Jumat, 14 Oktober 2016

Si Udin Episode 1

Al Kisah, ada seorang anak muda kampung yang bernama Udin. Dia adalah seorang mantan preman yang insyaf dan amat semangat dalam mempelajari Islam dan seluk beluknya. Suatu hari selepas shalat, Udin bertemu dengan guru spiritualnya.

Udin: Ust. Aku mau tanya satu hal boleh?

Ust: Mangga, din. Seseorang kalo pengin berkembang memang harus banyak tanya, din.

Udin: Gini nih tadz, Ane bingung. Kok ane kalo ketemu Ust..... itu rasanya di hati kok beda ya?

Ust: Beda gimana, din. Maksudmu?

Udin: Ya gitu tadz. Ane kalo ketemu Ust. Fulan, hati yang aslinya tenang tentram jadi malah ga karuan. Padahal Ust itu kan terkenal jago dalam baca kitab? Di sisi lain, kalo ane ketemu antum, ganjalan-ganjalan di hati ini rasanya kok langsung plong gitu aja. Padahal kata orang-orang antum ini ya biasa-biasa aja gitu.

Ust: Kok kamu malah ngajak nggunjing orang sih, din? Kalo kamu mau tanya permasalahan. Adabnya ndak usah sebut nama. Digambarkan aja permasalahannya.

Udin: Afwan deh tadz. Maklum masih muda kadang jadi lepas kontrol. Jadi gimana itu tadz jawabannya? Kok orang yang terkenal pintar baca kitab, tapi orangnya malah bikin hati was-was, ndak tentram gitu, tadz.

Ust: Sampean harus tau din. Bahwa ilmu agama, apalagi tasawuf itu bukan cuma tentang kepintaran seseorang dalam membaca kitab-kitab klasik, akan tetapi semua itu berkait erat dengan lelaku hidup, hati yang kosong dari hasrat duniawi, mengenyahkan hati dari melihat diri, mengosongkan jiwa dari sifat-sifat rumongso terhadap pencapaian yang dicapai, dan menghindarkan diri dari sikap fanatisme golongan. Sekali lagi ilmu ini adalah ilmu lakon, din. Jadi antum jangan heran, din. Jika suatu saat antum ketemu lagi sama orang yang model begini. Ilmu hanya dibuat ajang perdebatan. Adu kelihaian dalam membaca kitab. Namun tidak antum temukan dalam ranah lakonnya. Jadi ya, orang yang semacam ini ga aneh kalo rasanya hambar. Atau justru bikin hati was-was dan ga karuan. Sebab ilmu ini pusatnya hati. Bahasa lisan tidak akan banyak berpengaruh dengan apa yang di ucapkan hati, din. Bisa dipahamkan din?

Udin: Iya tadz. Berarti ketentraman itu adalah sikap jiwa yang dipengaruhi sangat oleh hati ya tadz. Terus kalo orang yang hatinya jelek meskipun lisannya berusaha menutupi kejelekkan hatinya, tetep saja akan tercium aroma baunya ya, tadz?

Ust: Persis, din. Ya menata hati bukan perkara yang gampang, din. Kudu terus dilatih. Biar terbiasa.

Udin: Ok deh, Ust. Makasih ya.

Ust: Iya sama-sama. Eh iya satu hal, Din. Biar jadi ilmu buat antum.

Udin: Apaan tuh tadz:

Ust: Biasain bilang Jazakumulloh khoir, din. Buat ganti ungkapan Makasih. Kata Nabi itu ungkapan terimakasih terbaik.

Udin: Oh gitu ya tadz. Apa tadi tadz. Eee... Ja.. Jazakumulloh ya tadz?

Ust: Iya, waiyyakum.

Udin: Oh iya waiyyakum.

Ust: Otu jawabannya din. Ga perlu di tirukan.

Udin: Oh iya ya ya tadz. Ok.

Selasa, 04 Oktober 2016

Betapa Indahnya Surga

Seorang sahabat Nabi, Abu Hurairah pernah bilang: “Ya Rasulullah, Dikala kami bersama engkau, tiada yang kami rasakan kecuali hati kami merasa lembut, zuhud dengan dunia, dan kami merasa sebagai ahli akhirat. Lalu ketika kami keluar meninggalkan engkau lantas kami bergaul dengan istri kami, menciumi anak-anak kami, kami ingkar dengan diri kami sendiri."

Lantas Rasulullah menjawab: ”Jika kalian dikala keluar meninggalkanku kondisi kalian seperti ketika bersamaku, maka malaikat akan menziarahi rumahmu. Jika kalian tiada berbuat dosa, Allah ta'ala akan mendatangkan makhluk baru agar mereka melakukan dosa lalu Allah mengampuninya.”

Abu Hurairah bertanya lagi: “Ya Rasulallah, dari apa makhluk diciptakan?”

“Dari air”, jawab Nabi

“Kalau surga itu dibangun dari apa?”

“Batu bata dari perak, batu bata dari emas, semennya dari misik terwangi, kerikilnya dari mutiara dan yaqut, debunya dari za'faron, sesiapa yang memasuki akan merasakan kenikmatan tiada diazab, terus hidup tiada mati, pakaiannya tiada kusam, masa muda tiada pernah sirna.”

Lantas Rasulullah melanjutkan, “Tiga orang yang tiada ditolak doanya: Imam yang adil, seorang yang berpuasa dikala berbuka, dan doa orang yang teraniaya terangkat menembus langit, baginya dibuka pintu-pintu langit. Allah berfirman: Demi kemulyaanku, Aku sungguh akan benar-benar menolongmu meskipun nanti. (Tirmidzi: 2526)

Dalam hadits di atas, Rasulullah mengilustrasikan keindahan kondisi surga. Sebuah ilustrasi yang tentunya hanya bisa dibayangkan dengan amat terbatas. Sebab keindahan itu adalah keindahan yang kedua mata tak pernah melihat dan menyaksikan, telinga belum pernah mendengar, dan tak pernah sama sekali terbersit di hati.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa, di Surga ada sebuah Pohon, menurut Ibnul Jauzi pohon yang dimaksud adalah pohon Thuba (طوبى). Sebuah pohon yang besar dan tinggi menjulang. Seorang pengendara kuda yang lihai dan dengan kecepatan maksimal ketika berjalan di naungannya meski menghabiskan waktu selama 100 tahun, ia tiada akan berhasil menempuhnya. (Lihat Tirmidzi: 2524)

Menurut Nabi itulah yang di maksud dengan “wazhillin mamdud” naungan yang terbentang, dalam surat Al Waqiah.

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِين ٢٧
27. dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan itu.

فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ ٢٨
28. berada di antara pohon bidara yang tak berduri,

وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ ٢٩
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya,

وَظِلٍّ مَمْدُودٍ ٣٠
30. dan naungan yang terbentang luas,

وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ ٣٢
32. dan buah-buahan yang banyak,

لا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ ٣٣
33. yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya.

وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ ٣٤
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً ٣٥
35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka Bidadari-bidadari dengan langsung (tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis).

فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا ٣٦
36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.

عُرُبًا أَتْرَابًا ٣٧
37. penuh cinta lagi sebaya umurnya.

لأصْحَابِ الْيَمِينِ ٣٨
38. kami ciptakan mereka untuk golongan kanan,

Secara prinsip bahwa masing-masing penghuni Surga mendapatkan luas wilayah tidak kurang dari luas kabupaten. Sebab lebar surga layaknya langit dan bumi.

Sementara di lain kesempatan para penghuni Surga bisa juga berekreasi. Di pohon besar itulah mereka akan berekreasi. Disana disediakan hiburan yang demikian menggiurkan. Jika ada yang ingin mendengarkan alunan musik. Allah ta'ala akan mengirimkan angin untuk menyenandungkan nada-nada indah hasil paduan suara dengan pohon-pohon disana. Pohon-pohon yang batang-batangnya terbuat dari emas murni.

Kenikmatan-kenikmatan yang menggiurkan itu, tentu saja seperti yang disabdakan Nabi, dalam meraihnya ketika didunia, semua itu dipenuhi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Huffat bil makarih. Dikelilingi dengan sekian hal yang tidak menyenangkan.

Semoga Allah memberi kekuatan kita untuk terus berusaha meraih surga dengan terus menjalankan ketaatan meski banyak hal yang tak menyenangkan hadir mengusik kehidupan kita. Amin.

Wallahu ta'ala a'lam

Minggu, 02 Oktober 2016

Al Ayman Fal Ayman

Dikala kita sedang bersama hendak menikmati minuman, ada sebuah hal yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Sebuah cara yang akan menciptakan kebersamaan yang demikian indah, bahkan sampai pada tingkat “ngalap barokah”.

Caranya yakni dengan memutarkan minuman itu kepada orang ke arah kanan. Meskipun ada orang yang lebih tua di sisi kirinya. Hal ini juga amat berkaitan dengan kesunnahan mendahulukan segala hal yang baik dengan memakai anggota bagian kanan (tayamun).

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺗﻲ ﺑﻠﺒﻦ ﻗﺪ ﺷﻴﺐ ﺑﻤﺎء، ﻭﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﺃﻋﺮاﺑﻲ، ﻭﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻩ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ، ﻓﺸﺮﺏ ﺛﻢ ﺃﻋﻄﻰ اﻷﻋﺮاﺑﻲ، ﻭﻗﺎﻝ: «اﻷﻳﻤﻦ ﻓﺎﻷﻳﻤﻦ»

Dari Anas bin Malik, bahwa sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi susu yang telah dicampur dengan air. Di sisi kanan beliau ada seorang A'roby, sementara di sisi kiri beliau adalah Abu Bakar. Beliaupun meminumnya lantas memberikannya kepada A'roby, dan bersabda: “Sisi kanan (lebih berhak) lalu sisi kanannya lagi.” 124 - (2029)

Di hadits yang lain disebutkan bahwa: Sayyidina Anas pernah bercerita: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, saat itu usiaku 10 tahun, dan Nabi meninggal dunia saat aku berusia 20 tahun. Bahwa ibu-ibuku mendorong aku untuk berkhidmah kepada Rasulullah. Maka suatu saat Rasulullah berkunjung ke rumahku. Maka aku memerahkan susu kambing untuk beliau. Lantas dicampurlah susu itu dengan air sumur di rumah. Rasulullah pun lalu meminumnya. Sayyidina Umar berkata kepada beliau sementara Abu Bakar berada di sisi kiri beliau: “Rasulullah, berilah Abu Bakar”. Maka Beliau justru memberikannya kepada seorang A'roby yang berada di sisi kanan beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Sisi kanan (lebih berhak) lalu sisi kanannya lagi.” 125 - (2029)

Ada hadits yang lain yang sampai menyebutkan bahwa: Suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diberi minuman, lantas beliau meminumnya, di sisi kanan Nabi ada seorang anak kecil, dan disisi kiri ada orang-orang tua. Maka beliau bersabda kepada anak kecil itu: “Apakah kau kasih izin supaya aku memberi mereka?”. Anak kecil itu menjawab: “Tidak demi Allah, aku takkan mendahulukan orang lain dengan jatahku yang dari engkau.” Maka Rasulullah pun menurunkan minuman itu pada tangan anak kecil tadi. 127 - (2030)

Memang demikian adanya bahwa Rasulullah mendahulukan A'roby daripada Abu Bakar sebab beliau hendak berusaha menghargai dan “ngewongno” A'roby. Juga mengharuskan Rasulullah meminta izin terlebih dahulu kepada anak kecil barangkali ia mau mendahulukan orang-orang tua meski ternyata ia tidak mau. Tentu saja, pada prinsipnya sebetulnya mendahulukan orang lain dalam urusan selain ibadah adalah hal yang lebih utama.

Kadang ada saja seseorang yang menganggap jijik dengan hal semacam ini. Padahal ada hadits yang menyebutkan bahwa sisa seorang mukmin adalah obat. Su'rul Mukmin syifa'. Meski hadits ini dloif akan tetapi seharusnya bisa dijadikan sebuah motivasi dalam hal ini. Jangan meniru seseorang yang justru bangga ketika ia suatu saat memesan sekian ragam makanan lantas ia tidak menghabiskannya.

Terlebih bahwa makan dan minum bersama mempunyai efek dan fungsi yang luar biasa bagi tumbuhnya kebersamaan, pertautan hati yang kuat, dan cinta.

“Al-Muthoamah tuqi'u al Ulfah wal Mahabbah fil Qulub”. Saling memberi makanan menyebabkan pertautan hati dan kecintaan di hati.

Demikianlah salah satu bentuk kesunahan ringan yang seharusnya terus kita lestarikan. Jangan menganggap tidak penting apalagi sampai meremehkan. Sebab Syetan juga amat hobi menghembuskan godaannya kepada seseorang agar ia suka meremehkan sebuah hal yang kecil.

Wallahu ta'ala a'lam

Senin, 26 September 2016

Doa Seorang Guru Dambaan Setiap Santri

Syabib Ibn Al Ghorqodah berkata: Aku mendengar banyak orang dari Bani al Bariqy menceritakan, dari Urwah bin al Ja'd al Bariqy, seorang Qodhi perdana di negeri Kufah. Bahwa Rasulullah memberinya satu dinar, agar ia membelikan seekor kambing untuk beliau. Maka ia pun membelikan dua ekor kambing untuk beliau. Lalu ia berinisiatif untuk menjual salah satu kambing itu dengan harga satu dinar. Sehingga ia datang menemui Rasulullah dengan membawa seekor kambing dan plus uang satu dinar. Tersebab merasa senang dengan apa yang ia kerjakan, Rasulullah seketika mendoakan keberkahan dalam jual belinya. Dan konon setelah itu, jika ia semisal menjual debu saja, ia pasti akan mendapatkan laba. 3642

Bagaimana kita melihat seorang Urwah mendapatkan doa Rasulullah tanpa meminta terlebih dahulu. Dan kemudian ia merasakan betapa memang doakan keberkahan beliau benar-benar diijabah oleh Allah. Dalam satu kesempatan, Urwah pernah bercerita, “Aku masuk pasar Kufah untuk berdagang, maka aku mendapatkan laba 40.000 dirham.” Padahal pada waktu itu uang 8 dirham sudah sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Maka sebagai seorang santri, kita harus berusaha menyuguhkan khidmah terbaik sehingga bisa membuat guru atau orang yang kita khidmahi merasa senang. Munculkan ide-ide cemerlang yang bisa membuat senang. Dan jangan hanya menunggu perintah.

Abi Ihya’ ketika masih menjadi santri, di kala Abuya al Maliki di Thoif, Abuya ingin untuk qodlil hajah. Maka beliau bergegas mengecek WC terlebih dahulu, ternyata WC yang ada dipenuhi dengan kotoran. Tanpa pikir panjang beliau langsung membersihkannya memakai tangan. Selepas selesai, ternyata Abuya tahu tentang apa yang dikerjakan santrinya itu. Sehingga beliau langsung mendoakan: “Barokallohu fik, Barokallohu fik, barokallohu fik.”

Seharusnya seseorang dikala mendapatkan hal yang menyenangkan dari orang lain, ia menyambutnya dengan mendoakan orang itu dengan kebaikan. Barokallohu fik.

Selain itu, doa adalah sebuah hal yang selayaknya dimintakan kepada seorang shalih. Sebab hanya doa sebuah hal yang paling layak dan pas untuk dimintakan kepada mereka. Meski barangkali mereka menawarkan kepada kita untuk meminta kebutuhan apa saja. Akan tetapi doa mereka lebih penting untuk kita mintakan daripada harta benda atau yang lainnya.

Abi Ihya’ memiliki tugas khidmah menjaga telefon dari Abuya disetiap malam sabtu di kantor As-Shofwah Surabaya. Di setiap akhir percakapan dengan Abuya, Abuya pasti menawarkan kepada Abi: “Isy lak hajah?”, “Kau pengin apa?”. Dan disetiap itu pula Abi selalu menjawab: “Ad-da'awat Abuya”, “Cukup doa Abuya”.

Sayyidina Anas juga mendapatkan doa Rasulullah yang berupa tiga hal, panjang umur, keberkahan rizqi, dan banyak anak. Dan lihat ia diberi umur panjang lebih dari seratus tahun, rizqi yang ia dapat dari ladang sukses besar bahkan bisa dipanen lebih banyak dari kebanyakan orang, dan anak turunnya beliau lebih dari 500 anak cucu.

Dalam hadits di atas. Urwah memang menjual sebuah kambing yang bukan miliknya. Akan tetapi karena tujuannya tiada lain adalah untuk menyenangkan Rasulullah, menurut Qoul Qadim hal ini diperbolehkan. Namun menurut Qoul jadid hal ini tidak diperbolehkan sebab ada hadits Hakim bin Hazm yang menyatakan: “La tabi' ma laisa ‘indak!”, Jangan kau jual apa yang bukan milikmu.

Imam Rifa'i seorang Penggagas Thoriqoh Rifaiyyah pernah menghidupkan tanah tak bertuan (Ihya' al Mawat) di Mesir. Sehingga tempat itu menjadi ramai dengan kegiatan keagamaan. Di suatu hari ia didatangi seorang yang mengaku sebagai pemilik tanah. Tanpa pikir lagi, beliau langsung mempersilahkan orang itu jika ingin mengambil alih kepemilikan tempat tersebut.

Hal ini memberikan pelajaran yang teramat besar. Jika suatu saat ada hak yang kita miliki dirampas oleh orang, kita harus belajar untuk bersikap legawa. Yakinkan dalam diri bahwa Allah akan mendatangkan sebuah ganti yang lebih besar dan agung untuk kita. Sebuah hal yang mudah sekali diucapkan, tidak demikian dalam ranah pengamalan.

Wallahu ta'ala a'lam
#TaklimShohihMuslim

Minggu, 25 September 2016

Bagaimana Cara Minum Ala Rasulullah

Kita sudah mengerti, betapa Rasulillah shalallahu alaihi wasallam adalah seorang figur yang mengajari adab tentang sebuah hal dengan demikian detail. Maka seharusnya dalam setiap apa yang beliau ajarkan itu, kita ambil hal itu sebagai sebuah tuntunan. Sebab maklum bahwa apa yang beliau ajarkan tak ada lain kecuali merupakan sebuah wahyu yang di wahyukan.

Seperti dalam cara bagaimana Rasulillah makan dan minum. Karena dengan mengikutinya disamping merupakan bukti kecintaan kita, sebuah cara menghidupkan sunnah, ternyata apa yang diajarkan Rasulillah amat banyak menyimpan hikmah.

Kita melihat betapa seseorang mendapatkan gelar doktor hanya sebab ia meneliti manfaat menjilati jemari selepas makan dari hadits yang mengajarkan hal itu. Orang lain mendapatkan gelar doktor sebab meneliti hikmah tentang perintah Rasul supaya mencelupkan sekalian lalat yang hinggap di minuman kita. Oleh sebab itu, kita seharusnya mencontoh apa yang beliau teladankan, dan tidak perlu bertanya-tanya dan protes tentang hal itu.

Rasulillah adalah seorang Nabi yang jarang menderita sakit, ada yang menyebutkan bahwa Rasulillah hanya sakit dua kali selama hidupnya. Maka hal ini seharusnya yang kita contoh, bagaimana beliau melakukan kiat-kiat dalam menjaga kesehatan, terlebih dalam makan dan minum.

Rasulillah mengajarkan jika kita hendak makan dan minum agar jangan sampai berlebihan. Larangan semacam itu muncul ternyata adalah sebuah isyarat bahwa makan minum berlebihan mengandung banyak akibat negatif, lebih-lebih dalam masalah kesehatan. Dan kesehatan mengungkapkan fakta bahwa mayoritas penyakit dipicu oleh makan dan minum yang berlebihan.

Selain itu, Rasulillah mengajarkan agar supaya ketika kita hendak minum. Kita jangan sampai bernafas di dalam minuman yang kita minum. Sebab ternyata setelah diteliti, nafas yang kita lepaskan di minuman mengandung CO 2 yang tidak baik bagi kesehatan.

Sebaiknya jika kita ingin bernafas, kita bernafas di luar gelas atau diluar tempat minuman itu. Dan jangan juga meminum dengan sekali teguk, akan tetapi apa yang diajarkan Rasulillah adalah meminum dengan tiga kali tegukan. Satu lagi, jangan lupa untuk membaca basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah. Sebab Rasulillah melakukan hal itu, bahkan Rasulillah membaca basmalah dan hamdalah di setiap tegukan. Dalam sebuah hadits di sebutkan:

ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻗﺘﺎﺩﺓ، ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ، «ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻧﻬﻰ ﺃﻥ ﻳﺘﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻹﻧﺎء»

Dari Abdillah bin Abi Qatadah, dari ayahnya, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang bernafas di dalam bejana/gelas.

Di riwayat yang lain, Rasulillah menghela nafas di luar gelas atau minuman tiga kali. Dan hal itu seperti yang dijelaskan Rasulillah di nilai lebih menyegarkan, menghilangkan penyakit dan lebih nikmat. Dalam sebuah hadits di sebutkan:

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ، «ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﺘﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻹﻧﺎء ﺛﻼﺛا

Dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bernafas di (luar) bejana/gelas tiga kali.

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ، ﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺘﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻟﺸﺮاﺏ ﺛﻼﺛﺎ، ﻭﻳﻘﻮﻝ: «ﺇﻧﻪ ﺃﺭﻭﻯ ﻭﺃﺑﺮﺃ ﻭﺃﻣﺮﺃ»، ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺲ: «ﻓﺄﻧﺎ ﺃﺗﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻟﺸﺮاﺏ ﺛﻼﺛﺎ

Dari Anas, ia berkata: Bahwa Rasulillah shallallahu alaihi wasallam bernafas di (luar) minuman tiga kali. Dan beliau bersabda: “Sungguh hal itu lebih menyegarkan, menghilangkan penyakit, dan lebih nikmat”. Anas berkata: “Maka aku bernafas di (luar) minuman tiga kali.”

Hadits-hadits diatas dalam redaksi yang disebutkan, seolah bertentangan dengan hadits yang melarang bernafas di dalam bejana/ gelas. Namun para Ulama memberikan pemahaman untuk menjami’kannya bahwa yang di maksud adalah “Fi khorijil ina'/syarob” yakni diluar bejana, gelas, atau minuman.

Wallahu ta'ala a'lam
#NgajiShohihMuslim

Rabu, 21 September 2016

Sterilkan Majlis Anda Dengan Doa Kafarotul Majlis

Seseorang dikala sedang duduk bersama dalam indahnya suatu majlis, bisa jadi majlis yang indah itu terkotori oleh lisan yang tak bertulang. Maka seseorang membutuhkan adanya kafaroh untuk mensterilkan majlis itu.

Hal itu jika ia berada dalam sebuah majlis yang baik. Bagaimana jika majlis itu memang bukan majlis yang baik? Sebuah majlis yang tiada substansi kecuali dosa. Majlis melawak, mengghibah, dll. Sementara kita tahu bahwa akan terus ada Malaikat pengintai yang selalu waspada dan siap sedia merekam seluruh amal dan gerak gerik manusia.

Dalam sebuah riwayat, Sayyidina Abdullah bin Amr bin Ash pernah menyampaikan bahwa, “Sebuah kalimat yang tiada diucapkan tiga kali oleh seseorang di sebuah majlisnya kala ia hendak beranjak, kecuali dengannya terampunkan dosanya. Dan tiada diucapkan disebuah majlis yang baik dan majlis dzikir, kecuali dengannya di stempel kebaikannya layaknya penyetempelan pada suatu lembaran, yakni:

ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ اﻟﻠﻬﻢ ﻭﺑﺤﻤﺪﻙ، ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ ﻭﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻚ

“Maha suci Engkau ya Allah, membersamai puja-puji kepada-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu”.

Hadits semacam ini, meski disandarkan kepada sahabat, namun secara hukmi merupakan hadits marfu' sebab tiada indikasi adanya ijtihad dari rowi yang meriwayatkan.

Dalam sebuah riwayat yang lain, dengan redaksi yang agak berbeda, yakni:

ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ اﻟﻠﻬﻢ ﻭﺑﺤﻤﺪﻙ، ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ، ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ ﻭﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻚ

“Maha suci Engkau ya Allah, membersamai puja-puji kepada-Mu. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu”.

Selain itu, termasuk kebiasaan sahabat dalam mengakhiri sebuah majlis, selain membaca doa kafarotul majlis, adalah dengan membaca surat al-Ashr. Maka bagaimana kita menyemarakkan kebiasaan-kebiasaan baik semacam ini.

Majlis yang indah terkadang juga bisa terkotori dengan adanya sebuah laporan yang seseorang tentang kejelekan satu pihak. Abuya amat marah dikala ada seorang santrinya yang lapor kepada beliau perihal kejelekan santri yang lain. Akan tetapi jika beliau sendiri yang bertanya, maka tentu saja santri yang ditanya harus menjawab dengan apa adanya. Rasulullah dalam sebuah kesempatan menyampaikan:

ﻻ ﻳﺒﻠﻐﻨﻲ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻋﻦ ﺃﺣﺪ ﺷﻴﺌﺎ، ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺣﺐ ﺃﻥ ﺃﺧﺮﺝ ﺇﻟﻴﻜﻢ ﻭﺃﻧﺎ ﺳﻠﻴﻢ اﻟﺼﺪﺭ

“Tiada perlu seseorang dari sahabatku menyampaikan sebuah hal tentang orang lain. (Yakni sebuah hal yang aku tak suka, dan aku bisa jadi marah). Sebab sungguh Aku senang keluar kepada kalian dengan kondisi hati yang selamat (dari keburukan kalian).”

Hal ini jika hal tersebut bukan sebuah kefasikan. Akan tetapi jika berupa hal fasik yang membahayakan. Maka tiada masalah.

Maka hidup berjamaah seharusnya tak terjadi kubu-kubuan sehingga bisa hidup bersama dengan penuh keindahan. Sebab jika terjadi fanatisme kubu biasanya akan ada pihak yang hobi laporan tentang kubu lain. Seharusnya kita selalu membaikkan asumsi kita (husnudzon) terhadap orang lain. Bahwa seseorang menjadi aktivis jamaah berarti ia menginginkan kebaikan untuk dirinya. Sehingga seharusnya masing-masing tak hobi melihat kesalahan pihak lain, akan tetapi senantiasa mengintropeksi dirinya sendiri.

Namun, memang pada satu kondisi justru lebih baik melakukan su'udzon kepada orang lain. Sebagai sebuah sikap kewaspadaan terhadap keburukannya. Apalagi kini kita hidup dalam zaman yang amat banyak terjadi penipuan. Ada hadits yang berbunyi:

احترسوا من الناس بسوء الظن
“Lindungi dirimu dari (keburukan) seseorang dengan su'udzhon.”

Wallahu ta'ala a'lam

Selasa, 20 September 2016

Wejangan Sang Kinasih Terhadap Ibnu Abbas

Suatu saat Sayyidina Ibnu Abbas, sepupu Rasulillah -kala itu ia baru berusia belasan tahun- membonceng Rasulullah dikala beliau menaiki onta. Sebuah ketawadluan yang teramat tinggi ditunjukkan Rasulillah terhadap sahabatnya itu. Rasulullah justru memboncengkan Ibn Abbas, bukan yang dibonceng. Ternyata memang bukan hanya Ibn Abbas yang pernah dibonceng Rasulillah, dalam kitab shiroh disebutkan ada kira-kira 30 sahabat Rasulillah yang pernah dibonceng Rasulillah.

Ibnu Abbas memang seorang figur sahabat yang amat tekun dalam belajar. Ia tak pernah melewatkan waktu untuk hal-hal yang tiada berguna. Seluruh waktunya digunakan untuk belajar dan belajar. Selepas ia menjadi dewasa akhirnya ia menjadi orang yang begitu alim.

Dikala itu, dikala Ibnu Abbas dibonceng itu, Rasulullah menyampaikan:
“Nak, aku ajarkan sebuah hal untukmu: Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah kau akan menemukan bawa Allah membersamaimu...”

Menjaga Allah berarti menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Merasa bahwa kita terikat dengan aturan yang diterapkan oleh Allah. Maka Allah akan menjagamu diduniamu dan akhiratmu.

Dikala kita mendapatkan predikat sebagai santri, sebenarnya kita telah mengantongi taufiq dan barokah. Maka selepas pulang tinggal bagaimana menjaga taufiq kesantrian itu jangan sampai melenyapkannya, menjaga barokah itu, jangan sampai melemparkannya. Sehingga Allah akan menjaga kita.

Renungkan kembali apa yang pernah disampaikan Abuya: “Sampai kapanpun kau adalah seorang santri.” Sehingga jangan sampai predikat ini tercerabut dari dalam diri kita.

“..Bila kau mau meminta, mintalah sama Allah. Dikala kau mau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah...”

Seseorang dikala meminta tolong memang seharusnya hanya meminta kepada Allah. Akan tetapi hal ini tiada berdampak pada larangan bertawassul. Jika ada kelompok yang gebyah uyah melarang bertawassul, maka sebenarnya mereka teramat masih dangkal dalam mengaji. Sebab yang ditawassuli hanyalah washilah, sementara ghoyah tiada lain melainkan kepada Allah.

“Tiada tempat berlindung dan tiada tempat untuk mencari keselamatan dari Allah kecuali hanya kepada Allah, La malja'a wala manja minallohi illa ilaik.”

Allahumma la mani'a lima a'thoita wala mu'thiya lima mana'ta wala yanfa'u dzaljaddi minkal jadd. Ya Allah tiada penghalang bagi apa yang Engkau berikan dan tiada pemberi bagi apa yang Engkau halangi, dan tidak memberi manfaat kekayaan dan kemuliaan kepada pemiliknya, dari-Mulah segala kekayaan dan kemuliaan.”

“..Ketahuilah bahwa sungguh jika saja semua orang berpadu untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sebuah hal, mereka takkan memberimu manfaat sama sekali kecuali sebuah hal yang telah ditentukan Allah kepadamu. Dan jika saja semua orang berpadu untuk membahayakanmu dengan sebuah hal, mereka takkan membahayakanmu kecuali dengan sebuah hal yang telah ditentukan Allah atasmu. Pena telah terangkat, dan lembaran telah menjadi kering.”

Kita tiada pernah terlepas dari Allah. Maka jalan terbaik adalah mengembalikan semuanya kepada Allah. Sebuah hal yang tidak dikehendaki Allah takkan pernah terwujud. Meskipun kita mengusahakan apapun. Teruslah bertawakkal kepada Allah. Meski tentu saja kita harus “akhdzul asbab” dalam apa saja. Sebab ada hukum kausalitas yang diterapkan oleh Allah. Teruslah berikhtiar tanpa meninggalkan ketawakkalan.

Bertawakkal semestinya dengan totalitas. Akan tetapi tawakkal bukan berarti membuat seseorang melanggar prosedur akhdzul asbab. “I'qilha fatawakkal. Ikatlah onta itu lantas tawakkallah.”

Jika seseorang ingin mendapatkan rizqi. Maka seharusnya kita mengambil sebab dengan melakukan sebuah hal. Jangan hanya diam saja menunggu rizqi Allah jatuh dari langit. “Khudzil asbab wala ta’tamid alal asbab. Ambillah sebab dan jangan kau berpegangan dengan sebab.”

Bertawakkal bukan tentang kepintaran orang membaca kitab gundul. Sebab banyak orang yang amat lihai dalam membaca kitab gundul akan tetapi masih sering mengeluh. Maka siapapun kita, bertawakkal adalah tentang proses belajar untuk menerapkannya tanpa henti.

“Sesungguhnya manusia itu diciptakan memiliki sifat berkeluh kesah. Apabila ia tertimpa keburukan ia akan berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan (harta) ia menjadi kikir”. (QS. Al Ma'arij: 19-20)

Kadang seseorang mengalami putus harapan, dikala ia telah berusaha berpeluh-peluh menggapai yang terdamba akan tetapi ia tak juga mendapatkannya. Maka jangan putus harapan, akan ada saat dimana harapan kita diberikan-Nya, dan bertawakkallah.

فاذا تأخر مطلب فلربما # من ذلك التأخير كل مطلب
Jika seseorang tak menggapai-gapai apa yang ia damba, maka barangkali selepas itu akan tergapai semua yang terdamba.

Jika kita sedang hendak mencari jodoh. Maka berusahalah tanpa henti dan bertawakkallah, meski harus mengalami penolakan berkali-kali. Jika kita ingin menjadi alim maka belajarlah, meski mengharuskan gagal berkali-kali, jangan pernah putus harapan. Dan apa saja asa dan cita-cita kita berikhtiarlah tanpa henti dan bertawakkallah.

يا قلب ثق بالله # فهو المعطي المانع
وارض بقضاء الله # انك لله راجع

Duhai hati, percayalah kepada Allah. Ialah yang Maha memberi yang Maha menghalangi.
Legawalah dengan ketentuan Allah, sungguh kau kepada Allah akan kembali.

Wallahu ta'ala a'lam

Kesalahan Fatal Salafi Dalam Memaknai Term Thoifah

ﻻ ﻳﺰاﻝ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﻣﺘﻲ ﻇﺎﻫﺮﻳﻦ، ﺣﺘﻰ ﻳﺄﺗﻴﻬﻢ ﺃﻣﺮ اﻟﻠﻪ ﻭﻫﻢ ﻇﺎﻫﺮﻭﻥ
Masih akan tetap ada kelompok ummatku yang menunjukkan (kebenaran), sampai dekat hari kiamat dan mereka terus saja menampakkannya

Dalam tubuh kaum muslimin, sampai kapanpun akan kita temukan sekelompok orang yang terus konsisten untuk tolong menolong dalam mengalahkan musuh-musuh agama dan berusaha meluhurkan kalimat Allah. Hal ini adalah suatu kabar yang telah dijanjikan Rasulillah.

Sekelompok ini bukanlah kelompok yang fanatik kepada golongannya. Menepis jauh-jauh sikap fanatisme semacam ini. Sekelompok yang terus maju berjuang secara konsisten untuk berjuang atas nama Islam bukan kelompoknya, tak peduli apakah mereka menemukan pihak pendukung atau justru malah ditentang.

Sekian carut marut yang terjadi sekarang ini, sekian banyak kemunduran dan pergeseran nilai terjadi di dalam tubuh kaum muslimin. Seseorang dimana-mana menderita penyakit wahn. Betapa kini kebaikan sengaja dicampur dengan keburukan. Akan tetapi akan tetap terus hadir ditengah-tengah kita orang-orang yang selalu konsisten memegang agama, memperjuangkan agama dengan konsistensi tinggi.

Ilmu adalah kehidupan Islam. Sementara kini kita temukan sekian banyak Para Ulama meninggal dunia. Padahal di hati-hati merekalah ilmu-ilmu yang indah bersemayam. Akan tetapi meski begitu, Islam akan terus eksis dengan Imdad Para Ulama yang akan terus meregenerasi.

Salafi memaknai hadits semacam ini sebagai sebuah pernyataan bahwa hanya satu kelompok yang mendapatkan kebenaran. Al Haqqu min Robbik, fama ba'dal haqqi illa dlolal. Kebenaran dari Tuhanmu, dan tiada selepas kebenaran melainkan kesesatan. Di dukung lagi dengan hadits tentang perpecahan ummat, 73 kelompok masuk neraka kecuali hanya satu kelompok saja. Yakni Ma ana alaihi wa ashaby. Yang dipahami oleh Salafi sebagai kelompoknya.

Inilah doktrin yang dijejalkan para Salafi. Salafi begitu berbangga dengan kelompoknya. Mereka tidak lagi berfikir seperti kita tentang apakah amal kita di terima atau tidak. Yang ada dipikiran mereka adalah merasa diri menjadi seorang satu-satunya pengikut Salaf yang berhak masuk surga.

Coba kita memahami hal ini dengan benar, bahwa ungkapan thoifah adalah memakai isim nakiroh. Sehingga lafalnya memiliki cakupan umum. Maka yang dimaksud bukan sekelompok secara khusus akan tetapi umum.

Dulu Islam merupakan Ummat yang tak bercerai-berai. Setelah bercerai-berai Islam menjadi Thoifah. Sehingga kini Islam dipahami tidak seuniversal dulu, akan tetapi sesuai dengan pemahaman masing-masing kelompok. Di dalam Islam ada kelompok yang konsisten dalam berdzikir maka jangan sampai di remehkan. Ada lagi kelompok yang fokus dalam mempelajari politik Islam juga jangan di remehkan, dan lain sebagainya. Yang penting jangan sampai merasa paling benar sehingga meremehkan kelompok lain.

Kelompok-kelompok itu ibarat bagian-bagian tubuh yang sedang bercerai berai. Suatu saat ketika Islam kembali merengkuh kekuatan yang besar, kelompok itu akan bersatu padu menjadi satu tubuh kembali.

Para ulama memahami maksud Thoifah dengan sekian ragam makna:

- _Al Mujtahidun_

Merekalah orang yang memiliki kapabilitas keilmuan yang sangat tinggi sehingga berperan besar dalam menyelamatkan ummatnya.

Bahwa ada yang berpendapat bahwa pintu Ijtihad terus terbuka akan tetapi kita lihat tidak ada orang yang masuk. Maka Mujtahid tak senantiasa hadir, sebab Allah mengambil ilmu tidak dicabut dengan hilang begitu saja akan tetapi dengan wafatnya ulama.

- _Al Murobitun Fi tsughur wal mujahidun li i’lai kalimatillah._

Ada kelompok tertentu yang memperjuangkan Islam dengan kemampuannya secara konsisten. Termasuk yang berperan disini adalah pondok pesantren. Sebenarnya makna asal dari Murobithun adalah tentara yang siaga di pos jaga perang akan tetapi sekarang bisa juga dimaknai sebagai pondok pesantren yakni sebagai pos perjuangan. Maka selepas pulang ke rumah kita mesti mengambil bagian dalam hal ini, dengan memperjuangkan Islam dan berdakwah.

Murobithun adalah mereka yang mengambil bagian dalam perjuangan Islam dengan menghalau sisi ekstrimisme, liberalisme, dan interpretasi yang digemborkan oleh orang-orang bodoh.

- ﻗﺎﻝ اﻟﻨﻮﻭﻱ: ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ اﻟﻄﺎﺋﻔﺔ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﺘﻌﺪﺩﺓ ﻣﻦ ﺃﻧﻮاﻉ اﻷﻣﺔ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺷﺠﺎﻉ ﻭﺑﺼﻴﺮ ﺑﺎﻟﺤﺮﺏ ﻭﻓﻘﻴﻪ ﻭﻣﻔﺴﺮ ﻭﻣﺤﺪﺙ ﻭﻗﺎﺋﻢ ﺑﺎﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭاﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ اﻟﻤﻨﻜﺮ ﻭﺯاﻫﺪ ﻭﻋﺎﺑﺪ ﻭﻻ ﻳﻠﺰﻡ اﺟﺘﻤﺎﻋﻬﻢ ﺑﺒﻠﺪ ﻭاﺣﺪ

Kesimpulannya yang di maksud dengan Thoifah menurut Imam Nawawi adalah Jamaah yang beragam yang konsisten dengan Islam dengan kapasitas pribadinya masing-masing. Ada pihak yang fokus dalam politik Islam, ada yang spesialis Hadits, ada yang Zahid, ada yang menggeluti ekonomi, ada pula yang menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, dll. Yang terpenting semuanya berusaha untuk memperjuangkan Islam dengan cara dan kapasitasnya masing-masing. Tidak mesti kumpul dalam satu kelompok atau sebuah negara. Dan tidak merasa sebagai kelompok yang paling benar dan menyalahkan dan menganggap remeh kelompok lain.


Wallahu ta'ala a'lam.

Rabu, 07 September 2016

Hidupkan Hati Dengan Menghidupkan Sunnah

Sebuah hal yang pernah dilakukan oleh Rasulillah, jika kita niatkan untuk mengikuti Rasulillah, maka kita akan mendapatkan pahala. Biniyyatin sholihah tanqolibul adah ibadah.

Sunnah memang perlu dihidup-hidupkan. Tersebab seseorang yang menghidupkannya dianggap telah mencintai Nabi, dan dengan cinta inilah kita akan dibersamakan dengan beliau kelak di surga. Dengan menghidupkan sunnah seseorang akan menggapai puncak iman tertinggi dan hati kita akan senantiasa hidup. Maka kita perlu mengasah kepekaan kita terhadap sunnah dan seruan yang digelorakan oleh Nabi.

_Ya hayyu ya Qoyyum
Ahyil qulub tahya
Washlih lanal a'mal
Fiddini waddunya_

Rasulullah Duduk Bersila
“Suatu Hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dikala lepas shalat shubuh, beliau duduk sila di tempatnya hingga mentari terbit berpendaran putih.”

Hal ini adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan Rasulullah. Ada sisi penting untuk duduk selepas shalat, apalagi setelah shalat shubuh. Disamping hal itu mencakup ittiba' dengan cara duduk Rasulillah, kita juga akan didoakan Malaikat. Allahummaghfirlahu Allahummarhamhu. Beginilah manhaj yang diterapkan Abuya, menyenandungkan wirid-wirid selepas shubuh sampai terbit mentari.

Di dalam shalat memang dikenal dengan sekian model duduk. Di madzhab Syafii dikenal duduk iftirosy dan tawaruk. Akan tetapi ada kemudahan di dalam Islam, yakni di saat seseorang melakukan shalat sunnah dengan banyak rakaat, ia lebih di sarankan untuk duduk iftirosy meski dikala Tahiyyat, untuk lebih meringankan dan memudahkannya meneruskan shalat yang selanjutnya.

Rasulullah Melarang Dua Orang Berbisik
Dalam kesempatan lain Rasulillah juga menekankan: “Jangan berbisik dua orang mengabaikan orang ketiga. Sebab hal itu menyinggung dirinya.”

Jika ada tiga orang kemudian dua orang ingin berbisik. Seharusnya meminta izin terlebih dahulu dengan orang ketiga. Agar ia tidak merasa tersinggung.

Akan tetapi jika orangnya berjumlah empat maka tiada masalah. Sebab masih ada teman lain yang mendampinginya.

Ini sama kasusnya dengan dikala kita bertamu. Jika ada panggilan masuk, sementara kita sedang ditemui tuan rumah, seharusnya kita tidak menerimanya, kecuali meminta izin keluar terlebih dahulu dan memang dalam kondisi mendesak. Sebab hal itu mengurangi adab dan menyinggung perasaan tuan rumah.

Ponsel sebuah benda teknologi yang akhir-akhir ini berhasil membuat orang-orang mengabaikan karibnya, membuat mereka tak memiliki adab.

Pemilik Majlis Lebih Berhak Dengan Majlisnya
Rasulullah pernah juga menyampaikan: “Dikala seseorang hendak beranjak dari tempat duduknya kemudian ia kembali lagi ke majlis itu, maka ia lebih berhak untuk duduk ditempatnya semula.”

Namun Rasulullah mengajarkan, jika seseorang hendak kembali ke majlisnya, supaya ia meletakkan apa yang ia bawa sebagai sebuah tanda.

Kaab bin Al Iyady menuturkan, bahwa ia seringkali bolak balik mengunjungi Abu Darda'. Suatu saat Abu Darda' menceritakan: Rasulullah dikala duduk dan kami duduk di sisinya, lantas beliau beranjak, jika beliau hendak kembali ia akan melepaskan sandal atau apa saja yang beliau bawa untuk ditinggal di majlis itu. Para sahabat mengerti tentang isyarat semacam itu sehingga membuat mereka tidak bubar.

Hal ini juga isyarat bagaimana seorang murid semestinya tidak meninggalkan majlis sebelum guru beranjak terlebih dahulu. Ini yang akan membuahkan keberkahan majlis. Sebab didalam majlis ada doa yang dirapalkan malaikat yang akan sempurna kita dapatkan jika kita duduk sampai majlis selesai.

Mengharumkan Majlis Dengan Dzikir
“Tiada kaum yang beranjak dari majlis yang mereka tiada dzikir kepada Allah didalamnya, kecuali meraka beranjak layaknya seonggok bangkai keledai (dalam bau busuk dan kotornya), Dan majlis itu bagi mereka menyebabkan penyesalan.”

Sekarang kita memasuki era dimana banyak orang masuk sebuah kafe untuk hanya memesan kopi seharga Rp. 2000 akan tetapi duduk cangkruknya 5 jam.

Seharusnya kita berusaha menghidupkan majlis dengan dzikir kepada Allah. Bukan obrolan yang tak mengandung faidah atau justru merupakan sebuah dosa seperti berghibah ria. Sebab semua hal yang terucap akan direkam dengan sempurna oleh Malaikat yang esok hari akan dimintakan pertanggung jawaban. Pada saat itulah seseorang baru merasakan penyesalan dengan apa yang ia lakukan.

Tidak hanya itu, bahwa dikala hendak duduk, atau akan berbaring seharusnya seseorang membukanya dengan berdzikir kepada Allah. Atau bahkan setiap sesuatu yang mengandung sisi penting seharusnya diawali dengan basmalah. Agar muncul keberkahan. Ilmu yang cukup sederhana, mengawali semuanya dengan basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah.

Semoga kita dimudahkan dalam menjalani sunnah dan apa-apa yang digelorakan Rasulullah. Sehingga membuat hati kita senantiasa hidup dan kita akan meraih puncak iman tertinggi. Amin Allahumma amin.

Wallahu ta'ala a'lam
Semoga bermanfaat.

Selasa, 06 September 2016

Sesaat Untuk Tuhanmu Sesaat lain Untuk Dirimu

Handlolah Al Usaidy, seorang sahabat yang termasuk tim penulis wahyu. Suatu hari ia berjalan bertemu Sayyidina Abu Bakar, ia tiba-tiba menangis. Lantas berkata:

“Hadlolah munafik, Abu Bakar!, dikala aku sedang bersama Rasulillah lalu beliau menuturkan terkait neraka dan surga seolah aku benar-benar melihatnya di depan mata. Namun dikala sudah balik ke rumah, aku sibuk mengurusi istri dan pekerjaan. Maka aku menjadi banyak lalai.”

“Jika semacam itu, demi Allah aku juga sama. Ayolah kita berangkat saja menemui Rasulillah.” sergah Abu Bakar.

Maka keduanya akhirnya berangkat menemui Rasulillah. Tatkala Rasulillah melihatnya. Beliau bertanya:

“Kau kenapa Handlolah?”

“Hadlolah munafik, Rasulillah! Dikala aku sedang bersama engkau lalu engkau menuturkan terkait neraka dan surga seolah aku benar-benar melihatnya di depan mata. Namun dikala sudah balik ke rumah, aku sibuk mengurusi istri dan pekerjaan. Maka aku menjadi banyak lalai.”

Rasulullah akhirnya menjawab, “Kalau saja kau terus-terusan dalam kondisi dikala kau sedang bersama denganku maka Malaikat akan menjabat tanganmu, di majlis-majlis dan jalan-jalan, juga di atas tempat tidurmu. Akan tetapi Handlolah, sesaat dan sesaat.”

Seseorang sebagai seorang manusia memang memiliki kebutuhan-kebutuhan (hajah udlwiyyah) yang semestinya di tunaikan. Tak seperti Malaikat yang tak memilikinya. Maka tak heran jika Malaikat hanya melakukan sebuah tugas yang diperintahkan oleh Allah. Ada yang hanya sujud saja, ada yang cuma rukuk saja, dsb.

Namun manusia tak mungkin semacam itu. Tak mungkin seseorang terus-terusan ingat sama Allah. Sehingga disamping berusaha terus terhubung kepada Allah, maka ada saat bagi kita untuk memenuhi kebutuhan layaknya manusia sebagaimana mestinya. Saa’atan Robbak Saa’atan nafsak. Sesaat untuk Tuhanmu sesaat untuk dirimu. Ada saat kita fokus dalam menghadirkan diri kepada Allah (saa’atul hudluur), ada saat pula seseorang perlu mencukupi kebutuhan jasmani dan rohaninya (saa’atul futuur)

Kita mengenal Abuya al Maliki betapa beliau sosok yang Allamah, akan tetapi beliau adalah figur Ulama yang tidak mempermasalahkan jika seorang Kyai suatu saat memasuki Mall atau pasar. Sebab ia sendiri yang lebih mengerti tentang apa yang menjadi kebutuhannya. Tak perlu kemudian sesumbar: “Tidak pantas Kyai ke Mall!”. Sebab Abuya saja dikala berkunjung ke Singapura beliau juga menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Mall membawa serta murid-muridnya.

Seseorang juga kadang memerlukan rekreasi. Bahwa Rasulillah saja terkadang juga mengajak para sahabat untuk rekreasi. Memberi tawaran tugas pada mereka. Ada yang memilih untuk menyembelih kambing, ada yang menguliti, ada yang memotong dagingnya, ada juga yang membakarnya, maka Rasulullah memilih untuk mencarikan kayu bakarnya.

Hadits ini mengesankan bahwa Islam itu indah dan mudah. Memang kita mengerti dalam bersikap seseorang memiliki pilihan untuk menerapkan ibadah dalam level hal (biasa) atau level maqam (istimewa). Ada seseorang bersedekah dikala banyak uang maka ia memilih level hal, ada juga yang tetap bersedekah meski sedang tidak punya uang, maka ia dalam posisi maqam. Ada yang mewajibkan qurban di tiap tahun, ada juga yang qurban sekali untuk seumur hidup. Bahkan ada yang menghukumi sunnah muakkad. Yang penting tidak sok dalam amal yang ia lakukan. Merasa diri telah melakukan amal yang luar biasa dan memandang orang lain dengan pandangan merendahkan.

Terkait dengan hal ini, maka memahami hikmatuttasyri' merupakan sebuah hal yang amat penting dipahami oleh calon Kyai. Tidak gampang melarang sebuah hal. Sedikit-sedikit haram. Tidak memahami orang yang tertimpa permasalahan. Seseorang butuh solusi dalam memecahkan problem kehidupan, bukan malah menambah beban yang ia rasakan. Ingat-ingat lagi cerita tentang penjahat yang membunuh puluhan orang yang pada akhirnya divonis masuk surga. Sebab fatwa solutif yang disarankan seorang Kyai yang ia temui. Saat itu ia bertanya apakah Allah berkenan menerima taubatnya jika ia bertaubat?. Maka Sang Kyai menjawab dengan mantap, InsyaAllah, Allah akan menerima taubatmu.

Wallahu ta'ala a'lam

Senin, 05 September 2016

*Kedengkian Yahudi Terhadap Rasulullah dan Hobi Mereka Dalam Memanipulasi Ayat*

Sebenarnya orang-orang Yahudi dan Nasrani telah mengerti siapa Rasulillah sebenarnya. Sebab mereka telah menemukan karakteristik diri Rasulillah seperti apa yang tertera di kitab mereka. Maka keengganan mereka dalam mengikuti ajaran Rasulillah bukan sebab tiada tahu, akan tetapi sebab penyakit kedengkian dan aniaya yang mereka idap. Bahkan sebenarnya, seperti dalam ayat al Quran, mereka mengenal Rasulillah layaknya mengenal anak-anak mereka sendiri.

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah :146)

Padahal dulu disaat Rasulillah sebelum hadir, orang-orang itu seringkali menceritakan karakter Rasulullah kepada anak-anak mereka, sehingga membuat anak-anak sampai begitu merindukan kehadiran Rasulillah.

Bahkan ada anak yang sampai enggan makan dan minum, hingga membuatnya demam. Maka bapaknya berusaha mengobati anaknya dengan menjemurnya dibawah terik matahari pagi. Disaat itu, ternyata datang seseorang, di perhatikannya orang itu lamat-lamat, Akhirnya ia menemukan bahwa ia adalah sosok yang berkarakter persis dengan yang selama ini diceritakan ayahnya. Sehingga ia seketika berteriak kencang, “Ini Rasulullah!”.
Sosok itu memang adalah Rasulullah. Akan tetapi bapaknya menimpali, “Bukan, bukan orang ini”. Anak tersebut tak percaya dengan kata-kata bapaknya, ia langsung menyambut Rasul dengan menyerukan Syahadat, “Asyhadu an lailaha illallah wa annaka Rasulullah!”. Tak lama selepas itu pada akhirnya anak itu meninggal dunia. Ya, ia meninggal dunia dengan mengantongi iman yang baru.

Ya, seseorang ketika mengidap penyakit dengki, ia akan terus berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh orang lain. Sampai nikmat itu betul-betul lenyap atau orang tersebut mati. Setiap kenikmatan akan menghadirkan orang yang dengki. Kullu dzi nikmatin mahsud.

Selain itu, Yahudi memang pihak yang amat suka menyembunyikan sebuah kebenaran, yang sebenarnya mereka telah ketahui hakikatnya.

Dulu ada seorang laki-laki Yahudi yang zina dengan seorang wanita. Mereka tidak meminta fatwa dari tokoh mereka justru ada yang menyarankan,

“Kau pergilah ke Nabi ini, ia akan memberimu keringanan, Jika ia memberikan fatwa dengan fatwa selain Rajam maka kita akan menerimanya, sehingga hal ini bisa dijadikan hujjah kelak disisi Allah.”

Mereka orang Yahudi memang mengakui bahwa Rasulillah membawa agama yang mudah, ringan, dan gampang. Tiada yang diberatkan. Namun bukan berarti bisa digampang-gampangkan seenaknya sendiri.

Maka Rasulillah demi ditanya tentang hukum bagi keduanya, beliau bertanya:

“Apa yang kau temukan di Taurat tentang hukum rajam?.”

“Tidak ada itu rajam, Kita menghukum pelaku zina dengan mengungkap kejelekkan mereka dimuka umum dan mereka di jilid.” Jawab mereka.

“Kau dusta, disana ada yang menjelaskan tentang rajam, datangkan Taurat dan buka!” kata Abdullah bin Salam, seorang Yahudi yang sudah masuk Islam.

Mereka pun menghadirkan taurat, seorang dari mereka menaruh tangannya pada ayat yang menjelaskan rajam, dan hanya membaca ayat sebelum dan sesudah itu.

“Heh, singkirkan tanganmu!” kata Bin Salam.

Ia pun mengangkat tangannya, sungguh disana ada ayat yang menjelaskan rajam.

Merekapun menyatakan: “Muhammad benar, disana ada ayat yang memerintah rajam. Maka Rasulillah memerintah keduanya agar dirajam.

Ya, orang-orang Yahudi memang seringkali dengan entengnya merubah ayat-ayat di dalam taurat demi mendapatkan segepok uang. Hal ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh oknum dai yang justru ada di pintu-pintu neraka, merekalah dai yang hobi menjual ayat-ayat Allah demi mendapatkan segepok uang dan kenikmatan dunia yang lain. Merubah hukum-hukum Allah untuk ditukar dengan dunia.

Dulu seorang Maiz bin Malik tetiba datang menemui Rasulillah. Ia adalah seorang yang pendek dan berotot, datang tanpa mengenakan surban. Ia sekonyong-konyong mengakui, bersaksi empat kali untuk dirinya sendiri, bahwa ia pernah berzina. Rasulillah menanggapi: “Ah kau barangkali cuma mencumbuinya atau cuma bermain mata dengannya, atau sekedar memandang wajahnya?”

“Tidak, demi Allah aku zina ya Rasulallah!”

Maka Rasulullah memerintah untuk merajamnya.

Kadang memang kita tiada menyukai sebuah hal, akan tetapi ternyata itulah yang baik bagi kita. Dan sebaliknya kadang kita suka dengan sebuah hal, namun Allah justru memberi hal lain yang tiada kita suka. Akan tetapi ternyata itulah yang terbaik bagi kita. Kita akan menemukan hikmah di setiap kejadian sebab Allah memberi apa yang baik bagi kita bukan yang kita inginkan.

Wallahu ta'ala a'lam

Minggu, 04 September 2016

Meraih Jiwa Yang Indah, Lapang, dan Tentram Dengan Cara Nabi

Syaithan akan terus mengajak kita untuk menggagalkan melakukan kebaikan. Sebab perilaku kebaikan merupakan perbuatan yang sering dilakukan oleh hamba yang sholih.

Maka dalam hal apapun, semestinya kita melakukan hal-hal yang bersebrangan dengan kebiasaan yang dilakukan syaithan. Jika syaithan makan dan minum dengan memakai tangan kiri. Maka kita harus berusaha memakai tangan kanan. Rasulillah bersabda:

ﺇﺫا ﺃﻛﻞ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻴﺄﻛﻞ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ، ﻭﺇﺫا ﺷﺮﺏ ﻓﻠﻴﺸﺮﺏ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻓﺈﻥ اﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻳﺄﻛﻞ ﺑﺸﻤﺎﻟﻪ، ﻭﻳﺸﺮﺏ ﺑﺸﻤﺎﻟﻪ
Dikala kalian hendak makan, makanlah dengan memakai tangan kanan. Dikala hendak minum maka minumlah dengan tangan kanan. Sebab sungguh Syaithan makan dengan tangan kiri. Dan minum juga memakai tangan kiri.

Lain dari itu, memakai tangan kanan merupakan isyarat memulyakan nikmat Allah. Sebab nikmat Allah memiliki hak yang mesti ditunaikan, yakni bersyukur dengan memuliakan nikmat itu, tidak merendahkannya.

Memakai tangan kanan juga bisa membuat jiwa kita akan menjadi indah (thibunnafsi) karena efek dari menaruh sebuah hal pada tempatnya.

Dalam hidup kita semestinya berusaha mempunyai jiwa yang indah (thibunnafsi), yang lapang (insyirohunnafsi), sekaligus yang tenang nan tentram (ithmi'nanunnafsi). Maka cara meraihnya adalah dengan menaruh sebuah hal pada tempatnya untuk meraih keindahan dalam jiwa, tabah dan sabar (tahammul) untuk mendapatkan kelapangan jiwa, dan dengan dzikir kepada Allah untuk memiliki ketenangan dan ketentraman jiwa.

Jiwa yang indah, lapang, dan penuh dengan ketenangan adalah bagian apa yang disebut oleh Rasulillah sebagai “Ghinan Nafsi”. Dalam sebuah hadits disebutkan:

ليس الغنى عن كثرة العرض و لكن الغنى غنى النفس
Bukanlah kekayaan dengan memiliki banyak harta benda akan tetapi yang dimaksud dengan kaya adalah dengan kayanya hati.

Selain dalam masalah makan dan minum, memakai tangan kanan juga seharusnya dilakukan ketika seseorang hendak mengambil atau memberikan sesuatu kepada orang lain. Juga dalam hal-hal lain yang dinilai baik oleh agama.

Dulu ada seorang yang diperingatkan Rasulillah untuk makan memakai tangan kanan. “Makanlah dengan tangan kanan!”. Akan tetapi orang itu justru menjawab: “Oh, tidak bisa saya”. Ia menjawab dengan nada jumawa. Maka Rasulillah pun menanggapi: “Ia kau takkan bisa!”. Sehingga pada akhirnya orang itu benar-benar tidak bisa mengfungsikan tangan kanannya. Tangan itu seolah lumpuh. Menurut Ibnu Mandah orang itu adalah Busur bin Ro'il ‘Aidi al Asyja'i.

Dalam makan hendaknya kita tiada lupa membaca basmalah dan doa, menggunakan tangan kanan, makan dari sisi tepi piring. Jika makan bersama-sama maka seharusnya kita tidak mengambil kecuali makanan yang ada di hadapan kita. Yang disebut terakhir ini menurut Imam Syafi'i adalah sebuah kewajiban. Karena ungkapan perintah menunjukkan isyarat wajib. Sehingga jika kita hendak mengambil makanan yang tidak dihadapan kita, kita mesti izin dengan pihak yang bersangkutan. Dalam sebuah hadits disebutkan:

كل مما يليك
Makanlah apa yang dihadapanmu!

Demikianlah figur Rasulillah, beliau adalah sosok Nabi yang mengajarkan ummatnya tidak hanya dalam masalah-masalah besar saja, akan tetapi bahkan perkara-perkara kecil semuanya diajarkan adab-adabnya oleh beliau. Beliau adalah seorang Murobby paling utama dan sempurna. Sebab secara definitif, yang dimaksud dengan Murobby adalah sosok figur yang mengajarkan hal-hal kecil sebelum yang besar.

Wallahu ta'ala a'lam

Rabu, 31 Agustus 2016

Jangan Sakiti Orang Lain Dengan Dudukmu

Termasuk dari adab dalam kehidupan adalah apa yang diajarkan oleh Rasulillah untuk bagaimana tidak mengambil alih tempat duduk orang lain.

Maka jika ada dua orang yang sedang asyik ngobrol berdua, jangan sampai seenaknya sendiri kita mengambil alih tempat duduk mereka. Hal itu sebuah hal yang dikatakan Rasulillah sebagai hal yang tak diperkenankan, atau merupakan hal yang tidak sepantasnya dilakukan. Dalam beberapa hadits disebutkan:

ﻻ ﻳﺠﻠﺲ ﺑﻴﻦ ﺭﺟﻠﻴﻦ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻬﻤﺎ
Tidak diperkenankan duduk di antara dua orang kecuali dengan izin keduanya.

ﻻ ﻳﺤﻞ ﻟﺮﺟﻞ ﺃﻥ ﻳﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ اﺛﻨﻴﻦ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻬﻤﺎ
Tidak sepantasnya bagi seorang memisah dua orang kecuali dengan izin keduanya.

Kita hidup adalah untuk menebar kebaikan kepada sesama bukan untuk memberangus hak yang dimiliki oleh orang lain. Maka ketika bersikap kita semestinya berusaha tidak membuat orang lain merasa tersinggung, menjaga perasaan orang lain. Bahkan seharusnya kita terus berusaha membuat senang orang lain.

Sebab hati dikala sudah terluka, ia akan sulit disembuhkan dengan kondisi layaknya semula. Dalam sebuah syair dikatakan:

ان القلوب اذا تنافر ودها # مثل الزجاجة كسرها لا يجبر
Jika hati sudah lepas kecintaannya, ia layaknya kaca yang pecahnya takkan bisa diperbaiki.

Cinta adalah tentang perasaan. Maka cinta takkan bisa dihalangi oleh tempat yang berjauhan. Ia akan mendekatkan dua hati yang raganya saling berjauhan. Hikmah menyatakan:

تباعدت الأشباح تقاربت الأرواح
Raga saling berjauhan namun ruh saling berdekatan. Atau dalam istilah kita, jauh dimata dekat dihati.

Akan tetapi jika cinta tak bersemayam di hati, meskipun raga terlihat bersama, hati takkan pernah merasa bersama. Hal ini yang di alami oleh orang yang didalam dirinya terdapat hijab hati, sehingga takkan mampu merasakan kehadiran Allah yang lebih dekat daripada urat nadi.

Hijab hati yang bersemayam pada diri orang kafir adalah memilih dunia dari pada akhirat, sementara yang di rasakan seorang muslim adalah mencintai dunia dan takut mati. Penyakit ini sangat umum diidap oleh generasi akhir zaman.

Generasi muslim seharusnya berusaha untuk menghidupkan hati dengan cara: mencari rizqi yang halal, menyediakan diri untuk ikut dalam majlis ilmu, dan terus berusaha mencari karib yang tiada motif apapun selain hanya karena Allah.

Sebab jika ketiga cara itu sudah benar-benar sulit untuk ditemukan, maka itu adalah sebuah tanda sudah dekatnya hari qiyamat.

Kembali ke pembahasan berkaitan adab, bahwa seseorang ketika duduk tidak masalah jika ia ingin duduk dengan posisi ihtiba' yakni duduk memeluk lutut dengan punggung kaki diikat surban. Akan tetapi hal itu dilakukan tidak ketika sedang menunggu shalat atau dikala mendengarkan khutbah.

Berkaitan dengan cara duduk, kita juga semestinya memperhatikan bagaimana adat daerah itu berlaku. Cara-cara duduk yang di anggap kurang sopan oleh adat setempat semestinya tidak kita lakukan.

Tidak diperkenankan pula duduk dengan gaya layaknya gaya duduknya Yahudi. Yakni duduk dengan cara meletakkan tangan kiri dibelakang punggung dan bersandar pada ujung tangan kanan. Seorang sahabat ditegur Rasulillah dikala melakukan duduk semacam itu.

Wallahu ta’ala a'lam

Selasa, 30 Agustus 2016

Dua Dosa Yang Siksanya di Awalkan di Dunia Sebelum di Akhirat

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tiada dosa yang lebih berhak disegerakan siksaannya oleh Allah kepada pelakunya di dunia selain siksaan yang disimpan untuknya di akhirat dari pada kelaliman dan memutus silaturrahim.

Seseorang hidup telah diberi kebaikan yang amat banyak oleh Allah. Maka semestinya yang perlu ia lakukan adalah melakukan kebaikan kepada Allah dan juga kepada manusia. Wa ahsin kama ahsanallohu ilaik.

Sebuah perilaku yang amat tidak sepantasnya jika seseorang telah diberi sekian kebaikan akan tetapi ia justru berbuat lalim kepada Allah dan sesama manusia. Sehingga pada hadits di atas, Allah sampai akan menyegerakan siksaan baginya di dunia sebelum di akhirat.

Kita hidup adalah untuk saling menebar kemanfaatan dengan sesama. Bagaimana seseorang saling melengkapi kekurangan masing-masing. Liyattakhidza ba'dlukum ba'dlon sukhriyya. Bukan untuk berbuat zholim kepada mereka. Jika yang terlihat justru adalah kezholiman, maka itu adalah sebuah tanda orang itu telah melakukan kufur nikmat yang nyata kepada Allah.

Selain itu, memutus tali silaturrahim juga perilaku yang akan mengawalkan siksaan bagi pelakunya dikala masih didunia, selain dari siksaan yang disiapkan Allah untuknya kelak di akhirat. Memutus tali silaturrahim berarti tak lagi mengakui mereka sebagai kerabat.

Sementara yang dimaksud dengan kerabat secara umum adalah saudara seiman, dan secara khusus adalah melalui kekerabatan (al qorobah) dan sambungan ilmu(ar-robithoh al ilmiyyah). Sebab ilmu adalah sepotong daging layaknya sepotong daging nasab.

Kenapa sambungan ilmu juga di golongkan layaknya rohim?. Sebab kekerabatan berkaitan dengan sambungan ilmu justru lebih besar jasanya daripada kekerabatan hakiki. Sebab sambungan kerabat karena nasab hanya berkaitan jasa terhadap harta benda, sementara sambungan ilmu merupakan jasa berkaitan dengan menyelamatkan seseorang dari neraka.

Dalam dunia keilmuan, tiada istilah mantan guru. Meski seorang murid telah menjadi seorang professor katakanlah, maka memandang guru yang pernah memberinya ilmu tetap seperti dulu yakni sebagai sosok guru, jangan sampai dianggap mantan guru.

Termasuk cara menyambung hubungan dengan guru, adalah dengan mengunjunginya dan juga membacakan doa/fatihah untuk beliau. Sebab Alfatihah dibaca untuk tujuan apa saja. Alfatihah lima quriat lahu.

Santri yang belajar kepada seorang guru di sebuah pesantren hendaknya berusaha terus untuk menyambung hubungan dengan guru. Menyempatkan diri untuk datang ketika ada acara di pondoknya dulu. Jangan sampai telah mesantren sampai 10 tahun sama sekali tak pernah mengunjungi gurunya, atau dzurriyyahnya, bahkan yang lebih parah dari itu, mendoakan gurunya saja tak pernah.

Abuya begitu wafa' terhadap para gurunya. Sampai ketika gurunya sudah wafat beliau selalu berusaha menyambung hubungan dengan dzurriyyahnya. Dan bahkan beliau sampai menyusun Fawatih untuk mendoakan guru-gurunya. Tingkat kedekatan Abuya dengan para guru beliau sampai pada tingkatan beliau seringkali bertemu gurunya baik melalui mimpi atau secara langsung meskipun guru beliau itu sudah wafat.

Wallahu ta'ala a'lam

Senin, 29 Agustus 2016

*Prediksi Rasul Terhadap Kematian Umayyah bin Kholaf*

Sayyidina Saad bin Muadz dikala umroh, beliau singgah di rumah Umayyah bin Kholaf Abi Shofwan. Umayyah juga dikala bepergian ke Syam, ia juga singgah di tempat Sayyidina Saad. Padahal Umayyah adalah sosok yang amat membenci Rasulillah.

Saad adalah seorang yang di tugaskan Rasulillah untuk melesatkan anak panah dikala perang badar. Padahal Saad hanya membawa sedikit anak panah. Akan tetapi Rasulillah terus memberikan komando untuk terus melemparkan anak panah itu. Namun anehnya, anak panah itu tidak habis-habis, seolah terus bertambah.

Saat umroh itu, Saad hendak berpamitan kepada Umayyah untuk melakukan Umroh: “Lihatlah kapan saat sepi sehingga aku bisa thowaf di baitullah”. Umayyah menanggapi: “Tunggu dulu, sampai tengah siang, saat orang-orang tidak ada, kau bisa berangkat untuk thawaf”.

Di saat Saad sedang thawaf, tiba-tiba Abu Jahal terlihat. Ia seketika bertanya:
“Siapa yang sedang thawaf di Baitulloh?”
“Aku Saad.”
“Enak saja kau thawaf disini dengan santainya. Padahal kau termasuk orang yang memberi suaka kepada Muhammad dan para sahabatnya!”

Pada akhirnya mereka terlibat pertengkaran sengit. Umayyah sebagai sahabat Abu Jahal tidak tinggal diam. Ia bilang kepada Saad:
“Jangan kau keraskan suaramu kepada Abil Hakam (Abu Jahal), sebab ia adalah tokoh mulya di lembah ini (Makkah)!.”
“Kalau kau berani menghalangi aku thawaf, maka sungguh aku akan putus tempat dagangmu di Syam!.”
“Heh, jangan kau keraskan suaramu!”
Umayyah segera berusaha menahannya. Saad bertambah geram.
“Heh, biarkan aku!. Sebab aku sungguh mendengar Nabi Muhammad suatu saat akan membunuhmu.”
“Membunuhku?”
“Iya”
“Demi Tuhan, Muhammad tak pernah berdusta, ketika bicara”

Maka ia kembali menemui istrinya. Ia mengatakan pada istrinya:
“Kau tahu apa yang dikatakan saudaraku orang yatsrib itu?”
“Apa yang ia katakan?”
“Ia bilang kalau ia mendengar Muhammad menyatakan suatu saat akan membunuhku.”
“Demi Tuhan, Muhammad tak pernah berdusta.”

Maka dikala Kaum Kuffar keluar untuk melakukan Perang Badar, penyeru datang mengumumkan bahwa waktunya perang sudah tiba, Istri Umayyah bilang kepada suaminya:
“Kau tak ingat apa yang dikatakan Saudaramu orang Yatsrib dulu?”.
Ia teringat, sehingga membuat Umayyah tidak ingin keluar.
Tapi Abu Jahal menegurnya: “Kau adalah bagian dari tokoh lembah ini (Makkah), ayolah berangkat barang satu dua hari.”.
Ia pun menuruti omongan Abu Jahal. Pada akhirnya ia benar-benar terbunuh.

Banyak sekali hadits-hadits yang memaparkan tentang nubuwwah Rasulillah. Bahkan ada 80 hadits yang berisi prediksi Rasulillah tentang munculnya berbagai fitnah. Kita hanya bisa menantikan bahwa hadits-hadits yang pernah disampaikan Rasulillah terbukti satu per satu. Yang bisa kita lakukan hanya berdoa dan berdoa agar kita selamat dari fitnah itu.

Zaman itu adalah zaman dimana seorang yang sabar saja mengalami kebingungan yang luar biasa. Apalagi orang-orang yang tak memiliki kesabaran?

Kini kita memasuki zaman dimana banyak anak-anak yang demikian menjengkelkan orang tuanya. Kita tidak tahu sampai kapan mereka dengan kenakalannya. Maka kita hanya bisa berdoa dan tentu saja berusaha mengarahkan mereka sepanjang yang kita mampu. Barangkali suatu saat Allah membukakan hati mereka sehingga menjadi anak yang shalih dan membanggakan.

Jangan pernah tinggalkan doa: “Robbi auzi'ni an asykuro nikmatakallati an'amta alayya wa ‘ala walidayya wa an a'mala sholihan tardlohu wa ashlihli fi dzurriyyati inni tubtu ilaika wainni minal muslimin.”

Wallahu ta'ala a'lam
Shahih Bukhori

Rabu, 24 Agustus 2016

Ngewongno Wong, Nyenengno Wong, Ojo Nggelakno

Rasulillah mengajarkan kita untuk senantiasa “nguwongno wong”, hanya saja berkaitan dengan caranya memang tidak bisa dengan dipukul rata, ada hak yang dimiliki oleh ahlul fadli wal ilmi meskipun ia adalah seorang menantunya sendiri.

Bahwa suatu saat ada pengemis yang lewat dihadapan Sayyidatuna Aisyah lalu ia ia memberinya sepotong roti, dan ada lagi seorang lelaki memakai pakaian dan punya penampilan yang lewat dimukanya, maka ia mendudukkannya dan memberinya makan. Maka ada yang bertanya-tanya mengapa ia membedakan antara keduanya dalam hal itu. Ia berkata: “ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Posisikan orang sesuai posisinya!”

Berkaitan dengan “ nguwongno” pembantu, Rasulillah pernah bersabda: “ Ikhwanukum khowalukum”. Pembantu di rumah adalah saudaramu. Rasulillah menekankan bagaimana kalau bisa seorang pembantu bisa makan bersama dengan tuannya. Jangan sampai merendahkan hanya sebab telah dibayar. Ini bukan ajaran Islam.

Abuya adalah figur yang luar biasa dalam “ngewongno. Bagaimana beliau mencukupi seluruh kebutuhan para santri. Dari mulai pemberangkatan sampai seluruh kebutuhan selama disana ditanggung penuh oleh Abuya. Tidak tanggung-tanggung para santri rata-rata tinggal disana selama 10 tahun.

Seorang tukang sampah begitu punya jasa besar buat kita, ia memiliki jiwa khidmah yang tinggi. Bukan tentang status yang ia sandang. Sementara banyak orang cenderung lebih suka di khidmahi dari pada mengkhidmahi. Maka hanya orang-orang yang berani menepis ego yang mau dan hobi berkhidmah.

Ada makna yang terkandung dalam basmalah, bahwa disana terdapat lafazh jalalah yang justru disandingkan dengan sifat kasih sayang (Ar-Rohman dan Ar-Rohim). bukan sifat Allah semacam al Muntaqim, atau syadidul iqob. Sehingga mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin dekat dengan Allah maka ia harus meniru sifat Allah kasih sayang.

Banyak orang yang berhasil menjadi wali bukan karena amal ibadahnya yang luar biasa akan tetapi banyak orang di angkat menjadi wali sebab rasa kasih sayangnya.

“Termasuk dari mengagungkan Allah ta'ala adalah memulyakan orang tua muslim, seorang penghafal al-Qur'an yang tidak berlebihan dan tidak menjauhinya, dan memulyakan pemimpin yang adil.”

Suatu saat Sayyidina Ali sedang berjalan menuju Masjid untuk shalat berjamaah, di tengah jalan ia bertemu dengan seorang tua yang juga ke arah masjid, ia tak mau mendahului orang tua itu, ia pikir orang tua itu seorang muslim yang juga akan shalat di masjid. Ia berjalan pelan dan perlahan ternyata setelah sampai didepan masjid orang tua itu tidak masuk justru terus berjalan, sehingga ia tahu kalau dia bukanlah seorang muslim.

Para penghafal al-Quran memiliki hak untuk dimuliakan sebab mereka mengemban sebuah perkara yang agung. Akan tetapi bukan seorang penghafal Alqur'an yang ekstrim yang memakai al-Qur'an hanya untuk berbangga diri. Menyalahkan pihak lain yang katanya beribadah tanpa dasar dalil langsung al-Quran hadits. Juga bukan seorang yang hafal akan tetapi perilakunya jauh dari apa yang ia hafalkan. Jika direnungkan dengan sederhana, dua pihak ini bisa dimaknai sebagai kelompok wahabi yang ekstrim kanan, dan kelompok liberal yang ekstrim kiri.

Selain itu ada pula hak yang dimiliki oleh orang-orang alim (Dzul Fadl). Sehingga kita semestinya memulyakan mereka. Seperti yang disebutkan dalam surat al Mujadalah ayat 11 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini turun sebab sebuah kejadian, suatu hari banyak sahabat yang sudah menunggu dan berdesak-desakan menghadiri majlis untuk mendapatkan tempat di depan. Selepas majlis itu penuh, ada rombongan ahli badar datang. Karena mereka adalah orang-orang mulia, maka Rasulillah ingin “ngewongno” memulyakan mereka. Rasulillah mempersilahkan mereka masuk dan duduk di depan. Rasulillah memerintah orang-orang untuk berdiri pindah dari tempat duduknya. Tapi mereka enggan sehingga pada akhirnya sampai turun ayat di atas.

Jika seseorang ingin hidupnya lancar dan lapang, maka orang itu harus pintar meng-orang-kan orang, memulyakan mereka. Orang yang melapangkan orang lain akan dilapangkan hidupnya oleh Allah.

Wallahu ta'ala a'lam
Semoga bermanfaat.
Abi Daud, 25082016

Senin, 22 Agustus 2016

*Nikmati Nikmat Yang Ada, Tampakkan, dan Syukuri*

Zaman yang dialami oleh Rasulillah adalah zaman yang kebanyakan orang hidup dengan cara sederhana. Rasulullah sendiri kala tidur, beliau memakai alas tidur yang amat kasar, sehingga tak jarang beliau kulitnya merah-merah sebab alas yang kasar itu.

Suatu hari Rasulillah pernah memprediksikan bahwa kehidupan para sahabat akan berubah. Mereka dijanjikan suatu saat akan tidur di tempat tidur yang empuk. Yang pada saat itu hanya bisa dinikmati oleh raja-raja persia dan romawi.

Beliau bersabda: “Kau punya alas tidur yang empuk?
.“Mana ada alas tidur empuk?” kata Jabir.
Rasul menjawab: “Bahwa sungguh Kau akan merasakan tidur di alas yang empuk”.

Seorang sahabat Rasulillah bernama Jabir itu, yang kala didawuhi Nabi adalah sahabat yang amat berkekurangan, pada akhirnya ia menjadi orang yang berkecukupan. Sampai ia memiliki 22 buah rumah. Ia benar-benar memiliki alas tidur yang empuk. Namun sebab ia terkenang dengan kehidupan saat bersama Rasul. Ia meminta istrinya untuk menyingkirkan alas itu darinya. Tapi istrinya mengingatkan: “ Bukankan Rasulillah dulu pernah menyampaikan: ‘Bahwa kau sungguh akan merasakan tidur di atas alas yang empuk' lantas kau mau meninggalkannya?” Maka Jabirpun memakainya.

Maka zuhud bukan tentang pakaian yang tak pernah disetrika, bau badan yang menyengat, penampilan yang mengenaskan. Itu namanya taqosyuf. Akan tetapi zuhud adalah mengambil secukupnya. (Al akhdzu ala qodril kifayah). Meskipun ia kaya raya, ia mengambil seperlunya, dan selebihnya adalah untuk Allah ta'ala.

Islam amat menekankan tentang kebersihan. Rasulillah adalah figur yang amat mencintai kebersihan. Ia senantiasa membersihkan diri dan lingkungan. Berpenampilan wangi. Beliau sampai pernah bersabda: “Sesiapa yang makan bawang, jangan dekat-dekat masjid kami”. Sehingga kita mesti berusaha mencontoh beliau.

Dalam menghukumi rokok, terlepas dari ikhtilaf para ulama tentang hukumnya. Ada yang mengharamkan, memubahkan, dan memakruhkan. Akan tetapi Abuya lebih memerhatikan faktor bau mulut yang demikian menyengat dari seorang perokok. Apalagi bagi penuntut ilmu, amat tidak layak mereka yang notabene tiap hari membaca al Qur'an hadits, fiqh dan ilmu-ilmu yang lain, tetapi mulut mereka menebarkan bau busuk dari asap rokok.

Abuya al Maliki, dikala melihat santrinya yang berpenampilan “kompros” baju tidak disetrika, Abuya langsung memanggil, “Kesini!”, Tak banyak bicara beliau langsung menyobek baju santri itu lantas berkata, “Kamu Fakir!?, Semoga Allah mengfakirkanmu!”.

Dalam sebuah hadits disebutkan:
ان الله يحب ان يرى اثر نعمته على عبده
Sesungguhnya Allah senang diperlihatkan atsar nikmat-Nya atas hamba-Nya.

Kalau kita diberi nikmat kita perlu menyukurinya dengan cara menampakkan bekas nikmat yang diberikan-Nya. Jika kita banyak uang tak perlu kemudian kita kikir kepada diri sendiri. Banyak harta akan tetapi bajunya cuma dua. Dalam hal ini, Abuya adalah figur yang perlu ditiru. Sebab selain beliau begitu alim, beliau memiliki wajah yang tampan serta penampilan yang baik dan indah.

Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa, jangan sampai berlebihan. Dan juga jangan lupa untuk membagikan nikmat itu kepada orang lain. Ada hak yang dimiliki orang lain terhadap harta kita.

Seperti jika panen, kita perlu mengadakan selamatan. Al Muthoamah tuqiu al ulfah walmawaddah filqulub. Saling memberi makan membuat rukun dan cinta di hati. Kaitannya dengan hal ini, masyarakat Jawa memang ahlinya. Mereka senang mengadakan makan-makan dan selamatan sehingga kita bisa melihat masyarakat Jawa begitu guyup dan rukun.

Dalam menyikapi nikmat Allah kita perlu belajar dari ayat, “Fa amma bini'mati robbika fa haddis”, Bahwa dikala kita punya nikmat kita mesti menceritakan nikmat itu, hanya saja tidak sekedar cerita, akan tetapi bagaimana kita bisa memberi manfaat dengan membagi nikmat itu terhadap orang lain. Seseorang habis mendapat uang satu milyar, maka jangan hanya cerita tapi bantulah orang lain dengan uang kita. Dan satu lagi, kita juga harus paham bahwa nikmat tadi adalah murni pemberian Allah.

Wallahu ta'ala a'lam
Taklim Pagi Shohih Bukhori, 23082016

Minggu, 21 Agustus 2016

*Meraih Keberkahan dengan Menjalankan Adab dalam Kehidupan*

Ada adab yang mesti kita lakukan dalam setiap aktivitas. Termasuk diantaranya diakala kita hendak makan dan minum. Hal ini dilakukan tiada lain sebab dengan melakukannya kita akan mendapatkan keberkahan. Yakni al Khoirul Ilahi, kebaikan ilahi.

Sebab dengan membiasakan menerapkan adab dalam apa saja, kita akan senantiasa ditemani oleh malaikat. Sementara Malaikat dalam menemani ia selalu memanjatkan doa untuk kita, sebuah doa yang sering disebut sebagai doa al kala-ah. Yakni doa penjagaan (hifidz) dan permohonan ampun (istighfar). Hal ini juga terjadi kala kita tak langsung beranjak selepas shalat, duduk membaca wirid, kita akan senantiasa ditemani Malaikat yang selalu membaca doa pengampunan dan rahmat untuk kita.

Santri menjalani hidup yang penuh keberkahan, sebab mereka senantiasa menjaga adab-adab dalam apa saja sehingga selalu ditemani Malaikat yang terus mendoakan.

Bahkan ada salafuna sholih yang suka berdoa dengan ungkapan: Allahumma la tahrimna shuhbata malaikatika wa barokatahu. Ya Allah jangan halangi kami agar ditemani malaikat-Mu dan keberkahannya.

Ada seorang yang diperntah Rasulillah untuk makan menggunakan tangan kanan. Rasul bersabda: “ Makanlah dengan tangan kananmu!”. Ia menjawab: “Aku tak bisa”. Djawab Rasul “Sungguh Kau takkan bisa!”. Maka benar saja, selepas itu orang tadi langsung menderita stroke, tangan kanannya lumpuh, sehingga ia benar-benar tak bisa makan dengan tangan kanannya. Padahal sebenarnya ia sebelumnya sehat akan tetapi enggan makan dengan tangan kanan sebab kesombongan dirinya.

Termasuk dari adab ketika hendak makan adalah membaca basmalah dan doa sebelum makan. Doa yang biasa dibaca kala hendak makan adalah, Allahumma bariklana fihi wa athimna khoiron minhu. Doa semacam ini berfungsi untuk menetralisir makanan sehingga yang baik dan bermanfaat bagi tubuh bisa diserap sempurna.

Para sahabat dikala hendak makan , mereka tiada pernah mendahului sebelum Rasulullah sendiri memulai (dengan membaca doa). Suatu saat dikala para sahabat hendak makan, sebelum dimulai oleh Rasulillah. Ada seorang budak wanita hendak memulai makan, seolah ada yang mendorongnya untuk melakukannya. Maka Rasulullah mengambil tangannya. Selepas itu ada lagi seorang Badui yang juga hendak mendahului Rasulillah, Rasulillah juga bergegas mencegahnya, lalu beliau bersabda:

“Setan itu membolehkan makanan yang tak disebut asma Allah. Wanita barusan digeret oleh Setan agar ia mau membolehkannya. Maka aku mengambil tangannya. A'roby ini juga digeret Setan agar ia mau membolehkannya, maka aku mengambil tangannya. Demi zat yang diriku berada pada kekuasaan-Nya, bahwa sungguh tangan setan di tanganku bersama tangan wanita itu.”

Setan senantiasa mengembuskan desakan desakan (hamz). Dan juga mengupayakan sentuhan-sentuhan (mass). Maka sebagai sebuah pelindung kita juga perlu membaca doa yang berbunyi, Robbi Audzubika min hamazatissyayathin wa audzubika robbi an yahzhurun. Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari desakan-desakan Setan dan aku berlindung kepada Engkau dari kehadiran mereka.

Suatu saat Rasulillah hendak memperlihatkan setan dan mempertontonkan dihadapan para sahabat. Namun beliau mengurungkan niatnya sebab beliau malu dengan Nabi Sulaiman yang pernah memohon kepada Allah agar tak ada yang menandingi kemampuannya setelah ia wafat.

Jika kita ingin membuktikan bahwa setan membersamai orang yang makannya tak menerapkan adab. Ada sebuah cara yang diajarkan seorang shaleh, yakni : sediakan makanan satu talam penuh, jangan membaca basmalah dan doa, pakailah tangan kiri, dan celupkan tangan kanan didalam air. Maka bisa diprediksikan satu talam makanan itu akan habis tak bersisa, sebab dibantu oleh setan.

Dalam hadits yang lain disebutkan, jika kita hendak masuk rumah semestinya kita membaca basmalah, dikala hendak makan juga semestinya membaca basmalah. Sebab dikala kita masuk rumah namun tak mengucapkan basmalah, setan akan ikut menginap dirumah kita, dan ketika makan tanpa basmalah, maka kita juga akan ikut makan. Tidak hanya itu, ada juga doa yang diajarkan Rasulillah ketika hendak menjimak istri yang isinya juga agar Allah mengenyahkan setan dari kita dan anak kita. Sebuah doa yang berbunyi, Allahumma jannibnissyaithon wajannibissyaithon ma rozaqtana.

Dalam membaca basmalah dan doa, ada kesunnahan untuk mengeraskan suara sehingga yang lain bisa mendengar dan sehingga bisa mengingatkan jika mereka lupa.

Wallahu ta'ala a'lam.

Taklim Pagi

Rabu, 17 Agustus 2016

Jadilah Manusia Yang Gampangan

Dalam berdakwah ada sebuah hal yang mesti kita usahakan. Seperti yang pernah di pesankan oleh Rasulillah shallallahu alaihi wasallam: “Gembirakan jangan membuat lari, mudahkan jangan mempersulit.”

Bagaimana kita berusaha mengambil simpati kepada obyek dakwah. Tak perlu kemudian berdebat sebuah hal yang sebenarnya tak perlu diperdebatkan.

Lebih baik lagi jika berdakwah dengan mempertimbangkan hikmatuttasyrinya tidak sekedar hukum secara fiqhnya. Maka jika seseorang menjadi Kyai jangan menjadi Kyai yang hobi berfatwa dengan “pokoke”, pokoke haram!.

Berdakwah juga semestinya memakai bahasa-bahasa yang indah, jika menyampaikan tentang shalat misalnya, maka semestinya kita tidak memakai bahasa-bahasa yang menyakitkan. Seperti, Sapi tidak shalat, jadi orang yang tidak shalat maka sama dengan sapi. Itu tidak bijaksana.

Berdakwah mengikuti metode yang di terapkan walisongo adalah sebuah kebijaksanaan yang luar biasa. Bagaimana beliau berusaha memasukkan ajaran Islam dalam budaya jawa. Jangan seperti Salafi yang kaku. Pernah suatu waktu Delegasi Salafi di terjunkan ke Asia ,mereka memulai dakwahnya dengan menempelkan poster bergambar orang berjenggot benar, tidak berjenggot salah, pakai celana cingkrang benar, tidak pakai salah. Masih dua hari mereka langsung di usir.

Berdakwah tidak perlu suka berkomentar sebuah hal yang tak perlu dikomentari. Tak perlu gampang menyanggah sebuah hal yang tak butuh di sanggah. Tak perlu mengajak berdebat hal yang tak perlu diperdebatkan. Apalagi jika berupa debat kusir.

Inilah akhlaq yang diajarkan oleh Rasulillah dalam berhubungan dengan orang lain. Menjadi manusia yang gampangan. Tidak membuat sebuah hal yang kecil dan sederhana menjadi terasa ribet. Tidak perlu melihat status sosial yang kita sandang. Sebab barangkali di tempat kita, kita menjadi seorang Kyai tapi sampai terminal kita ini siapa?. Jika di kantor kita menjadi bos, maka siapa kita kala di pasar?

Dalam berpakaian, kita juga semestinya lebih menekankan tujuan dari berpakaian itu sendiri. Jangan hanya mengklaim berimamah sebagai sebuah kesunnahan lalu sampai terjebak pada melihat diri, sampai muncul sifat sombong. Sebab jika kita lihat, tujuan dari memakai pakaian diatas mata kaki itu sendiri adalah juga untuk mengikis kesombongan, namun jika menerapkan itu justru malah memunculkan kesombongan ini yang tidak tepat.

Jadilah pribadi yang gampangan, gampangan dikala berjualan, gampangan dikala membeli, gampangan dikala membayar hutang, gampangan dikala menagih hutang, dll. Sebab Allah akan mengasihi mereka.

Dalam berbicara kita semestinya berhati-hati sebab semua akan ditutut pertanggung jawaban. Amal lisan adalah berbicara. Ada malaikat yang siaga mengawasi yang tak pernah absen. Jika tak hati-hati bisa jadi seseorang jatuh ke jurang neraka penyebabnya tiada lain adalah lisan. Nabi dikala berbicara seringkali terlihat mengangkat pandangannya ke atas, kenapa? Sebab ia menunggu wahyu yang diturunkan Allah. Beliau tak berbicara melainkan adalah wahyu yang di wahyukan.

Berbicara juga sepatutnya diusahakan yang jelas dan pelan. Jangan ‘nggremeng’. Jangan ngotot. Tapi tentang satu ini memang sudah produk dari sana (ashlul khilqoh). Ya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Akan tetapi semestinya diusahakan agar yang mendengarkan paham dengan apa yang kita maksud. Nabi sendiri begitu jelasnya menyampaikan, sampai banyak wanita yang hafal banyak ayat al-Qur'an hanya dengan mendengarkan Rasul dari rumah sedang khutbah jum'at.

Wallahu ta'ala a'lam

Taklim Pagi

Selasa, 16 Agustus 2016

Bergembira Dengan Kesengsaraan Orang Lain

ﻋﻦ ﻭاﺛﻠﺔ ﺑﻦ اﻷﺳﻘﻊ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻻ ﺗﻈﻬﺮ اﻟﺸﻤﺎﺗﺔ ﻷﺧﻴﻚ ﻓﻴﺮﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻭﻳﺒﺘﻠﻴﻚ ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻏﺮﻳﺐ

Dari Wasilahilah bin al Asqo’ ia berkata, Rasullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jangan Kau tampakkan kegembiraan sebab ujian yang menimpa musuhmu, Bisa jadi Allah akan mengasihi musuh itu dan menimpakan ujian kepadamu...

Dalam pergaulan selalu ada problem. Pada suatu saat barangkali akan terjadi permusuhan dengan sesama ikhwan walau kadang hanya karena hal sepele. Kadang orang yang sedang bermusuhan mendapat musibah. Secara alamiyah akan muncul rasa senang di hati kita. Ini termasuk bergembira di atas kesusahan orang lain. aHal seperti ini seringkali di istilahkan dengan term Syamatah. Jangan sampai menampakkan kesenangan ini apalagi jika sampai mengadakan “selametan”.

Kalaupun kita disakiti, bolehlah kita membalas dengan sarat 1 vs 1. Apabila lebih dari itu maka disebut AL I'TIDA' yakni berlebihan. Jika memungkinkan lebih baik lagi kalau mengikuti ajaran Islam yaitu dengan cara memaafkan. Lebih baik lagi kalau kita berbuat baik padanya. Dalam hikmah disebutkan : A'ti man Haromak. Beri orang yang menghalangimu.

Perbuatan yang melampaui bats ini akan mendapat sanksi langsung dari Alloh. Yang jadi masalah apakah kita merasa apa tidak.
“Kyai dirasani trus mbaca Hizib Nashor ? di jiwit mbales menthung ??. Kalaupun ada ujian berat, cukup bacakan Hizib Bukhori saja, jangan hizib Nashor yang berlevel tinggi.”

Pernah Syekh Ar Rifa'i membangun Zawiyah di atas tanah yang tidak bertuan. Ketika sudah besar dan ramai, tuan rumah memintanya. Beliau langsung memberikan pada empunya tanah. Justru dengan sikap ini membuat Alloh mengetuk pintu hati si pemilik tanah sehingga memberikan semua bangunan pada beliau.

“Dulu di NH ada seorang TU yang memanipulasi data sehingga kita dirugikan ratusan juta padahal kita sedang tidak punya uang. Ada yang ingin memenjarakannya. Akan tetapi saya tegaskan, biarkan saja, tak perlu ada yang “mangkel”. Pada akhirnya Allah yang mengganti dengan yang lebih baik.” Hasbunalloh Wani'mal Wakil.

Sikap syamatah ini bisa jadi justru menjadikan Alloh menolong musuh kita kemudian menimpakan ujian kepada kita. Maka yang lebih bijak adalah, kalau senang, sedang-sedang saja, kalau benci juga sedang-sedang saja kecuali pada Alloh dan Rosul-Nya (yang boleh berlebihan).

Kita selalu meminta jika mendapat musibah semoga tidak terlalu berat seperti doa yang diajarkan Rasululloh : "Allohumma inni A'udzubika min jahdil bala, wa darkisyaqo, wa suuilqodho , wa syamatatil a'adaa". Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ujian yang berat, kesialan, ketentuan yang jelek, dan kebahagiaan para musuh dengan ujian yang dirasakan. Doa ini harus selalu diulang-ulang agar muncul pencerahan. "Bi takrir Yahsulu taqrir, wa bitaqrir yah shulut tanwir".

Intinya adalah kita tak boleh memperlihatkan kegembiraan kita terhadap kesusahan yang dirasakan lawan. Dengan ungkapan-ungkapan seperti "kapok kon... kualat aku, mati ae kon...".

Wallahu ta'ala a'lam

Senin, 15 Agustus 2016

*PELESTARIAN BENDA BERSEJARAH*

Sebuah Kajian Kitab Mafahim Yajibu An Tushohhah

Semua atsar nabawiy harus dilestarikan sebagai sebuah kebanggaan bagi kaum muslimin. Seperti ini pula yang terjadi pada bangsa-bangsa lain. Mereka berusaha mengabadikan benda-benda sejarah sebagai ikon yang dibanggakan dan warisan dunia. Sampai dibuat semacam larangan untuk merusak, mencoret-coret, atau menempeli iklan-iklan pada situs dan benda bersejarah. Hal ini sampai di kuatkan dengan adanya undang-undang yang melindunginya, entah benda bersejarah itu berupa benda yang bergerak ataupun benda permanen. Sehingga jika akan diadakan pemugaran ataupun pembangunan bangunan baru disekitar area bersejarah semestinya harus mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang.

Maka kita semestinya berfikir, kalau saja peninggalan peradaban secara umum dimuka bumi ini dijaga, maka seharusnya kita terus melakukan ikhtiar pelestarian atsar dan peninggalan Rosululloh, Shohabat dan Tabiin. Hal ini yang telah dipahami dan diusahakan oleh para Sahabat dulu. Akan tetapi sayang kini banyak orang pintar baru yang tak memperhatikan semua itu bahkan berusaha menghilangkannya dari muka bumi. Dengan memakai klaim potensial sebagai ajang syirik mereka terus saja menggelorakannya. Padahal bukankah para generasi berikutnya akan merasa bangga menyaksikan peninggalan bersejarah itu, pula dengannya bisa menumbuhkan kecintaan ummat yang luar biasa terhadap Nabinya.

Lihat betapa apa yang mereka lakukan demikian di murkai oleh Allah ta'ala. Dulu pada awal mereka masuk Madinah, sekitar 4 orang hendak naik ke atas masjid Nabawi. Dengan niat jahat mereka ingin menghancurkan kubah Nabi. Apa yang terjadi? Seketika merekapun lengket diatas kubah dan mati seketika.
Bukan hanya Kubah Nabi, dikesempatan lain kelompok itu berusaha hendak mengeluarkan jasad para shohabat. Sebagian lain lagi sangat ingin mengeluarkan Jasad Nabi dari kompleks Masjid Nabawy. Ketika Raja mendengar itu, marahlah beliau karena jika hal sampai terjadi. Pastilah akan memicu reaksi keras dari semua kaum muslimin dari penjuru dunia. Sebagian pemilik ide ini mungkin masih hidup sampai sekarang.

Aksi konfrontasi terhadap pecinta Nabi juga sangat getolnya dilakukan bahkan beberapa kasus pembantaian terjadi di awal masuknya mereka ke jazirah Arab. Beberapa saksi mata bahkan harus meninggalkan Madinah agar terhindar dari fitnah ini.

Ulama-ulama yang tidak pindah juga mendapat imbas yang sama. Pernah Abuya akan diadili di Thoif, mereka hampir mencapai 30 orang yang menuntut Abuya bertobat atas karangan beliau yang fenomenal yaitu kitab Addzahoir Al Muhamadiyyah. Sampai di lokasi, Abuya melepas imamah dan menaruhnya di atas meja sebagai strategi perang kemudian mengambil wudhu. Selesai itu muncul karomah beliau hingga mereka tidak bisa berkutik dan hanya bisa mendengarkan pengajian yang berisi hujah-hujah beliau".

Mungkin inilah salah satu bukti sebuah hadis yang menjelaskan "MAN 'ADA NI WALIYYAN FAQOD ADZANTUHU LIL HARBI", Barang siapa yang memusuhi wali/kekasih-Ku berarti telah menyatakan perang kepada Ku). Dalam sebuah hikmah juga disebutkan : LUHUMUL ULAMA' MASMUMAH, WA 'AQIBATUAMRIHIM WAKHIMAH. Dagingnya para wali itu beracun.

Akhir hayat penggagas Ide ini (memindah makam Nabi) kebanyakan berakhir tragis. Dijaman Nurudin Zanki pernah ada 2 Yahudi yang ingin mengambil jasad nabi. Nabipun menemui raja di dalam mimpi dan menceritakan 2 orang Yahudi tersebut beserta ciri-cirinya. Pagi harinya semua penduduk di Madinah diundang untuk bertemu dan bersalaman pada sang raja. Singkat cerita, terbongkarlah rencana jahat ini dan kedua Yahudi itu dieksekusi.

Tidak hanya itu, usaha menghilangkan benda-benda bersejarah bahkan sampai menggunakan cara menghapus semua tulisan yang mengandung tulisan tawasul di hujroh nabi.

=====
Serba Serbi:

Kata Abuya : Senjatamu adalah tahajjud, sedangkan pencari ilmu senjatanya adalah buku dan polpen. Maka seorang penuntut ilmu semestinya tidak sembarangan memakai pulpen. Jika memungkinkan seharusnya kita selektif dalam mencari pulpen, jangan memakai pulpen murahan. Sehingga tulisan baru berusia tiga tahun sudah luntur dan sulit dibaca. Jika perlu pakai pentul (pen tutul). Bahkan jika memungkinkan maka seharusnya menulisi hanya pada satu sisi buku saja untuk menghindari rusaknya buku ketika sudah tua usianya.

Abuya selalu mengajarkan para santri untuk senantiasa bercengkrama dengan Polpen, Buku dan Tasbih di saku, sebagai sebuah cara pembiasaan untuk berdzikir dan menulis. Tidak apa kalaupun yang ditulis bukan ilmu melainkan hanya pengalaman dan hal-hal kecil lain yang dia alami. Seperti yg dilakukan Abuya saat masih kuliah yang selalu menulis semua pengalaman beliau dari pagi hingga malam.

Ustadz Syihab yang merupakan santri didikan Abuya bahkan menekankan para santri agar mengusahakan diri untuk memiliki 1 tasbih (sekalian yang mahal) dan digunakan berdzikir pada Alloh hingga anak cucu. Begitu juga dengan Al Qur'an yang kita baca secara khusus secara istiqomah, jangan gonta-ganti, sebab siapa tahu bisa menjadi saksi kita kelak. Abuya sendiri juga mempunyai tongkat yang beliau pakai selama 15 tahun tetapi hilang di bandara. Abina juga mempunyai 1 sorban yang sudah lama dipakai dari Abuya. Pelajaran tentang istiqomah.

By Ibnu Hisyam

Kamis, 23 Juni 2016

Perhatian Sempurna Sang Kinasih Terhadap Penampilannya

Sang Kinasih adalah sosok Nabi yang begitu perhatian dengan kebersihan badan juga memerintahkan kepada kita untuk melakukannya.
Sang Kinasih setiap pekan selalu mandi, selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencucinya sebelum dan setelah makan, dan sering menggunakan siwak dimana saja.

Ia memerintahkan ummatnya untuk memperhatikan kebersihan dengan sabdanya: "Sesungguhnya Allah baik dan mencintai kebaikan, Allah bersih dan mencintai kebersihan, Allah mulia dan mencintai kemuliaan, Allah juga dermawan dan mencintai kedermawanan." "Bersih-bersihlah dengan apa yang kau bisa sebab Allah membangun Islam diatas kebersihan, dan takkan pernah masuk surga kecuali orang yang bersih."

Hal yang paling menunjukkan bahwa Sang Kinasih memang memiliki badan yang bersih adalah keharuman keringatnya yang mulia dan semerbak harum badannya yang lebih dari sekedar parfum anbar dan misk. Semerbak harum itu juga memenuhi jalan-jalan yang Kinasih lewati, maka tidak disangsikan lagi bahwa hal ini adalah bagian keistimewaan yang dimiliki oleh Sang Kinasih.

Sang Kinasih juga amat perhatian dengan kebersihan rambut. Ia seringkali memakai minyak rambut, menyisirnya, juga menggeraikannya. Sang Kinasih juga memiliki celak yang ia pakai setiap malam, tiga kali disisi kanan dan tiga kali disisi kiri.

Mengenai kebersihan gigi, Kinasih juga amat perhatian dalam menjaga kebersihannya. Tak lupa Kinasih selalu menyela-nyelai gigi selepas makan. Ia pernah menyampaikan bahwa tiada hal yang lebih berat bagi malaikat ketimbang mereka melihat di sela-sela gigi seseorang terdapat makanan sementara ia sedang sholat.

Kinasih selalu membiasakan bersiwak saat kapan saja, dikala hendak shalat, hendak wudlu, dikala akan tidur, selepas tidur, dikala hendak masuk dan keluar, bahkan Ia pernah menyampaikan: "Siwak itu membersihkan mulut dan membuat Allah ridlo." Beliau juga menyampaikan: "Jika saja aku tak khawatir memperberat ummatku, aku hendak menyuruh mereka bersiwak setiap hendak shalat."

Sang Kinasih juga menegaskan bahwa penampilan yang indah, tampan, dan bersih adalah karakteristik penampilan para Nabi. Sementara kita mengerti bahwa Ia adalah pemimpin para Nabi, sehingga ialah seorang makhluk yang paling bersih, baik badan, pakaian, rumah, ataupun majlisnya. Seorang Sahabat mengungkapkan: "Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih indah dan tampan, seseorang yang lebih bersih pakaiannya ketimbang lelaki ini".

Ia adalah sosok yang selalu menjaga performance di setiap momen-momen yang terjadi dan memotivasi ummat untuk melakukannya. Ia pernah bilang: " Sungguh Allah itu indah dan menyukai keindahan". Jika ada orang penting menemui, Ia akan menyambutnya dengan pakaian terbaik, dengan jubahnya atau dengan apa yang ada yang sesuai dengan orang yang datang. Di kala tiba hari raya atau hari Jum'at, ia akan mengenakan pakaian khusus untuk menyambutnya.

Ia pernah bilang: "Sesungguhnya dikala Allah memberikan nikmat kepada seorang hamba, Allah amat suka jika bekas nikmat itu di perlihatkan kepada hambanya." "Sesungguhnya termasuk kemuliaan seoeang mukmin atas Allah adalah kebersihan pakaiannya dan keridloannya dengan yang sedikit."

Sang Kinasih amat tidak suka dengan orang yang menjuntaikan pakaiannya ke tanah sebab resiko kotor dan menyuruh untuk mengangkatnya. Ia menyampaikan: "Angkat sarungmu, karena itu lebih bersih dan lebih awet."

Terkait rumah, beliau juga amat memperhatikan kebersihannya. Ia amat suka jika rumahnya nampak bersih. Ia juga sering memotivasi: "Bersihkan halaman rumahmu!"

Tidak hanya itu, Kinasih juga begitu perhatian dengan kebersihan masjid, dan amat senang jika ada orang yang memperhatikan hal satu ini. Kinasih memperhatikan kebersihan masjid sampai pada kotoran yang paling kecil yang terlihat. Maka dari itu dikala ada wanita tukang bersih-bersih Masjid meninggal dunia, sementara Ia baru diberi kabar selepas wanita itu dimakamkan, Ia amat menyayangkan hal itu sehingga ia bergegas ke makam dan menyolatinya. Kinasih juga memerintahkan orang khusus untuk mengurusi bukhur masjid, yakni semacam pengharum ruangan yang cara penggunaannya dengan dibakar.

Adapun mengenai suaranya, bahwa Sayyidina Anas pernah menyampaikan bahwa, "Allah tiada mengutus Nabi kecuali dengan wajah dan suara yang bagus, dan Nabimu adalah seorang Nabi yang paling tampan dan paling merdu suaranya."

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammadin sholatan ghodan alqo ahibbah Muhammadan wa shohbah wa ala aalihi wa shohbihi wa sallim tasliima.

Wallahu a'lam bisshowab.

Keindahan Yang Sempurna dari Sang Kinasih

Sang Kinasih memang memiliki keindahan yang sempurna. Jika Nabi Yusuf diberi setengah keindahan langit bumi, maka Sang Kinasih diberi seluruhnya.

Keindahan Sang Kinasih berbeda dengan keindahan yang diguyurkan kepada Nabi Yusuf. Sebab keindahan Kinasih adalah keindahan nabawy yang mengandung dua hal, wibawa yang agung dan cahaya yang berpendar. Sehingga keindahan seperti ini tidak sampai membuat orang yang melihatnya seolah tersihir sebab pesonanya. Sementara keindahan Nabi Yusuf adalah keindahan yang malah membuat para wanita yang melihatnya mengiris tangannya sendiri dan berkata: "Duhai ini bukan manusia, sungguh ini adalah sesosok malaikat yang mulia."

Sang Kinasih adalah sosok yang amat berwibawa. Sahabat Amr bin Ash pernah menyampaikan: "Aku takkan kuat menatap lamat-lamat wajahnya sebab keagungannya, jika aku diminta untuk menyifatinya aku takkan mampu sebab aku tak pernah menatap wajahnya dengan seksama."

Kewibawaan Kinasih juga nampak dalam sebuah majlis, para Sahabat dikala menyimak apa yang disampaikan Kinasih mereka menunduk seolah di atas kepala mereka bertengger seekor burung.

Para Sahabat tiada mampu menatap lamat-lamat wajahnya sebab wibawa yang begitu besar dan kuat. Maka tak heran tak ada sahabat yang menyifati fisik beliau melainkan hanya sahabat yang masih kecil atau anak didik Kinasih sebelum menjadi Nabi seperti Sahabat Ibn Abi Halah dan Sayyidina Ali rodliyallohu anhu.

Termasuk dari wibawa yang begitu agung dari kinasih tak jarang para sahabat merasa gemetar dikala duduk bersama Sang Kinasih, akan tetapi Kinasih mengerti sehingga ia menyikapi mereka dengan lembut supaya mereka menjadi tenang kembali.

Kesempurnaan keindahan Nabawy juga didukung dengan adanya Nur cahaya nabawy. Nur Kinasih adalah Nur yang pertama kali diciptakan. Nur Kinasih sempat di lihat oleh umminya dikala melahirkan. Juga sempat menyinari istana Syam. Nur Kinasih juga sempat di lihat dikala Kinasih berbicara, seolah Nur itu keluar diantara sela-sela gigi gerahamnya.

Akan tetapi Nur yang dimaksud tidak seperti yang dipahami orang awam, yakni sebuah cahaya seperti cahayanya lampu listrik. Namun Nur nabawy yang lebih indah lebih agung lebih mulia dari hanya cahaya yang bisa di indera itu. Cahaya yang tak bisa dilukiskan dengan sekedar kata-kata.

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammadin sholatan ghodan alqo ahibbah Muhammadan wa shohbah wa ala aalihi wa shohbihi wa sallim tasliima.

Wallahu a'lam bisshowab.

Sang Kinasih Sosok Sempurna Tiada Dua

Sang Kinasih adalah sosok insan yang sempurna. Sosok terpilih dari sekian pilihan. Ia adalah sosok yang memiliki ruh terbaik, zat terbaik, dan asal terbaik.

Allah ta'ala memilih Sang Kinasih dari bangsa Arab, memilih bangsa Arab dari Bani Adam, memilih Bani Adam dari sekian makhluk-Nya. Barang siapa mencintai Arab, maka demi cintaku aku akan mencintainya. Barang siapa membenci Arab maka demi kebencianku aku membencinya.

Allah ta'ala memilih Sang Kinasih dari Bani Hasyim, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih Kinanah dari anak turun Nabi Isma'il.

Ialah Nabi yang terlahir dari rahim yang suci, tiada sama sekali nenek moyang Nabi hingga Nabi Adam yang melahirkan kecuali melalui pernikahan Islam.

Keindahan Sang Kinasih begitu sempurna, akan tetapi keindahannya itu tak semuanya ditampakkan kepada kita, sebab jika saja seluruh keindahannya ditampakkan kepada kita maka pastilah mata kita takkan sanggup untuk melihatnya. Mutiara keindahan yang terpancar padanya adalah keindahan yang tak pernah ditemukan bandingan.

Fisiknya, parasnya begitu sempurna. Sekian banyak hadits dan atsar dipapar untuk menunjukkan semuanya. Maka termasuk bagian kesempurnaan iman kepadanya shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengimani bahwa Allah subhanahu wata'ala sungguh-sungguh menciptakan fisiknya yang mulia dengan sebuah bentuk yang belum dan takkan pernah ditemukan manusia seperti dirinya.

Sang Kinasih memiliki paras terindah, banyak orang mengibaratkan paras Nabi layaknya rembulan dikala purnama. Ada juga yang mengilustrasikan wajahnya seolah layaknya mentari yang bersinar dengan indahnya. Bahkan menurut Sahabat Halah bin Abi Halah paras itu lebih indah dari keindahan rembulan. Paras Kinasih adalah paras yang penuh dengan cahaya yang berpendaran, seolah sinar yang mengembang، layaknya keelokan yang digelar.

Allahumma sholli ala sayyidina Muhammadin sholatan ghodan alqo ahibbah Muhammadan wa shohbah wa ala aalihi wa shohbihi wa sallim tasliima.

Muhammad al Insan al Kamil

Minggu, 24 April 2016

Dahsyatnya Arus Fitnah Akhir Zaman

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((بادروا بالأعمال فتناً كقطع الليل المظلم, يصبح الرجل مؤمناً ويمسي كافراً, أو يمسي مؤمناً ويصبح كافراً, يبيع دينه بعرض من الدنيا))

Di riwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Bergegaslah beramal shaleh, (sebab) akan terjadi fitnah-fitnah layaknya penggalan-penggalan malam gelap gulita. Pada waktu pagi seseorang masih beriman, sore harinya ia telah menjadi kafir. Atau pada waktu sore seseorang masih beriman, pagi harinya ia telah menjadi kafir. (Itu sebab) ia menjual agamanya dengan harta benda dunia ( yang bernilai rendah).

Gambaran yang jelas tentang ujian di ibaratkan sebagai penggalan malam yang gelap gulita. Sedemikian pekatnya gelap sampai antara sebuah hal yang baik (sholah) dan jelek (fasad) tak bisa lagi di bedakan, hal itu terjadi merata dimana-mana dan berlangsung secara terus menerus.

Fitnah yang terjadi itu menyebabkan sebuah perubahan yang dahsyat dan cepat dalam sebuah zaman. Seseorang tak mampu menahan laju arus fitnah yang demikian deras dan dahsyat itu, sampai mereka terseret arus dan tak lagi bisa menguasai diri.

Jangankan seorang muslim biasa, bahkan seorang muslim yang memiliki keimanan sempurna saja bisa jadi juga terseret arus fitnah yang merongrong itu. Pada akhirnya seorang mukmin yang terseret arus itu memiliki sekian kemungkinan, bisa jadi ia berubah drastis sampai menjadi benar-benar kafir, atau ia tetap sebagai seorang mukmin akan tetapi ia enggan bersyukur dengan sekian kenikmatan yang dianugerahkan Allah, atau barangkali seorang mukmin itu menjadi mirip sekali dengan orang kafir, atau mungkin seorang mukmin -sebab arus fitnah itu- ia sampai melakukan amal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh orang kafir.

Kita bisa membaca keadaan, bahwa sekarang kaum muslimin dimana-mana tak lagi bangga dengan keislaman yang mereka sandang. Mereka berani menjual agama demi mendapatkan bagian dari dunia. Seorang muslim sudah tak bisa lagi diukur perbuatannya, mereka melakukan perbuatan yang baik dan sekaligus perbuatan jelek, mereka seolah melakukan sunnah akan tetapi juga sekaligus melakukan bidah. Benar kini, semangkuk bubur telah tercampur dengan kotoran yang menjijikan.

Dimana-mana kita melihat seorang muslim melakukan sebuah kejahatan akan tetapi mereka tak menganggapnya lagi sebagai sebuah kejahatan, sehingga mereka enggan melakukan taubat dan istighfar. Kolaborasi perang yang dilancarkan oleh watak dan nafsu kini acap kali berhasil memukul mundur pertahanan agama. Di dukung lagi oleh hadirnya setan selepas itu, sempurnalah ia dalam jeratan setan, watak, dan nafsu. Bahkan lebih dari itu, seorang mukmin kini sudah tak lagi peduli dengan Allah, mereka seringkali meremehkan dan mengabaikan-Nya. Padahal jika kita lihat secara kuantitas, kaum muslimin kian hari semakin banyak. Akan tetapi mereka bagai buih di lautan. Rasulullah bersabda :

:” يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها، فقال قائل: ومن قلة نحن يومئذٍ ؟ قال: بل أنتم يومئذٍ كثير، ولكنكم غثاء كغثاء السيل، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم، وليقذفن في قلوبكم الوهن، فقال: يا رسول الله وما الوهن ؟ قال: حب الدنيا وكراهية الموت

“Hampir saja umat-umat (selain Islam) berkumpul (bersekongkol) menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makanannya”. Lalu seseorang bertanya,”Apakah kami pada waktu itu sedikit ?”. Beliau menjawab,”Tidak, bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian seperti buih, yaitu buih banjir. (Pada waktu itu) Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan ke dalam hati-hati kalian al-wahn (kelemahan)”. Orang tadi bertanya lagi,”Wahai rasulullah, apakah al-wahn itu ?”. Beliau menjawab,”Cinta dunia dan takut mati”.

Agama semestinya di dakwahkan, di sampaikan kepada ummat. Akan tetapi kini yang terjadi dimana-mana justru kejahatan yang berkedok agama. Orang-orang seolah semangat dalam membangun yayasan, pesantren, panti asuhan, atau lembaga 'agamis' yang lain tapi ternyata semua itu hanya di latarbelakangi spirit duniawi. Sarana-sarana itu ternyata hanya sebuah cara supaya mereka mudah mengumpulkan uang, media yang pas untuk mendapatkan status sosial, sebuah hal yang progresif untuk mendulang banyaknya pengikut dan kekuasaan. Kita lihat dimana-mana seorang penceramah tak tahu malu memasang tarif di setiap ceramah, sampai ketika amplop yang diberikan panitia keliru dengan nota pasir, ia tak merasa malu dan sungkan untuk menyampaikan hal itu kepada panitia.

Seseorang sudah tak lagi menganggap penting mengaji, persetan dengan duit halal, tak acuh untuk mencari karib karena Allah. Yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana menghasilkan duit yang melimpah. Dunia menjadi hal yang diperebutkan oleh siapa saja dimana-mana, padahal dunia adalah sebuah hal yang dijauhkan dari Rahmat Allah. Rasulullah menyampaikan:

الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ , مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلا عَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ , وَذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاهُ

“Dunia itu terlaknat, dan terlaknat juga apa-apa yang ada di dalamnya kecuali orang-orang yang berilmu atau orang yang belajar, dan Dzikrullah juga yang semisalnya.”

Kini semua hal diperjual-belikan, seorang yang sebenarnya kalah bisa tiba-tiba menang hanya dengan menyerahkan sejumlah uang. Calon mahasiswa yang tak masuk seleksi bisa dengan mudah di terima dengan membayar sekian uang.

Kaum muslimin tak mengenal lagi syariah yang mesti dijalankan. Pejabat-pejabat senantiasa berbuat zhalim, menghalalkan pertumpahan darah, mengambil harta rakyat dengan batil, tapi anehnya apa yang mereka lakukan masih mendapatkan dukungan dari sekian ulama suu'. Kebencian terjadi dimana-mana hanya sebab perkara kecil, sebab fanatisme kesukuan, fanatisme golongan, dan lain sebagainya.

Seorang Kyai kini sampai berani mendukung dengan sebegitu semangat pencalonan presiden seorang Cina kafir. Dengan jargon yang ia gembar-gemborkan bahwa, "Lebih baik dipimpin kafir tapi jujur, dari pada muslim tetapi koruptor." Bahkan ia tak lagi malu menemani si Cina kafir itu memasuki pesantren-pesantren sementara si Cina berpenampilan layaknya Kyai, dengan memakai peci, surban, dan busana muslim. Kedatangannya disambut dengan rebana, tidak hanya itu bahkan para santri berebut menciumi tangannya.

Maka meskipun seorang Kyai، jangan pernah kita ikuti jika ia bersikap semacam ini. Bukankah seorang Syeikh Abdul Qadir al Jailany sempat di datangi setan yang menjelma lantas menghalalkan baginya perbuatan haram. Dan selepas kedoknya diketahui oleh Sang Syeikh, setan dengan terang-terangan menyatakan bahwa ia telah berhasil menggelincirkan sekian orang alim sebab tipu daya yang ia lancarkan.

Lalu apa solusi untuk menghadapi arus fitnah yang begitu dahsyat ini? Tak lain adalah dengan bergegas (mubadarah) dalam melakukan amal shaleh. Seperti yang di sabdakan Nabi di atas.

Sekian ragam amal-amal shaleh mesti kita usahakan, terutama amal shaleh yang berupa shalat. Bagaimana kita memperbaiki shalat kita, dengan menegakkannya (iqamatusshalat), konsisten menjalankannya (mudawamah alasshalat), dan menjaganya (muhafazhah alasshalat), berusaha menjalankannya dengan berjamaah, sehingga seseorang kala shalatnya telah baik dan berkualitas, ia takkan lagi mau untuk mengikuti rayuan syahwat. Tapi jika kita masih sering menyia-nyiakan shalat, maka kita akan kerap memperturuti syahwat.

(59). ۞ فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖفَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.

Didalam shalat kita mengulang-ulang membaca surat al-Fatihah, sementara di dalam surat al-Fatihah ada sebuah doa yang selalu kita panjatkan, " Ihdinasshirathalmustaqim, Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus", sehingga dengan pengulangan terus-menerus akan berpendar cahaya.

Beramal shaleh merupakan sebuah hal yang demikian berat, maka betapa begitu berat mengusahakan mubadarah (bergegas) dalam amal shaleh. Sehingga perlu pendukung lain, yakni kecintaan kita untuk berkumpul dengan orang shaleh. Sebab dengan berkumpul dengan mereka kita akan menemukan sebuah metode yang mudah dan ringan untuk terlepas dari jeratan arus fitnah yang merongrong kehidupan ini.

Akhir catatan, seorang muslim siapapun takkan pernah ada dalam zona aman dari arus fitnah yang begitu dahsyat ini. Maka beruntunglah bagi mereka yang masih di beri Rahmat oleh Allah untuk menghalaunya. Semoga kita menjadi manusia yang senantiasa mendapat Rahmat Allah sehingga bisa selamat dari fitnah-fitnah yang datang. Aamiin.

Semoga bermanfaat