Senin, 30 November 2015

Sang Rasul, Figur Panutan Terbaik

Nabi dalam setiap kondisi adalah panutan terbaik, hal itu telah dinyatakan Allah dalam Al-Qur'an. Laqad Kana Lakum Fi Rasulillahi Uswatun Hasanah.

Orang-orang miskin bisa menjadikan panutan Rasul dalam hidupnya, orang-orang berpunya juga bisa menjadikan Rasul sebagai panutan.

Seorang pedagang, seorang bisnisman, seorang peternak, seorang rakyat jelata, seorang pemimpin, seorang olahragawan, seorang pendidik, seorang dokter, seorang ahli kesehatan, seorang pakar ilmu sosial, seorang pakar ilmu alam, seorang psikiater, seorang ahli hukum, seorang ekonom, seorang politikus, seorang budayawan, seorang negarawan, dan semua kedudukan yang ada di masyarakat, Rasulullah adalah panutan terbaik dalam semua itu.

Rasulullah juga panutan terbaik dalam merajut rumah tangga. Seorang yang beristri satu, seorang yang tak beristri, dan bahkan seorang yang poligami bisa menjadikan Rasulullah figur panutan terbaik. Rasulullah pernah beristri satu kala bersama Sayyidah Khadijah pada rentang waktu 25 th. Rasulullah pula pernah tidak beristri selepas sepeninggal Khadijah. Juga Rasulullah pun pernah pula poligami belasan tahun.

Seseorang yang menginginkan menikah dengan wanita yang usianya jauh diatasnya tidak perlu malu, ia bisa menjadikan Rasul figur teladan. Sebab Rasulullah menikahi Sayyidah Khadijah pada usia 25 tahun, sementara Khadijah berusia 40 tahun.

Seseorang yang ingin menikahi wanita usia jauh dibawahnya juga bisa mencontoh Rasul, Sayyidah Aisyah dinikahi Rasulullah usia 6 tahun.

Seseorang yang hendak menikahi wanita sebaya pun Rasul adalah figur teladan, Sayyidah Saudah, di nikahi Rasul pada usia yang hampir sebaya.

Mereka yang ingin menikahi wanita yang sedikit dibawahnya, Rasul pun juga teladan. Yakni sebagian besar istrinya.

Bagi yang ingin beristri dengan postur tubuh gemuk, Sayyidah Saudah adalah wanita yang gemuk. Bagi yang istrinya pendek, Sayyidah Shafiyyah berpostur tubuh pendek.

Yang menikah dengan keluarga dekat, Sayyidah Zainab binti Jahs adalah sepupu Nabi, Nabi pun juga menikah dengan orang Arab di luar Quraisy seperti Sayyidah Juwairiyyah, Nabi pun pernah menikahi wanita yang bukan Arab yakni Sayyidah Shafiyyah, Sayyidah Mariyah al Qibtiyah.

Nabi menikahi putri sahabatnya, Sayyidah Aisyah dan Sayyidah Hafshah. Nabi pun menikahi putri musuh bebuyutannya, yakni Shafiyyah binti Huyay.

Bagi yang mau menikahi perawan, Rasul menikah dengan Sayyidah Aisyah yang perawan. Bagi yang hendak menikahi wanita yang janda, banyak istri Rasul yang mereka adalah janda. Janda yang di cerai seperti Ummu Habibah, atau janda yang ditinggal mati seperti Hafshah, Ummu Salamah.
Sayyidah Aisyah wanita yang kritis, Sayyidah Ummu Salamah Istri yang logis.

Bagi yang berkeinginan nikah dengan ahli fiqh, Sayyidah Aisyah adalah ahli fiqh. Bagi yang hendak menikah dengan pebisnis, Sayyidah Khadijah adalah pebisnis. Yang akan menikah dengan ahli ibadah, Sayyidah Hafshah adalah sosok showwamah qowwamah, ahli puasa dan shalat malam. Untuk yang bercita-cita punya istri aktivis sosial, Sayyidah Zainab binti Khuzaimah bahkan mendapat julukan Ummul Masakin. Yang berkeinginan memiliki istri ahli menjalin relasi, Sayyidah Shafiyyah, ahli menjalin relasi. Untuk yang mau beristri pengrajin, Sayyidah Zainab binti Jahs seorang pengrajin yang separuh hasilnya untuk perjuangan Islam separoh untuk dirinya sendiri. Yang mau beristri dengan aktivis masyarakat. Sayyidah Aisyah seorang istri yang menjadi aktivis masyarakat. Pun juga ada Istri Rasul yang fokus mengurusi rumah tangga saja seperti Ummu Salamah.

Ialah Rasul, Sang pengemban syariat yang ditiap jengkal hidupnya adalah teladan bagi kita ummatnya. Maka dalam segala kondisi dan situasi, menjadikan Rasulullah sebagai panutan adalah hal yang mesti kita lakukan.

Allahumma Shalli Wa Sallim Ala Sayyidina Muhammad.

1 Desember 2015

Minggu, 29 November 2015

SEJENAK BERSAMA SAYYID ALAWY AL-MALIKY

Sayyid Alawy Ibn Abbas Al Maliky, nasab beliau bersambung kepada Sayyid Idris Azhar, seorang raja di Maroko yang memiliki kerajaan yang bernama Idrisiyah. Sayyid Idris Azhar sendiri sudah menjadi raja semenjak usia beliau sangat belia yakni umur 11 tahun. Pada era kepemimpinannya, ada tradisi menjadikan anak kecil sebagai imam sahalat tarawih, sebab pada umumnya anak-anak telah selesai mengkhatamkan tahfizh al-Qur'an di usia 10 tahun.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sang cucu, Sayyid Alawy dari semenjak belia telah menjadi dewan pengajar di Masjidil Haram. Ia mendapatkan julukan Ashghorul Mudarrisin fil Harom. Tidak main-main yang hadir dalam majlis beliau lebih dari 1000 orang. Sementara setiap hari ia bisa menggelar majlis ilmu hingga 30 macam kitab. Ia adalah sosok Murobby agung yang dikenal disiplin dan istiqamah, bahkan banyak orang yang mengatakan, gurunya lebih disiplin ketimbang muridnya. Di tiap taklimnya, mesti ditemukan satu cerita penghilang kantuk dan membuat murid-muridnya pulang menyisakan senyum menawan.

Ia pun adalah sosok yang sangat ahli dalam menggubah syair, dalam satu peristiwa beliau akan langsung bersyair tanpa pikir panjang terlebih dahulu. Ia juga lihai dalam mengadakan rekonsiliasi antar dua orang yang sedang terlibat konflik.

Disaat Abuya al Maliki, putranya sedang menempuh studi di Mesir, beliau tak gengsi meminta doa kepada para muridnya teruntuk kesuksesan putranya. Sebuah kerendah-hatian yang elegan.

Meskipun beliau sedang tidak memungkinkan taklim, beliau masih bersikeras menghadiri taklim dengan niat isytifa', berharap semoga disembuhkan dan meraih berkah majlis ilmu.

Semoga kita bisa meneladani beliau dan mendapatkan keberkahan dan ilmu beliau.

(Halqah Ilmiyah bersama Ustadzuna)
Ahad ceria, 29 November 2015

Selasa, 24 November 2015

Wejangan Urip

Wong iku, kudu sumeleh mareng Gusti, manut kersane pengiran, kudu nduwe i'tiqod seng kuat mareng pengiran, ojo ojo luweh percoyo mareng penggaweyane ketimbang nggandole mareng gusti. Ojo pisan pisan gumantung mareng makhluq, makhluq iku ma siwalloh. Penggaweyan iku yo makhluk... Mangkane gumantungo mung karo Gusti. Khudzil asbab wala ta'tamid alal asbab...Jupuken jalaran rizqi, ananging ojo gumantung mareng jalaran.

Kabeh iku kersane Gusti... Wong pengin entok rizqi mabsut yo gak iso nek ga den kersakno Gusti. Rizqi wes ono seng ngatur, mangkane wong mondok pirang-pirang taun kok belajare fiqh thok yo balik ngomah bingung. Wedi kate nikah arep diwehi mangan opo bojone. Seng dipikir aku kate kerjo opo. Yo kerjone santri sak wuse muleh ora ono liyo yo ngadep dampar, ngaji, nyebarno ngelmu. Mengko rizqi teko-teko dewe. Santri muleh, pengin rabi yo wes madep mantep mangan melu moro tuwo. Ngono wae wes beres.

Dadi wong iku ora usah neko-neko, nrimoho opo seng dadi piwewehe Pengiran. Wong kuno kuwi uripe podo ayem soale ora neko-neko. Seng penting iso mangan ngono kuwi wes syukure mareng Pengiran ora ono padane.

Dadi urip iku ojo digawe susah. Di syukuri opo anane. Ora usah aneh-aneh nuruti nepsu seng ora ono entheke. Ndunyo kuwi mung sedelok. Ojo ngorbano akhirot nek mung gawe mburu senenge urip ono ndunyo.

Mangkane nek nggolek bojo iku seng ora seneng karo dunyo. Soale sak begja-begjane wong, wong seng nduwe bojo ora sirep mareng gumebyare urip. Iku jenenge bojo seng biso ndadeaken tentreme manahmu.

Tapi yo dene bojo wadonmu ngomelan, kowe yo seng sabar, Sayyidina umar iko nek diomeli bojo mung meneng ora nglawan. Dadine rumah tangga kuwi biso den jogo sampe akherot. Iku jenengane maqom wali. Lha dene bojo lanangmu kok ngaplokan yo seng sabar, mugo-mugo kowe entuk maqom waliyah.

Menungso iku kabeh karep kekarepane den ijabah mareng Gusti. Tapi yo ngono, Gusti iku paring mareng kito opo seng dedi apik kanggo kito, ora mung kanggo nuruti kekarepane kito. Lha apik mungguhe Gusti iku kadang ora podo karo apik mungguhe manungso. Mangkane kito kabeh kudu sabar lan nyongko bagus mareng Pengiran. Iku seng ndadeake ati ayem.

Rino wengi, 24 Nov 2015

Sabtu, 21 November 2015

Kaab Bin Zuhair dan Qashidah Banat Suad

Kaab bin Zuhair, seorang penyair ulung yang kala perang seringkali mengobarkan emosi kaum Muslimin melalui syair-syairnya. Syairnya bak pedang yang siap mencabik kaum Muslimin, hingga pernah membuat Rasulullah sakit hati.

Namun kemudian hidayah Islam datang kepadanya. Ia kala shubuh menghadap Rasulullah dengan wajah tertutup, bertanya sama Rasul: "Jika aku membawa Ka'ab kehadapan engkau, apakah engkau terima permohonan maafnya?" "Iya aku terima permohonan maafnya" jawab Rasul, "Akulah Kaab bin Zuhair" ia lalu membuka penutup wajahnya. Ada salah seorang sahabat yang bilang:" Ya Rasulallah, biarkan aku memenggalnya" Namun, Rasulullah mencegahnya," Tidak, ia datang untuk bertaubat" Lantas, Kaab bin Zuhairpun membacakan syahadat, dan lantas menggubah syair pujian untuk Rasulullah dan sahabat, Rasulullah demikian senang dengan Kaab, sampai mengalungkan burdah kepadanya.

Banat Suad, itulah judul syair pujian yang membuat Rasulullah yang semula sangat benci kepada Kaab, hingga ketingkat menghalalkan darahnya berubah menjadi cinta yang begitu besar.

Seorang ulama dari Alexandria Mesir pernah bertemu dengan Rasulullah melalui mimpi, ia melihat Rasul lantas bertanya: "Qashidah Banat suad aku dendangkan dihadapanmu?" "Iya, aku mencintai qashidah itu dan mencintai orang yang cinta dengan qashidah itu".

Akhirnya ulama tadi tidak pernah memulai satu majlis kecuali memulainya dengan mendendangkan Qashidah Sayyidina Kaab bin Zuhair, Radliyallohu 'anhu.

Berikut diantara qashidah itu:

بَانَتْ سُعَادُ فَقَلْبِي اليَوْمَ مَتْبُوْلُ
مُتَيَّمٌ إِثْرَهَا لَمْ يُفْدَ مَكْبُوْلَ

يَسْعَى الغُوَاةُ جَنَابَيْهَا وَقَوْلُهُمْ
إِنَّكَ يَا ابْنَ أَبِي سُلْمَى لَمَقْتُوْلُ

وَقَالَ كُلُّ صَدِيْقٍ كُنْتُ آمُلُهُ
لا أُلْهِيَنَّكَ إني عَنْكَ مَشْغُوْلُ

فَقُلْتُ خَلُّوا طَرِيْقِي لاَ أَبَالَكُمْ
فَكُلُّ مَا قَدَّرَ الرَّحْمَنُ مَفْعُوْلُ

كُلُّ ابن أُنْثَى وإن طَالَتْ سَلاَمَتُه
يَوْمًا عَلَى آلةٍ حَدْبَاءَ مَحْمُوْلُ

نُبِّئْتُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ أَوْعَدَنِي
وَالعَفْوُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ مَأْمُوْلُ

مَهْلاً هَدَاكَ الذِي أَعْطَاكَ نَافِلَةَ
القُرْآنِ فِيْهَا مَوَاعِيْظُ وَتَفْصِيْلُ

لاَ تَأْخُذّنِّي بِأَقْوَالِ الوُشَاةِ وَلَمْ
أُذْنِبْ وَلَوْ كَثُرَتْ فِي الأَقَاوِيْلُ

لَظَلَّ تُرْعَدُ مِنْ خَوْفٍ بَوَادِرُهُ
إِنْ لَمْ يَكُنْ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ تَنْوِيْلُ

إِنَّ الرَّسُوْلَ لَنُوْرٌ يُسْتَضَاءُبِهِ
مُهَنَّدٌ مِنْ سُيُوفِ اللهِ مَسْلُوْلُ

فِي عُصْبَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ قَالَ قَائِلُهُمْ
بِبَطْنِ مَكَّةَ لما أَسْلَمُوا زُولُوا

زَالُوا فَمَازَالَ أَنْكَاسٌ وَلاَ كُشُفٌ
عَنْدَ الّلقَاءِ وَلاَمِيْلٌ مُعَازِيلُ

لَيْسُوا مَفَارِيْحَ إِنْ نَالَتْ رِمَاحُهُمْ
قَوْمًا وَلَيْسُوا مَجَازِيْعًا إِذَا نِيْلُوا

لاَ يَقَع الطَّعْنُ إِلاَّ فِي نُحُوْرِهِمُ
وَمَا لَهُمْ عَنْ حِيَاضِ المَوْتِ تَهْلِيْلُ

Suad telah pergi, pada hari ini hatiku sedih
Gelisah sesudahnya, ia masih teringat dan belum lepas
Para penyebar isu di sekitarnya beraksi dan berkata
Wahai Ibnu Abu Sulma kamu pasti mati
Sementara semua teman yang aku harapkan berkata
Aku tidak meninggalkanmu, aku sibuk darimu
Aku berkata biarkan jalanku tidak ada bapak bagimu
Segala apa yang ditakdirkan ar-Rahman pasti terjadi
Setiap anak seorang wanita meskipun berumur panjang
Suatu hari dia akan dipikul di atas keranda
Aku diberitahu bahwa Rasulullah mengancamku
Dan maaf di sisi Rasulullah benar-benar diharapkan
Kalem, engkau telah dibimbing oleh dzat yang memberimu
Mukjizat al-Qur`an yang berisi nasihat dan rincian
Jangan menghukumku dengan dasar ucapan penyebar isu
Aku tidak bersalah walaupun orang-orang berkata tentangku
Tengkuknya senantiasa bergetar karena takut
Jika tidak ada jaminan rasa aman dari Rasulullah
Sehingga aku meletakkan tangan kananku yang tidak aku lepas
Pada telapak tangan pemilik hukuman setimpal ucapannya benar
Sesungguhnya Rasul adalah cahaya yang menerangi
Kuat pemberani dari pedang India yang terhunus
Bersama sekelompok orang Quraisy, salah satu dari mereka berkata
Di lembah Makkah ketika mereka masuk Islam, hijrahlah
Mereka berhijrah, mereka dianggap lemah, mereka tidak berperisai
Pada saat bertemu musuh tanpa pedang dan senjata
Mereka tidak sombong jika tombak mereka membunuh
Suatu kaum, mereka tidak sedih jika mereka kalah
Tikaman tidak terjadi kecuali pada leher mereka
Mereka tidak pernah mundur dari telaga kematian.

Ya Allah, rejekikan cinta Sang Kinasih shallallahu alaihi wasallam...
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad...