragamu untuk mengukir senyum manisdiparas teduhnya, katakan kepadanya kata-kata yang indah dan menyenangkan, suguhkan reragam makanan dan minuman cintakasih teristimewa yang kau punya.. Hingga akhirnya ia pulang meninggalkanmu dan kau meninggalkannya dengan tangis cinta dan kebahagiaan, memikul dosa salahmu dan membagi bagimu kasih dan sayang, sehingga kaujadi hamba yang bahagia dan kemudian dimasukkan bersamanya di surga melalui pintu ar Rayyan.

30mei2015
Pujon bersinar dengan biasmu

Sabtu, 23 Mei 2015

Meraih Kemenangan Dengan Sembahyang

Sebuah bahasan yang sering disampaikan di setiap
bulan Rajab adalah terkait dengan kejadian yang
dialami oleh Sang Kinasih shallallahu alaihi
wasallam di suatu malam kala diperjalanankan
yang di kemudian hari dikenal dengan sebutan
Isra' Mi'raj.

Sebuah perjalanan yang luar biasa yang di alami
beliau shallallahu alaihi wasallam sampai kemudian
pulang dengan menenteng oleh-oleh indah tiada
tara yakni bingkisan shalat lima waktu.

Iya, shalat! Allah ta'ala menghadiahi Sang Kinasih
shalat dengan tanpa menyuruh Jibril alaihissalam
untuk memberikannya, tapi Allah sendirilah yang
kemudian memberikannya dengan mengundang
Sang Kinasih kehadapan-Nya. Beda dengan ibadah
lain yang biasanya Allah cukup memerintah Jibril
untuk menyampaikannya, seperti puasa, zakat,
haji, atau yang lain. Ini tidak lain sebab
keistimewaan shalat itu sendiri, sehingga sampai
mengharuskan Sang Kinasih untuk melakukan
persiapan hati sebelumnya dengan proses cleaning
hati yang dilakukan oleh malaikat.

Maka shalat adalah media yang sangat luar biasa
bagi mereka yang menginginkan mendapatkan
kedekatan yang indah dengan Allah azza wajalla.
Kedekatan seorang hamba dengan Sang pemilik
segala apa, yang lalu bisa membuat Allah cinta dan
peduli dengan kita. Sebab hanya dengan ibadahlah
Allah bersedia 'care' dengan kita. Tidakkah sebuah
kebahagiaan nan agung kala kita makhluk yang
sangat kecil ini mendapatkan perhatian dari Allah
Sang Maha Agung?

Di ayat terakhir surat al-Furqan Allah azza wa
jalla menyampaikan:
Katakanlah Muhammad, "Tuhanku tiada akan
mengindahkanmu jika tidak karena ibadahmu" al
ayah.

Jadi, jika kita ingin diperhatikan, diindahkan,
dipedulikan oleh-Nya azza wa jalla tiada cara lain
melainkan dengan usaha ibadah yang kita
jalankan, terlebih shalat.

Shalat memang menjadi ibadah paling urgensif
sehingga di hitung untuk pertama kalinya nanti di
akhirat. Kalau shalat dinilai oke maka yang lain
akan dianggap oke begitupun sebaliknya. Bagi kita
yang ingin menjalani proses hitung dengan cepat,
quick count, menjalankan, merutinkan, menjaga
dan fokus dalam shalat menjadi kunci yang mesti
kita ikhtiarkan.

Kita mendengar di setiap hari lima kali panggilan
shalat melalui senandung adzan muadzin yang jika
ditelisik lebih dalam mengandung arti yang
demikian luar biasa.

Hayya alassholah, mari dirikanlah shalat, hayya
alal falah, mari menuju kemenangan, memberi arti
bahwa kala kita ingin falah semestinya kita
sholah, kala yang menjadi dambaan adalah
kemenangan maka yang perlu diusahakan adalah
sembahyang. Bahkan saking pentingnya shalat,
diwaktu yang hampir ditegakkan shalat kita masih
diingatkan lagi dengan iqomat, yang disana juga
mengandung 'sholatlah supaya falah'.

Barangkali sampai detik ini shalat yang kita
jalankan masih kosong tanpa esensi, yang
katanya yang mesti dihadirkan adalah Allah
semata tapi pikiran kita tak jarang masih
gentayangan. Seringkali gagal fokus yang
seharusnya curah fokus. Tapi meskipun demikian
adanya kita tetap akan mendapatkan nilai dari
Allah, usaha kita tidak akan sia-sia. Sebab kita
memiliki Allah yang Maha pemurah, yang akan
memaklumi kelemahan kita, yang akan memaafkan
kekurangan kita, yang akan mencurahkan kasih
sayang-Nya meski kita masih belum mampu
menyenangkan-Nya.

Terakhir, seperti di ayat tadi, Allah memang akan
melihat ibadah kita, tapi kita tidak usah melihat
ibadah kita sendiri, sebab akan memunculkan sikap
'rumongso', merasa melakukan hal luar biasa.
Padahal siapa kita, sehingga merasa menjadi
siapa. Siapa kita yang cuma sekedar 'jumbleng
mlaku, WC berjalan.

Akhir catatan, mumpung masih ada sisa masa
tanam Rajab, yuk kita tanami ladang amal dengan
aneka rupa benih ibadah dan kebaikan, sebab kita
tahu bulan ini adalah bulan yang pas buat
menanam, kita rawat besarkan benih itu di masa
rawat sya'ban untuk bersama memanen raya di
masa panen penuh berkah Ramadlan yang akan
datang.

Allahumma bariklana fi rojaba wa sya'bana wa
ballighna romadlon...
#sebuah kontemplasi dari dawuh Abi Ihya'
hafizhohulloh di Rebo legian di sebuah pedalaman
pujon nan asri
14 Mei 2015

Kinasih, aku merindukanmu!

Aku tiada pernah menjumpaimu, namun entah
kerinduanku begitu memuncak dikala mendengar
namamu disebut, sifat-sifatmu dibacakan,
perangaimu disampai paparkan.

Aku cuma mengenalimu lewat cerita orang-orang,
melalui lembaran-lembaran warisan orang-orang
dulu yang merekam sedikit banyak tentang
semuamu yang aku punguti di sudut-sudut lemari.
Aku bukanlah orang yang pengalaman jatuh cinta,
namun kala aku mengenali satu-satu dari sosokmu
aku merasakan kebahagiaan yang tidak cukup
diungkap dengan rentet kata. Membuat aku
demikian gandrung mengkhayalkan meski sekejap
menatap paras putih bercahaya yang engkau
punya.

Kinasih, jujur aku begitu rindu dan penasaran
dengan sosokmu, yang menurut yang aku baca,
adalah sosok terindah dari siapa saja. Lebih dari
wajah tampan Nabi Yusuf, yang waktu kecil aku
pahami sebagai Nabi paling tampan. Tapi ternyata
salah, sebab Nabi Yusuf hanya diberi separo
keindahan langit bumi seisinya, namun engkau
diberi keindahan seluruh semesta. Yang padahal
dengan separo keindahan saja, Nabi Yusuf
berhasil menghipnotis para wanita dikala
mengupas apel hingga tidak terasa mengupas
jemari mereka sendiri. Entah seperti apa
sosokmu? Kinasih, Sahabatmu Abu Hurairah,
pernah melukiskan keindahanmu, katanya ia tiada
pernah melihat sesuatu yang lebih indah
ketimbang engkau, seakan mentari bersinar
diwajahmu. Kinasih, aku merindukanmu.
Seorang sahabatmu, disuatu malam yang indah
bertabur bintang, dengan rembulan purnama yang
menyuguhkan senyum simpul menawan, melihat
paras agungmu, maka ia takjub dan mengerti
bahwa cahaya rembulan purnama kala itu tidak
lebih indah ketimbang sorot cahaya yang
menyemburat dari wajah memesonamu. Lalu
seperti apakah Kinasih, wujudmu? Yang padahal
sekedar menatap cahaya rembulan kala purnama
saja mampu membuat mereka para penyair
menggubah deret panjang puisi indah tentang
keindahan, lantas bagaimana jika yang mereka
lihat adalah keindahanmu yang sangat besar?
Kinasih, sekujur tubuhmu bertabur keindahan
yang luar biasa, dari ujung rambut hingga ujung
kuku mengandung pesona yang tidak mudah untuk
sekedar dilafalkan dengan aksara. Kala engkau
mencukur rambut, banyak dari sahabatmu yang
mengelilingimu, tidak untuk apa dan apa, namun
hanya untuk memunguti rambut muliamu,
mengambil tsawab berkah darinya. Kinasih,
bahkan Sayyidina Khalid bin Walid sampai tak
pernah lupa menyelipkan rambut muliamu di topi
perangnya sehingga ia merasa memiliki
keberanian sepertimu. Hingga suatu saat kala
perang berkecamuk, lalu kemudian rambut muliamu
terjatuh, ia masih saja mencarinya. Bukankah ini
sebuah cinta yang luar biasa.

Ya Sidii, betapa beruntungnya, sahabatmu S.
Abdullah bin Zubair yang kala itu secara diam-
diam meminum darah bekammu, yang kemudian
engkau katakan bahwa tubuhnya tidak terkena api
neraka.

Ya Sidii, betapa bahagianya Ummi Sulaim yang
berhasil mengumpulkan keringat wangimu untuk
dijadikan parfum baginya, Yang kita mengerti
bahwa tiada parfum yang lebih wangi jika
dibandingkan keringatmu.

Ya Sidii, cintaku memang tak seperti cinta para
sahabat kepadamu, tapi ijinkanlah aku
mencintaimu dengan cinta yang sederhana.
Menyebut-nyebut sosokmu di sebagian waktuku,
menghidupkan sedikit sunnahmu yang aku mampu,
membayangkanmu melalui lembaran warisan orang
dulu. Cinta yang biasa-biasa saja yang aku punya
yang aku mampu.

Barangkali aku belum mampu untuk kemudian
mencintaimu lebih ketimbang diriku sendiri, sebab
seperti inilah aku yang lemah yang masih saja
terkubang dalam dosa dan salah. Yang padahal,
sahabatmu Zaid bin Datsanah sangat tidak suka
jika engkau terkena duri kecil saja sementara ia
bersenang-senang di kediamannya. Kinasih,
ampunkan salahku.

Kinasih, paling tidak aku ingin belajar menjadi
pecinta sejatimu, dengan melantunkan shalawat
dan salam diwaktu senggangku.

Maka, masukkanlah aku ya Rasul, menjadi bagian
'saudara' yang merindukanmu yang akan
dikumpulkan bersama sosok agungmu.

#maktabah indah nan barokah
15 Mei 2015

Kamis, 14 Mei 2015

Relasi Universal

Manusia itu diciptakan oleh Allah dengan potensi
yang demikian besar yang tidak dimiliki oleh
makhluk lain, ia dibekali akal yang dengannya ia
mengatur alam, ia juga di daulat sebagai khalifah
yang dipasrahi Allah untuk memimpin di muka bumi.
Maka sudah sepantasnyalah sebagai manusia, kita
mensyukuri seluruh pemberian Allah itu dengan
mengoptimalkan semua itu untuk mengikhtiarkan
kebaikan. Bukankah manusia terbaik adalah yang
paling memberi manfaat terhadap manusia lain?
Tapi seringkali sebagai manusia kita lupa diri
untuk menumpahkan kesyukuran dari nenikmat itu
sehingga kita tidak jarang mempergunakannya
untuk hal-hal yang tidak direkomendasikan
syariat.

Padahal jika kita terus berusaha untuk maju
mentransformasikan apa yang kita miliki kita akan
mendapatkan reward yang indah dari Allah Sang
Maha pemilik segalanya.

*

Kullun ya'malu ala syakilatih, setiap orang
melakukan hal menurut apa yang telah
dianugrahkan Allah, sebab setiap orang
dianugerahi Allah potensi yang berbeda-beda
maka semestinya tiap dari kita mengusahakan
upgrading potensi dan bakat itu secara maksimal
untuk kemudian digunakan sebagai pendukung
kejayaan agama Islam.

Bukankah Allah telah memerintahkan untuk
menyiapkan kekuatan apapun yang kita sanggupi
untuk menghadapi musuh Islam yang menghadang.
"Wa aiddu lahum mastatho'tum min quwwah", dan
siapkanlah apapun kekuatan yang kamu sanggupi
untuk mereka. Maka apapun bentuk kekuatan
yang kita miliki yang telah diberikan oleh Allah
harus kita gunakan semaksimal mungkin untuk
kepentingan Islam.

Selama ini kita mengerti agama Islam akan tetap
unggul dan tidak akan bisa diungguli, tapi orang
Islam sendiri masih belum bisa memperlihatkan
keunggulannya jika dibandingkan dengan umat
agama lain. Banyak dari kita yang masih terjebak
dengan fanatisme kelompok dan merasa menjadi
pihak yang paling benar, padahal masalahnya
masih dalam lingkup masalah yang debatable. Jika
saja masing-masing dari kita lebih
mengedepankan rasa se-Islamnya daripada terus
menerus merasa berbeda, Islam yang kokoh dan
luar biasa akan terwujud dan pastinya akan
mampu melawan gerakan mobilisasi agama lain.
Maka hal inilah yang semestinya memicu diri kita
untuk terus melakukan perubahan dan perbaikan
kualitas dan kuantitas diri agar tidak hanya
sekedar agama Islam saja yang unggul tapi juga
kita semua sebagai pemeluknya.

Jika saja ini terwujud, yakni semua orang dengan
potensinya masing-masing bahu membahu saling
mendukung, saling menutup kekurangan masing-
masing, saling berbagi kebaikan dan anugrah yang
ia miliki, merasa sebagai umat yang satu,
mengumpulkan kekuatan masing-masing menjadi
satu kekuatan yang besar, maka Islam akan
menjadi pemenang dalam pertempuran pemikiran
dan ideologi yang akhir-akhir ini berkecamuk.
Islam akan menyingkirkan ideologi murahan yang
dimana-mana kini menjadi pujaan. Islam dan
pemeluknya akan berwibawa dan ditakuti oleh
dunia. Tidak seperti kini yang dimana-mana Islam
terlecehkan tapi kita sebagai pemeluknya
bungkam seribu bahasa. Saudara se-Islam
disudutkan dinegeri minoritas kita pura-pura
tidak mendengarnya. Benar kata Nabi, umat ini
akan semakin banyak tapi mereka tidak lebih
seperti buih yang terombang-ambing dilaut,
mereka lemah, tidak memiliki prinsip yang
mengakar, mereka penakut, takut mati apalagi.
Ah, penyakit wahn barangkali sudah berhasil
menyerang mayoritas umat Muslim dewasa ini.
Mencintai dunia dan takut mati.

Akhir catatan, Inilah yang dimaksud dengan
rabithah jamiah, relasi universal. Dengannya kita
akan merasa sebagai satu jiwa, dengannya kita
semua akan bekerja sama menyusun kembali
strategi mencetak gol-gol indah, bukan berhasrat
sendirian mencetaknya. Sebab kita sadar
sepenuhnya, bahwa masing-masing dari kita
punya kelebihan dan kekurangan, sebab kita
mengerti masing-masing dari kita punya tugas
dan fungsi yang tidak sama. Tapi dengan itu, kita
bisa terus berikhtiar menyusun taktik yang cantik
demi menciptakan gol indah dimasa depan yakni
kewibawaan Islam dan muslimin...
:-):-):-):-)

#sembari kontemplasi disesiangan di beranda
dakwah kampung agrobisnis Mantung. 7022015

Ampunkan Aku dengan Semesta Rahmat-Mu

Betapa bahagianya menjadi umat kanjeng Nabi Muhammad mendapat banyak sekali kemuliaan dari Alloh. Hanya dengan "nggandol" jubah besarnya Sang Kinasih shollallohu laaihi wasallam. Salah satunya adalah bagaimana Alloh memberikan rahmat yang demikian luas bagi kita dengan membuka sekian pintu taubat. Ya, kita mengerti dan faham, manusia siapapun itu, tak terkecuali yang dinilai "saleh" dikalangan manusia tidak akan terlepas dari melakukan dosa, sebab mereka tidak seperti para Nabi yang dibekali Alloh dengan karakter ma'shum yakni terproteksi dari melakukan dosa. Maka sepantasnyalah kita terus sadar dan berhati-hati dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Jika kapan waktu kita terjerambab dalam dosa maka sebagai muslim kita harus bersegera dalam melakukan taubat, memohon ampun kepada Alloh. Toh, Alloh memiliki karakter at Tawwab (yang maha menerima taubat), al ghofur(yang maha mengampuni),dan pula ar Rohman (Yang Maha penyayang). Pastilah ia akan menerima dan mengampuni geliat dosa yang kita lakukan. Dalam suatu hadits, Sang Kinasih menyebutkan, "Barang siapa bertaubat sebelum mentari terbit dari barat Alloh akan menerima taubatnya". Maka tak usah khawatir jika kita benar-benar serius dalam bertaubat , merasa menyesal dengan perbuatan dosa yang kita lakukan pasti Alloh akan menerima taubat kita. Bahkan dalam lain hadits Sang kinasih juga memaparkan, jika saja kamu berbuat salah sampai kesalahanmu sebesar langit lantas bertaubat maka pastilah Alloh akan menerima taubatmu. Justru tidak hanya itu, bahkan Alloh akan sangat senang dengan taubat yang dilancarkan seseorang, dan rasa senang Alloh akan lebih ketimbang rasa senang seseorang yang menemukan kembali barang miliknya yang hilang. Termasuk pula sisi spesial umat Rasululloh adalah dikala seorang hamba bertaubat, Alloh akan membikin lupa malaikat yang bertugas mencatat dosanya, anggota badannya dan bekas-bekas maksiat juga dibikin lupa sehingga dikala ia bertemu Alloh pada hari kiamat ia tidak lagi memiliki apapun sebagai saksi atas dosa yang ia lakukan. Bahkan pula, sekedar perasaan sesal saja sudah tergolong taubat!, sang kinasih pernah menerangkan, "Alloh tiada tahu rasa sesal seseorang atas perbuatan dosa kecuali Alloh akan mengampuninya sebelum ia meminta ampunan dari-Nya"' Maka, meski saja kita sering berbuat maksiat, teruslah kita optimis dengan curah rahmat dan ampunan dari-Nya. sebab Ialah sebenarnya Tuhan yang bersifat Rahman, Tawwab yang dengan senang hati akan selalu memberikan rahmat dan ampunannya kepada hamba yang senantiasa bertaubat kepadanya. Robbana zholamna anfusana wainlam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin, Tuhanku, aku zholimi diriku kalaulah tidak Engkau ampuni aku dan pula kasihi aku maka sungguh aku termasuk orang yang merugi. #beranda indah pujon 30,01,15

Indahnya Bersholawat

Suatu saat dikala Nabi Adam sudah diciptakan, kemudian Alloh pun menciptakan manusia lain yang bernama Hawa'. Di suatu hari, melelalah Dewi Hawa' dihadapan Nabi Adam sehingga berhasil memunculkan rasa cinta Nabi Adam kepadanya. Maka tanpa pikir panjang Nabi Adam memohon ijin kepada Alloh agar menikahkannya dengan Dewi Hawa', "Ya Alloh, Nikahkan aku dengannya". "Lantas apa mas kawinnya?"jawab Alloh. "Entah aku tidak tahu Duhai Alloh" " Mas Kawinnya adalah kamu membaca sholawat untuk Nabi yang bernama Muhammad shallallohu alaihi wasallam". Allohumma sholli ala sayyidina Muhammad. Demikianlah betapa sungguh Alloh memulyakan Nabi kita Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam, sampai mas kawin bapak manusia yakni Nabi Adam tiada lain adalah lelantun sholawat teruntuk beliau. Maka sungguh merugilah kita yang merupakan umatnya jika kita tidak memperbanyak membacanya, menyebut-nyebut asma beliau. Bersholawat adalah hal yang menyenangkan, sebab pasti sholawat yang kita lantunkan diterima oleh Alloh subhanahu wata'ala. Beda dengan amal kebajikan yang lain yang masih belum jelas antara diterima atau justru ditolak. Bersholawat itu mengasyikkan. sebab meski hati kita lalai, hati kita tidak dihadirkan dalam membacanya kita sudah pasti mendapat pahala yang melimpah dari Alloh, bahkan Alloh menyiapkan malaikat sebesar gunung untuk memintakan ampunan kepadanya atas dosa-dosa yang kita lakukan. Bagaimana pula jika kita membacanya dengan khusyu'?. Suatu saat ada seseorang yang kehidupannya berlalu dengan banyak maksiat, akhirnya dia meninggal dunia. Setelah sepeninggalannya ada seorang temannya yang bertemu ia dalam mimpi, herannya ia sudah dimasukkan oleh Alloh kedalam surga. Diliputi rasa penasaran si teman tadi menanyakan perihal tersebut, "Akhi, bagaimana kamu bisa mendapat kenikmaatan sebesar ini sementara yang aku tahu dikala berada didunia tidak banyak amal baik yang kamu kerjakan, justru maksiatlah yang mewarnai kehidupanmu?" " Jadi suatu saat aku mendengar seorang pakar hadits menyatakan bahwa mengeraskan suara ketika bersholawat akan memasukkan orang ke surga, maka semenjak saat itu aku terus melantunkan sholawat untuk Rasululloh meski banyak maksiat yang aku lakukan". Maka bersholawatlah agar hidup kita tambah indah dan berkah, segala apa yang dicita-citakan jadi mudah, sampai suatu saat kita bisa berjumpa dengan sang kekasih Rasululloh, mendapatkan syafaatnya kelak di akhiroh. amin, kabulkan Ya Robb. Allohumma sholli ala sayyidina Muhammad.

Jujur, Ikhlas, Semangat!

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi (QS.al-
Anfal 60)

Katakanlah, "tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing, maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS.
al-Isro' 84)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Manusia layaknya seratus rombongan onta,
hampir tidak ditemukan padanya onta rahilah/
tunggangan.

Dan dikatakan, Ketika banyak bersentuhan maka
akan sedikit yang dirasakan.

Tiga prinsip beramal:

1. Seorang da'i ilallah semestinya semangat dalam
beramal tiada lain hanya karena Allah ta'ala, dan
merenungi apa yang terkandung dalam surat al
Insyirah sebagai berikut:

# ﺍﻟﻢ ﻧﺸﺮﺡ ﻟﻚ ﺻﺪﺭﻙ
Lapang dada dikala menghadapi bermacam
tantangan

ﻭﻭﺿﻌﻨﺎ ﻟﻚ ﺫﻛﺮﻙ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﻧﻘﺾ ﻇﻬﺮﻙ
Tidak merasa berat dengan beban dan tanggung
jawab

ﻭﺭﻓﻌﻨﺎ ﻟﻚ ﺫﻛﺮﻙ
Tidak merasa rendah diri, seperti yang dikatakan
oleh sayyidina Ali radliyallahu anhu, "Harga
seseorang adalah apa yang ia bisa"

ﻓﺎﻥ ﻣﻊ ﺍﻟﻌﺴﺮ ﻳﺴﺮﺍ ﺍﻥ ﻣﻊ ﺍﻟﻌﺴﺮ ﻳﺴﺮﺍ
Merasa tidak ada kesulitan dalam berdakwah sebab
dibelakang semua itu ada kemudahan yang
dijanjikan

ﻓﺎﺫﺍ ﻓﺮﻏﺖ ﻓﺎﻧﺼﺐ
Manajemen amal yang standar dan berproses
untuk menyiapkan dakwah dengan media dan
sebab-sebabnya sehingga tidak terlahir sehari
dan terkonsep satu jam secara spontan.

ﻭﺍﻟﻰ ﺭﺑﻚ ﻓﺎﺭﻏﺐ
Mencintai lillah mencintai fillah bukan mencintai
ma'allah.

2. Amal yang ia lakukan ikhlas karena Allah
semata

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: "Ikhlaskan
agamamu, amal sedikit akan mencukupimu" (HR.
Ibnu Abiddunya dan Hakim)

"Ikhlaslah kalian semua dalam amal kalian karena
Allah ta'ala, sebab sesungguhnya Allah tidak
menerima kecuali apa yang murni karena-
Nya" (HR. ad Daruquthni)

Dan telah dikatakan, "Barang siapa ikhlas karena
Allah, akan terlihat bekas keberkahannya"

3. Jujur dalam beramal karena Allah ta'ala dengan
menjauhi sesuatu yang dibuat-buat, sebab
kejujuran adalah dasar kemenangan, seperti yang
pernah disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam "Ia menang jika ia jujur"(HR. Bukhari
Muslim).

Ketiga prinsip ini yakni kesemangatan, keikhlasan
dan kejujuran adalah poros diterimanya amal
seseorang. Dengan tiga hal itu, sesuatu yang
kecil akan bernilai besar, yang sedikit akan
menjadi banyak, yang terlambat akan mengejar.
Allah ta'ala telah berfirman: " Yang demikian itu
adalah karunia dari Allah dan Allah cukup
mengetahui" (QS. An Nisa'70)

Itulah pondasi yang semestinya ditempuh para dai
yakni amal yang ikhlas yang jujur dan serius,
manajemen dan aturan dengan memperhatikan
kehati-hatian, mengumpulkan kekuatan dan
potensi hidup, memperhatikan apa yang
dibutuhkan sesuai situasi dan kondisi agar himmah
terkumpul dan tekad menguat tanpa merosot dan
kendor.

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan agar
amal bersama pada daurah ini mendapat
kesuksesan:

- Patuh terhadap pemimpin yang mengatur segala
kegiatan dan amal dengan dibantu ahlu syuro,
karena urusan bersama dibangun berdasarkan
musyawarah kecuali dalam kondisi darurat atau
satu kondisi yang ia lebih tahu dengan hal apa
yang bisa menarik kebaikan dan mencegah bahaya
menurut ijtihadnya.

-Menghormati pertemanan dan mendahulukannya
diatas kepentingan pribadi, dikatakan: "Syarat
berteman adalah kesamaan langkah"

-Memelihara apa yang diatasnya ada arah ke
obyek dakwah dengan cara mudarah yakni
menyamakan diri dengan orang lain dengan
meninggalkan kedudukan pribadi dan hak yang
terkait harta dan kehormatan lantas ia diam
karena mencegah kejelekan dan terjadinya
bahaya, bukan mudahanah, yakni melihat
kemungkaran dan kuasa untuk menolaknya tapi
tidak menolaknya karena menjaga sisi siapa orang
yang melakukan atau sisi lain seperti takut,
serakah, sungkan, atau sedikitnya kepedulian
dengan agama

Dikatakan, " Adaptasilah dengan mereka selama
kamu masih di negri mereka dan senangkanlah
mereka selama kamu masih di bumi mereka"

- Menggunakan metode pendekatan supaya
mereka ramah dan simpati dengan ucapan yang
baik, sebab firman Allah ta'ala: "Berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau
takut" (QS. Thaha 44) "serta ucapkanlah kata-
kata yang baik pada manusia" (QS. Al Baqarah 83)
- Lembut dalam beramal karena sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, "Duhai Aisyah, berlaku
lembutlah kamu, karena kelembutan tidak
terdapat dalam sesuatu pun kecuali menghiasinya
dan tidak tercerabut dari sesuatu pun kecuali
mengaibinya". (HR. Abu Daud)

- Menampakkan suluk dai lebih banyak daripada
ilmunya karena hal itulah yang akan membekas di
hati

- Tidak menganggap remeh suatu hal baik sekecil
apapun, karena sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam:" Jangan menganggap remeh sesuatu
kebaikan pun kendatipun itu kamu menemui
saudaramu dengan wajah berseri". (HR. Muslim)

sumber: Tawjih waTazwid Abi Ihya'

Ekspresikan Syukurmu!

Seperti yang sudah dimengerti bersama, bahwa sebagai muslim kita memang musti memiliki dua sayap yang dengannya kita bisa terbang menuju kesuksesan hidup didunia dan akhirat. Dua sayap tadi, tiada lain adalah sabar dan syukur.

Di coretan ini, ayo sedikit kita bahas hal terkait dengan syukur, apa sih yang dinamakan syukur? Nah, syukur itu tidak seperti yang kebanyakan orang pahami, yaitu terkait erat dengan besar pemberian, tapi syukur itu lebih melihat kepada siapa zat yang memberikan nikmat, bukan melihat nikmat itu sendiri. Jadi ibarat orang cuma dikasih sapu tangan saja, tapi ia akan simpan sapu tangan itu sebab si pemberi adalah kekasihnya. Maka apapun yang diberi Allah, kita akan senantiasa memakai dan merawatnya semaksimal mungkin sebab kita lebih melihat Allah Sang kekasih, zat yang memberikan nikmat tadi pada kita.

Lalu bagaimana cara kita buat bersyukur?, yakni adalah dengan mengerti bahwa yang memberikan nikmat itu adalah Allah, kemudian kita merasa bahagia dengannya dan menunjukkan bekas nikmat itu pada orang-orang dengan mengekpresikannya dengan melakukan sesuatu. Salah satu dari ekspresi syukur itu adalah dengan mengucapkan hamdalah di setiap hembusan nikmat yang kita rasakan, alhamdulillahirobbil alamin.. meski barangkali nikmat itu hanya sedikit, seseorang yang biasanya mendapat uang 1juta perhari tapi disuatu saat ia hanya mendapat 100ribu lantas ia mengekspresikanya dengan ucapan alhamdulillah masyaAlloh la quwwata illa billah, berarti ia telah bersyukur. Sebab dengan inilah manusia bisa mengawal lisannya, memproteksinya dari ucapan 'lho' atau apapun yang mencerminkan ketidaksyukuran.

Ekspresi syukur nikmat itu bisa tercermin dengan ragam hal menurut nikmat apa yang seseorang peroleh.

Seseorang yang banyak harta mengekspresikan syukurnya dengan kasih sayang dan berinfaq, baik itu kepada diri sendiri, keluarga, atau orang lain. Seorang yang kaya, tidak sepantasnya sampai bakhil baik kepada diri sendiri ataupun orang lain,
tidak masalah membeli rumah dan mobil atau apapun yang bagus, yang penting tunjukkan bahwa semua itu dari Allah, kurnia Allah, hadza min fadli Robbi, seperti kata Nabi Sulaiman, jangan pernah beranggapan bahwa semua itu diperoleh dari usahanya sendiri, seperti ungkapan Qarun 'aku diberi ini semua berkat ilmu yang aku punya', yang penting lagi adalah kita cinta dunia bukan untuk dunia tapi semata untuk kepentingan akhirat. Seperti apa yang telah difirmankan Allah dalam alquran surat al Qashas ayat 77:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Berbuat baik disini berarti kita tidak diperbolehkan untuk berlaku bakhil, kikir kepada manusia. Nikmati nikmat yang ada untuk kepentingan akhirat dengan kita berbuat baik. Terkait dengan kehidupan Rasulullah, kita mengerti, tidak ada orang yang lebih kaya ketimbang Rasulullah, tapi Rasulullah lebih memilih kehidupan orang miskin secara ikhtiary. Rasulullah tidak pernah menyimpan makanan
untuk esok hari, pernah suatu saat Rasulullah mendapatkan sekarung emas yang saking banyaknya sampai tidak kuat diangkat oleh pamannya, dihari itu juga emas yang banyak itu habis dibagi-bagikan kepada orang-orang. Beliau juga sering berdoa, Ya Allah hidupkan aku dengan
kondisi miskin, wafatkan aku dengan kondisi
miskin dan kumpulkan aku bersama orang-orang miskin. Kalau terkait hal itu, itu sudah sampai tingkat 'maqam', tidak seperti kita yang masih ditingkat 'hal'.

Ekspresi syukur orang yang diberi ilmu adalah dengan mau menyampaikan ilmunya kepada orang lain, menyebarkannya kepada siapapun yang membutuhkan, dimanapun dan kapanpun. Jika dulu dikatakan oleh Imam Malik, ilmu itu dihampiri bukan menghampiri, maka sepertinya jika itu diterapkan di zaman sekarang yang
banyak orang tidak lagi tertarik dengan ilmu maka tidak akan relevan, sehingga akan lebih indah jika orang yang berilmu menyediakan diri untuk jemput bola, dari pada hanya menunggu.

Ekspresi syukur seorang pejabat, adalah dengan sikapnya yang lemah lembut, adil, melakukan hal yang tidak merugikan rakyat serta tidak melakukan kezhaliman.

Akhir coretan, yuk, ekspresikan kesyukuran kita pada Allah sebab Rasulullah telah bersabda, "sesungguhnya Allah taala senang nikmatnya terlihat berbekas pada hambanya", semoga kita bisa dimudahkan untuk memproses diri menjadi orang yang bersyukur. amiin

Wallahu yatawallal jami'a biriayatih.

Shabieq El Himam
Beranda siang al Inshof...
11042015

MERENGKUH CAHAYA HATI

Manusia memiliki dua sisi yang semestinya
mendapatkan perhatian, yakni raga dan hati.
Keduanya memiliki kebutuhan supaya bisa selalu
tampil fit dan semangat.

Kita punya raga butuh untuk dijaga, diberi makan
dan dirawat dikala ia sakit. Begitu juga hati
manusia, yang pula butuh dijaga agar selamat,
butuh diberi makan agar hidup, pun butuh diberi
obat dikala sakit supaya sembuh.

Hati kita butuh dijaga dari setiap hal yang bisa
memicu datangnya penyakit, maka semestinya
kita melakukan langkah preventif agar hati kita
tidak sampai terserang penyakit, sebab kita
mengerti bahwa menjaga lebih baik dari pada
mengobati, katanya.

Menjaga hati berarti memproteksinya dari
penyakit hati, manusia dicipta memang memiliki
setting yang suka mengeluh, lemah, senang yang
instan, tapi akan sangat indah jika kita mau
memproses diri mengupgrade setting itu sehingga
tampil menjadi hati yang tidak suka mengeluh,
hati yang kuat dan tidak suka hal instan.
Juga banyak lagi virus-virus yang lain yang siap
menyerang hati kita, semacam bangga diri,
hasad, riya, sum'ah, kibir, dan lain sebagainya
yang itu mesti kita waspadai. Sebab hati adalah
tempat dimana cahaya Allah diturunkan, sehingga
ia harus disiapkan agar mampu menampung cahaya
yang demikian dahsyat dari Allah. Karena Hati
yang berpenyakit tidak akan mungkin sanggup
menangkap kucuran cahaya darinya.

Caranya yakni dengan selalu mengkoneksikannya
kepada Allah dengan banyak menyebut-Nya
dimanapun dan kapanpun, karena ini memang
tugas yang diamanahkan Allah kepada hati. Pula
memproteksinya terus sehingga aman dari ragam
penyakit hati.

Hubbuddunya juga menjadi bagian yang perlu
diwaspadai dari penyakit hati, sebab ia adalah
pangkal dari segala hal yang jelek. Tapi yang
dimaksud disana adalah mencintai dunia untuk
kepentingan dunia, jika kita mencintai dunia
untuk kepentingan akhirat maka itu adalah hal
yang manusiawi, sebab masing-masing dari kita
memang mendapat jatah dunia dari Allah. Bahkan
Allah sendiri menghimbau supaya kita tidak sampai
melupakannya.

Selanjutnya terkait menu yang mesti kita
hidangkan untuk sarapan hati adalah seperti yang
terkandung dalam doa Rasulillah yang diijazahkan
kepada Sayyidina Muadz bin Jabal, "Duhai Muadz,
Sungguh, aku mencintaimu, maka katakan disetiap
usai shalat, Allahumma a_'inni 'ala dzikrika wa
syukrika wahusni 'ibadatik, Ya Allah, tolonglah aku
agar bisa mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan
beribadah yang baik pada-Mu".

Pertama: dzikir, ingat kepada Allah. Paling tidak
dzikir dengan lisan. Karena jika hidup kita telah
dipandu dengan takbir, istirja' hauqolah, tahlil,
tasbih, dll kita akan terus terhubung dengan
Allah, yang itu selaras dengan tujuan penciptaan
manusia yakni untuk hanya beribadah kepada-
Nya.

Selaras dengan apa yang di sampaikan Abuya al
Maliki di kitab Khoshoishul Ummah al
Muhammadiyah, bahwa memperbanyak dzikir
kepada Allah akan menjernihkan akhlaq,
melenturkan watak dan membaikkan kondisi, yang
semua ini sangat terkait erat dengan hati.

Kedua: syukur, mensyukuri apapun pemberian
Allah meski sekecil apapun. Mengungkapkannya
dengan bacaan hamdalah, meneruskannya dengan
aksi ihsan kepada Allah dan manusia
Dan dalam Islam, yang dinamakan bersyukur
adalah sampai pada tingkat menjilati jemari
setelah makan, mengambil kembali makanan yang
terjatuh.

Ketiga: ibadah yang baik, shalat dengan khusyu
fokusnya, ibadah dengan niat jernih karena-Nya.
Tapi seringkali ibadah yang kita lakukan masih
hanya sekedar aksesoris. Shalat kita masih hanya
sebagai penggugur kewajiban belaka, belum
menjadi sebuah kebutuhan sebagai media 'sowan'
kepada Sang Penyayang azza wa jalla. Maka kita
mesti mau terus belajar mengupgrade kualitas dan
kuantitas ibadah kita sehingga menjadi husnal
ibadah.

Mengenai resep yang sudah terbukti mujarab
untuk menangani hati yang sakit adalah seperti
yang telah diramu oleh para ulama berikut ini:
- Tilawah al Qur'an
- Media penegak dan penyempurna shalat
- Membaca shalawat untuk Sang Kinasih shalallahu
alaihi wasallam
- Sabar
_ Tawakal
- Muhasabah, kontemplasi
- Sedekah dan infaq
- Istighfar
- Doa.

Akhir coretan, Resep itu, jika saja kita jalankan
akan sangat luar biasa. Tapi memang semua ini
tidak semudah seperti apa yang dipaparkan,
semua butuh proses dan latihan, tidak seperti
membalikkan telapak tangan,semoga Allah
memberi penjagaan sehingga hati kita selamat
dari virus yang mematikan, semoga Allah
mudahkan, merengkuh cahaya hati yang
menyejukkan.

Astaghfirullaha min qoulin bila amalin# Laqad
nasabtu bihi naslan lidzi uqumi.
Wallahu yatawallal jamia biriayatih.

Gazebo el inshaf
17 April Ceria 2015

BERDUSTA SAMA RASUL

Sebuah hal yang sangat tidak bisa dianggap sederhana, adalah sikap berbohong yang di lancarkan pada orang lain. Seperti yang dimengerti bersama bahwa masih mungkin jika seorang muslim itu pelit, atau berlaku jelek
lainnya tapi tidaklah mungkin ia berlaku dusta/bohong. Terlebih berbohong pada Rasulullah shallallahu laaihi wasallam. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
ﻣﻦ ﻛﺬﺏ ﻋﻠﻲ ﻣﺘﻌﻤﺪﺍ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ

"Barang siapa berbohong atasku secara sengaja maka diamilah neraka sebagai tempat tinggalnya"

Sebuah ancaman keras bagi kita agar jangan sampai berbuat bohong kepada Rasul, jika tidak, kita akan dijebloskan kedalam neraka.

Termasuk dari pembohongan terhadap beliau adalah meriwayatkan apa yang sama sekali tidak pernah dialami oleh beliau lalu kemudian menisbatkannya kepada beliau, entah itu berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, dan yang lainnya yang terkait dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Atau dalam musthalah hadits, kerap diistilahkan dengan hadits maudlu' (palsu).

Banyak sekali motif dibalik pemalsuan hadits diantaranya adalah usaha membantu satu sekte, seperti yang dilakukan khottobiyah yang banyak memalsukan hadits sebagai dalil atas bid'ah agama yang dilakukannya. Usaha mendekati raja dan sultan, mereka-reka hadits yanng sejalan dengan kehendak mereka. Usaha mencari rizqi dan pekerjaan. Usaha membantu mufti ketika terjadi kesalahan. Usaha mendorong manusia untuk berbuat baik. Juga usaha mendidik akhlak anak. dan lain sebagainya yang itu semua htidak bisa dibenarkan sama sekali.

Pemalsuan hadits mengemuka pada tahun 41 hijriyah. Kala itu kaum muslimin terpecah belah menjadi banyak madzhab, mereka terpecah kedalam syiah, khawarij dan kaum mayoritas. Mengemukalah bid'ah dan kepentingan hawa nafsu, sehingga mereka yang punya kepentingan sampai berani membuat-buat hadits untuk menguatkan madzhab yang mereka anut.

Berikut adalah sekelumit contoh dari hadits maudlu'
ﺍﻟﺒﺎﺫﻧﺠﺎﻥ ﻟﻤﺎ ﺍﻛﻞ ﻟﻪ
Terong dimakan berkhasiat untuk apapun
ﺑﺨﻼﺀ ﺍﻣﺘﻲ ﺍﻟﺨﻴﺎﻃﻮﻥ
Orang bakhilnya umatku adalah para penjahit
ﺍﻟﺴﻮﺍﻙ ﻳﺰﻳﺪ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻓﺼﺎﺣﺔ
Siwak menambah kefashihan lelaki
ﻣﻦ ﺣﻠﻖ ﺭﺃﺳﻪ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺍﺭﺑﻌﺎﺀ ﺻﺎﺭ ﻓﻘﻴﻬﺎ
Barang siapa mencukur kepalanya 40 Rabu, maka
ia akan jadi Ahi fiqh
Dan lain sebagainya. Bahkan seorang yahudi ketahuan memalsukan hadits sampai 12.000 hadits.

Yang amat di sayangkan adalah banyak kitab-kitab yang masyhur dikalangan pesantren yang ternyata memuat banyak hadits maudlu, padahal hadits ini tidak boleh diriwayatkan kecuali hanya untuk menginformasikan bahwa itu hadits maudlu'. Bukan tidak menghormati mereka para muallif kitab, atau kurang ajar terhadap mereka. Tapi ini adalah realita yang itu mesti harus diluruskan.

Diantara kitab-kitab yang dimaksud adalah:
-Kitab as-Syihab karya al Qodlo'i
-Kitab al-Hakim at Tirmidzi
-Kitab-kitabnya al-Waqidy seperti Futuhussyam
-Tafsir Ibnu Abbas
-Nuz_hatul majalis wa muntakhobun nafais karya
as Shofury
-Tanbihul ghofilin
-Qurrotul uyun
-Mufarrihul qolbil mahzun, ketiganya milik Abillays
as Samarqandi
-Qoshosul anbiya milik as Tsa'laby
-Durrotun Nashihin karya al Khowbawi
-Badaiuzzuhur fi waqaiqidduhur karya Ibnu iyas
-ar-Raudl al faiq fil mawaidh warraqaiqkarya al
harifisy
-washoya al imam Ali.
Bahkan suatu saat Abi Ihya, salah seorang santri Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliki, usai membeli Tafsir Ibn Abbas, diperlihatkan kepada Abuya, "Abuya, Kitab baru abuya, tafsirnya Ibnu Abbas" Dijawab Abuya, " Oh iya, kamu bakar saja!"

Barangkali kita terperanjat membaca rentet kitab populer diatas, qurrotul uyun yang menjadi rujukan santri yang ingin menikah, tanbihul ghofilin, washoya al Imam Ali, Durrotun Nashihin yang semua itu sangat akrab dengan kehidupan pesantren salaf. Tapi inilah realita yang mesti diluruskan. Sebab apapun itu jika mengkaitkannya kepada Nabi memang harus selektif benar sehingga kita tidak termasuk dari golongan orang
yang "kadzaba" kepada Sang Kinasih Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Wallahu yatawallal jamia biriayatih.
#Pojok maktabah dingin Pujon
Jumat 24 April 2015

Selepas membaca,
-Tanzihussyariah al marfuah annil akhbari
syaniah al maudluah
-Manhalul Lathif fi ushulil hadits assyarif
-Al Baits al hatsits fi bayanil wadh_i fil hadits
Wallahu a'lam bisshawwab