Rabu, 30 September 2015

PEMIMPIN PENCARI SENSASI

Pemimpin adalah panutan rakyat. Kualitas rakyat bisa dilihat dari kualitas pemimpinnya. Jika pemimpin cerdas dan bijaksana, rakyat akan cerdas dan bijaksana. Sebaliknya jika pemimpin bodoh dan suka cari sensasi, maka rakyat pun akan seperti itu juga.

Manusia jaman sekarang memang diakui hanya memikirkan kesuksesan hidup jangka pendek, menterjemahkan kesuksesan hanya dengan pekerjaan yang mapan penghasilan yang banyak. Jika pemikiran para pemimpin sama seperti apa yang biasa dipahami masyarakat secara umum seperti ini maka tunggu saja kehancurannya.

Sepertinya para pemimpin negara ini sengaja ingin menjauhkan anak bangsa dari agama dan Al-Qur'an. Disatu sisi lembaga pendidikan keagamaan non formal mencoba terus menjaga eksistensinya, berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Meski kadang penuh peluh dan terseok. Tiada pernah berharap kecuali hanya imbalan dari Allah ta'ala. Tidak pernah sama sekali ingin mendapatkan belas kasihan pemerintah untuk menggelontorkan dananya untuk operasional dan pembangunan. Disisi yang lain para pemimpin sering kali mencari sensasi dengan mengada-adakan kebijakan yang nyatanya sama sekali tidak bijak. Kebijakan sekolah lima hari sepekan jika itu benar digulirkan kiranya akan sangat sukses menggusur eksistensi TPQ, madrasah, dan lembaga keagamaan non formal lainnya. Sungguh akan sangat luar biasa wajah bumi pertiwi tanpa keberadaan lembaga-lembaga itu. Kader Islam akan kehilangan spirit keislamannya, mereka akan asing dengan Al-Qur'an, tiada bisa mengerti tata cara beribadah, tata cara berakhlaq, Yah, hubungan antara anak dan orang tua akan bertambah kacau, banyak anak yang durhaka kepada orang tua, berani menentang mereka.

Mereka para pemimpin negeri ini mengira hubungan anak dan orang tua akan menjadi harmonis hanya dengan memberikan jatah libur tambahan sabtu ahad. Tidak sesederhana itu! Ini tentang penanaman akhlaq dan norma kepada generasi bangsa. Lalu media untuk penanaman akhlaq sedikit demi sedikit di usik eksistensinya, maka tunggu saja kehancurannya.

Jangan-jangan kemudian akan juga ada kebijakan penutupan pesantren di negeri ini karena di anggap tidak lagi relevan dengan kondisi zaman modern. Siap-siap saja kami para santri disini siap berperang menghalau para pencari sensasi seperti ini!

Kaderisasi anak bangsa adalah tanggung jawab bersama. Orang tua meski ia ahli ibadah jika ia teledor terhadap pendidikan anak, menzholimi mereka dengan tidak mengarahkannya kepada pendidikan agama, sehingga anaknya dijebloskan ke neraka. Ia akan gagal masuk surga dan kemudian dijebloskan ke neraka bersama anaknya. Para pemimpin negara ini juga sama, mereka jika sampai berlaku zholim tidak membantu terus eksisnya lembaga pendidikan agama namun justru menghancurkannya dari sedikit, mereka pun akan pula dijebloskan ke neraka. Sebab rusaknya akhlaq bangsa bersumber dari ketidakbecusan mereka memimpin dan memberi kebijakan.

Maka, semoga kita terus dijaga oleh Allah dan diberikan kekuatan untuk terus menjaga eksistensi lembaga pendidikan agama yang tiada tujuan lain melainkan untuk menyenangkan Allah dan Rasululloh.

Wallahu A'lam.

Kota santri, 30 September 2015

Senin, 21 September 2015

Mengharap Nazhroh dengan Ta'rif di Hari Arofah

Ikhwany, jangan sia-siakan kesempatan bergabung bersama orang-orang yang sedang berhaji dikala wuquf di Arafah dan mengikuti mereka dengan doa dan dzikir. Semoga Allah memandang kita dengan pandangan rahmat dan memasukkan kita bersama mereka ditiap keutamaan yang mereka dapat. Mereka adalah kaum yang teman duduknya bersama mereka tiada celaka.

Sahabat yang agung Sayyiduna Abdullah Ibn Abbas berkumpul dengan orang-orang dimasjid-masjid dan Sayyiduna Ali juga telah mengakui hal itu.
Imam Bayhaqi meriwayatkan di al-Sunan al Kubro (( Bab ta’rif diselain Arofah) Ta’rif adalah kumpulnya orang-orang dihari Arofah di masjid-masjid di selain Arofah setelah Ashar hari Arofah)

(Menceritakan kepadaku...)... dari Abi Awanah ,ia berkata: Aku melihat al Hasan al Bashri pada hari Arofah setelah Ashar duduk lantas berdoa dan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla lalu orang-orang berkumpul- disatu riwayat Muslim (Ibn Ibrohim dari Abi Awanah) Aku melihat al Hasan keluar dihari Arofah dari Maqshuroh selepas Ashar lantas duduk dan ta’rif.

Dan dari Syu’bah, ia berkata: Aku bertanya kepada al Hakam dan Hammad tentang kumpulnya orang-orang pada hari Arofah di masjid-masjid, mereka berdua berkata: itu adalah perkara yang terbarukan (muhdats) dan dari Manshur dari Ibrohim an-Nakho’i, ia berkata: hal itu adalah perkara yang terbarukan. Dan dari Qotadah dari al Hasan, ia berkata: Orang yang pertama kali membuat hal itu adalah Ibnu Abbas. Al Fasawy meriwayatkannya dalam kitabnya: al Ma’rifah wa al Tarikh. Ibn al-Ja’d meriwayatkannya di musnadnya, begitu juga dituturkan di al-Mughni dan al Syarh al Kabir.

Sahnun berkata: Aku menghadiri sore hari Arofah di Masjid Jami’ Mesir, dan termasuk dari tingkah laku mereka adalah melakukannya di masjid mereka, sampai terbenamnya mentari, yakni untuk dzikir dan doa, seperti yang dilakukan Ahli Arofah dengannya. (al Taj wa al iklil li Mukhtashor kholil)

Imam al Qurthuby berkata: Tidak masalah melakukan ta’rif di masjid-masjid pada hari Arofah diselain Arofah karena menyerupakan diri dengan Ahli Arofah. Syu’bah meriwayatkan dari Qotadah dari al Hassan, ia berkata: Orang yang pertama kali membuat hal itu adalah Ibnu Abbad ketika di Bashroh. Musa bin Abi Aisyah berkata: Aku melihat Umar bin Harits khutbah pada hari Arofah dan orang-orang telah berkumpul dengannya. (Yakni diselain Arofah) dan al Atsrom berkata: Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal tentang hal itu lantas ia berkata: Aku berharap bahwa hal itu tidak masalah, hal itu telah dilakukan oleh lebih dari satu orang. al Hasan, Bakar, Tsabit, Muhammad bin Wasi’ mereka semua telah menyaksikan masjid di hari Arofah.

Segolongan orang memakruhkannya diantaranya Nafi’ maula ibnu Umar, Ibrohim an-Nakho’i, al Hakam, Hammad, Malik bin Anas, dan lainnya. Abu Bakar al-Thorthusyi al-Maliki menulis satu kitab dalam masalah bid’ah munkaroh, ia menjadikan ta’rif ini bagiannya darinya, dan berlebihan dalam mengingkarinya, ia juga menukil qoul-qoul ulama didalamnya. Abu Bakar al-Thorthusyi tergesa-gesa dalam membid’ahkan dan mengharamkan. Dan dalil-dalil semuanya berlawanan dengannya.

Ibnu Taimiyah di Iqtidho’ as-Shiroth al Mustaqim Li Mukholafah Ashab al Jahim tentang ta’rif diselain Arofah mengatakan: Orang yang merukhsoh hal tersebut mengatakan: Ibnu Abbas telah melakukannya di Bashroh ketika kekholifahan Sayyiduna Ali Bin Abi Tholib Rodliyallohu Anhuma, ia tidak mengingkarinya, dan hal-hal yang dilakukan dimasa al Khulafa’ ar Rosyidun tanpa ada pengingkaran bukanlah termasuk bid’ah. Dan orang yang mengatakan bahwa ta’rif diselain Arofah termasuk dari bid’ah munkaroh, bodoh dan sesat dari dua perspektif:

- Karena ia menganggap bid’ah dan bodoh Sayyiduna Abdullah Ibn Abbas dan Sayyiduna Ali (karena Sayyiduna Ali tidak mengingkarinya), juga pembesar Tabi’in dan pembesar Ulama’
- Karena ia tidak mengerti tentang makna bid’ah, tidak baik dalam membedakan hal makruh, munkar juga antara bid’ah hasanah dan munkaroh. Bahwa ta’rif diselain Arofah adalah bid’ah Hasanah. Hal tersebut memang secara bentuknya adalah bid’ah sebab Nabi tidak melakukan dan tidak memerintahkan, tapi hal tersebut adalah sunnah secara mendasar, sebab ia punya dasar dari syara’ dari dua sisi:

1. Rasulullah cinta dengan perkumpulan dzikir dan doa di masjid-masjid dan diselainnya dengan banyak hadits yang mencapai batas mutawatir. Salah satunya seperti sabda Rasul (yang artinya kurang lebih): Allah ta’ala berfirman: Aku menurut sangkaan hambaku denganku, dan Aku bersamanya ketika ia mengingatku pada dirinya. Jika ia mengingatku pada dirinya aku mengingatnya di diriku, jika ia mengingatku di satu kelompok, aku mengingatnya di satu kelompok yang lebih baik dari mereka. (HR. Ahmad, al Bukhori, Muslim, Tirmidzi, an Nasa’i, Ibnu Majjah, al Bayhaqi.
2. Rasulullah sangat cinta dengan penyerupaan kepada orang-orang baik, maka Beliau bersabda: Barang siap menyerupai satu kaum, maka ia bagian darinya. Haditz Hasan Shohih. (HR. Abu Daud dan Ahmad). Seperti pula penyerupaan dengan orang kafir dan fasiq adalah keburukan dan sesat, begitu juga penyerupaan dengan orang-orang shalih dan ahli ibadah, adalah satu sikap terpuji. Khususnya di hari yang agung itu, rahmat, berkah dan ampunan banyak diturunkan kepada Ahli Arofah, lantas kita menyerupai mereka, dan kita berdiam di rumah atau masjid-masjid kita layaknya mereka, mengharap ridlo Allah. Berharap semoga Allah memandang kita bersama mereka lalu merahmati kita dengan sebab mereka. Mereka adalah kaum yang teman duduknya bersama mereka tiada celaka. Lantas apa sangkaanmu dengan menyerupakan diri dengan mereka. Seperti yang dikatakan al Imam al Syahrowardi: Maka serupakanlah jika engkau tidak bisa menyamai mereka, sungguh serupa dengan orang-orang mulya adalah kemenangan. Juga dikatakan: Doa paling utama adalah doa ahli Arofah, juga dikatakan: Sesungguhnya Allah ta’ala membanggakan Ahli Arofah pada hari Arofah, kemudian Ia berfirman: Lihatlah malaikatku kepada hamba-hambaku, mereka datang dengan rambut kusut nan berdebu, mereka datang dari tiap jalan diantara dua gunung yang terjal, Bersaksilah bahwa sesungguhnya aku telah mengampuni mereka, maka mereka kembali seperti hari yang ibu mereka melahirkannya. Jika tidak diperkenankan serupa dengan orang yang dibanggakan Allah dihadapan para Malaikat, maka dengan siapa kita diperbolehkan serupa?, Rasulullah shallallahu alaaihi wasallama bersabda: Setan tidak diperlihatkan satu hari yang dihari itu ia lebih kecil, lebih terusir, lebih hina, dan lebih marah dari pada hari Arofah, Hal itu hanya karena ia melihat turunnya rahmat dan ampunan Allah dari segala dosa besar, kecuali ketika diperlihatkan hari perang badar, dikatakan: apa yang ia lihat pada saat perang badar ya Rasulallah? Rasul berkata: Sesungguhnya ia telah melihat Jibril mengatur tentara malaikat (al Muwatho’)

Maka ta’rif diselain Arofah adalah sunnah yang baik dan bukan bid’ah yang sesat, yang telah ditunjukkan oleh as Sunnah dalam motivasi menyerupai ahli ibadah dan orang shalih, dan motivasi kumpul untuk dzikir kepada Allah al Malik al Haqq al Mubin, di masjid-masjid maupun di rumah-rumah, di setiap waktu. Dan Ibadah menjadi agung dengan keagungan waktu dan tempat, seperti yang dinyatakan oleh pemimpin para Nabi.

Ini adalah sebagian nash-nash yang menjelaskan keutamaan perkumpulan dzikir kepada Allah:
فِي بُيُوتٍ أذِن اللَّهُ أنْ تُرْفَعَ ويُذْكَرَ فيها اسْمُهُ ، يُسَبِّحُ لَهُ فِيها بالغُدُوّ والآصَالِ رِجالٌ )النور(36
Artinya: Yaitu dirumah-rumah yang diberi izin oleh Allah buat ditinggikan dan disebut NamaNya. Yaitu rumah-rumah yang disucikan namaNya didalamnya baik pagi atau petang.
وقَالَ رَسُولُ اللَّهِ () : (( إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا قلت يا رسول الله وما رياض الجنة قال { حلق الذكر } المساجد قلت وما الرتع يا رسول الله قال سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر )) . رواه أحمد والترمذي وحسنه((
Artinya: Rasulullah shallallahu alaihi wasallama bersabda: Ketika kamu lewat di taman surga, maka merumputlah, Aku berkata: Ya Rasulallah, Apa itu taman surga? Beliau berkata: Halqoh Dzikir ( masjid-masjid), Aku berkata Dan apa “rumput”nya ya Rasulallah? “ Rasulullah bersabda:
)سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر(
(HR. Ahmad dan Tirmidzi, dan ia mensahihkannya)

Dan dishahih Ibnu Hibban Juz 3 Hal: 98: Bab memaparkan tentang Allah ta’ala pada hari kiamat memulyakannya dari sebab dzikirnya didunia:
عن أبي سعيد أن رسول الله قال)) يقول الله تعالى : سيعلم أهل الجمع اليوم مَنْ أهل الكرم . فقيل من أهل الكرم يا رسول الله قال أهل مجالس الذكر في المساجد )) وكذا رواه الهيثمي في موارد الظمآن ج: 1 ص: 576 وقال عنه في مجمع الزوائد ج: 10 ص: 76 ورواه أحمد بإسنادين وأحدهما حسن ورواه أبو يعلى كذلك والبيهقي وذكره المنذري في الترغيب وذكر جملة رواته ولم يعترض عليه بشيء . قال رسول الله () : (( ليبعثن الله أقواما يوم القيامة في وجوههم النور على منابر اللؤلؤ يغبطهم الناس ليسوا بأنبياء ولا شهداء قال فجثى أعرابي على ركبتيه فقال يا رسول الله حلهم لنا نعرفهم قال هم المتحابون في الله من قبائل شتى وبلاد شتى يجتمعون على ذكر الله يذكرونه )) . رواه الطبراني وإسناده حسن وروى نحوه بإسناد آخر ورجاله موثقون
Di shohih Bukhori dan Muslim:
عن أبي هريرة عن النبي () قال : (( إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ عِبَادِي قَالُوا يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ يَقُولُ فَمَا يَسْأَلُونِي قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ قَالَ يَقُولُونَ مِنَ النَّارِ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ فَيَقُولُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ )) .طسم : قلت : (( ظاهر الحديث أن المَلَائِكَة الذين يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ خاص بمجالس الذكر بنحو التسبيح والتحميد والتهليل والدعاء ... وهذا صريح في رد من ينكر ذلك فقد جاء ذلك منطوقا به في قول الله لهم : فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ عِبَادِي قَالُوا يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ ... ويسألونك .. ولم يذكر علما ولا غيره وإن جاز أن يعد ذلك من ذكر الله تعالى

. والله سبحانه وتعالى أعلم