Rabu, 31 Agustus 2016

Jangan Sakiti Orang Lain Dengan Dudukmu

Termasuk dari adab dalam kehidupan adalah apa yang diajarkan oleh Rasulillah untuk bagaimana tidak mengambil alih tempat duduk orang lain.

Maka jika ada dua orang yang sedang asyik ngobrol berdua, jangan sampai seenaknya sendiri kita mengambil alih tempat duduk mereka. Hal itu sebuah hal yang dikatakan Rasulillah sebagai hal yang tak diperkenankan, atau merupakan hal yang tidak sepantasnya dilakukan. Dalam beberapa hadits disebutkan:

ﻻ ﻳﺠﻠﺲ ﺑﻴﻦ ﺭﺟﻠﻴﻦ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻬﻤﺎ
Tidak diperkenankan duduk di antara dua orang kecuali dengan izin keduanya.

ﻻ ﻳﺤﻞ ﻟﺮﺟﻞ ﺃﻥ ﻳﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ اﺛﻨﻴﻦ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻬﻤﺎ
Tidak sepantasnya bagi seorang memisah dua orang kecuali dengan izin keduanya.

Kita hidup adalah untuk menebar kebaikan kepada sesama bukan untuk memberangus hak yang dimiliki oleh orang lain. Maka ketika bersikap kita semestinya berusaha tidak membuat orang lain merasa tersinggung, menjaga perasaan orang lain. Bahkan seharusnya kita terus berusaha membuat senang orang lain.

Sebab hati dikala sudah terluka, ia akan sulit disembuhkan dengan kondisi layaknya semula. Dalam sebuah syair dikatakan:

ان القلوب اذا تنافر ودها # مثل الزجاجة كسرها لا يجبر
Jika hati sudah lepas kecintaannya, ia layaknya kaca yang pecahnya takkan bisa diperbaiki.

Cinta adalah tentang perasaan. Maka cinta takkan bisa dihalangi oleh tempat yang berjauhan. Ia akan mendekatkan dua hati yang raganya saling berjauhan. Hikmah menyatakan:

تباعدت الأشباح تقاربت الأرواح
Raga saling berjauhan namun ruh saling berdekatan. Atau dalam istilah kita, jauh dimata dekat dihati.

Akan tetapi jika cinta tak bersemayam di hati, meskipun raga terlihat bersama, hati takkan pernah merasa bersama. Hal ini yang di alami oleh orang yang didalam dirinya terdapat hijab hati, sehingga takkan mampu merasakan kehadiran Allah yang lebih dekat daripada urat nadi.

Hijab hati yang bersemayam pada diri orang kafir adalah memilih dunia dari pada akhirat, sementara yang di rasakan seorang muslim adalah mencintai dunia dan takut mati. Penyakit ini sangat umum diidap oleh generasi akhir zaman.

Generasi muslim seharusnya berusaha untuk menghidupkan hati dengan cara: mencari rizqi yang halal, menyediakan diri untuk ikut dalam majlis ilmu, dan terus berusaha mencari karib yang tiada motif apapun selain hanya karena Allah.

Sebab jika ketiga cara itu sudah benar-benar sulit untuk ditemukan, maka itu adalah sebuah tanda sudah dekatnya hari qiyamat.

Kembali ke pembahasan berkaitan adab, bahwa seseorang ketika duduk tidak masalah jika ia ingin duduk dengan posisi ihtiba' yakni duduk memeluk lutut dengan punggung kaki diikat surban. Akan tetapi hal itu dilakukan tidak ketika sedang menunggu shalat atau dikala mendengarkan khutbah.

Berkaitan dengan cara duduk, kita juga semestinya memperhatikan bagaimana adat daerah itu berlaku. Cara-cara duduk yang di anggap kurang sopan oleh adat setempat semestinya tidak kita lakukan.

Tidak diperkenankan pula duduk dengan gaya layaknya gaya duduknya Yahudi. Yakni duduk dengan cara meletakkan tangan kiri dibelakang punggung dan bersandar pada ujung tangan kanan. Seorang sahabat ditegur Rasulillah dikala melakukan duduk semacam itu.

Wallahu ta’ala a'lam

Selasa, 30 Agustus 2016

Dua Dosa Yang Siksanya di Awalkan di Dunia Sebelum di Akhirat

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tiada dosa yang lebih berhak disegerakan siksaannya oleh Allah kepada pelakunya di dunia selain siksaan yang disimpan untuknya di akhirat dari pada kelaliman dan memutus silaturrahim.

Seseorang hidup telah diberi kebaikan yang amat banyak oleh Allah. Maka semestinya yang perlu ia lakukan adalah melakukan kebaikan kepada Allah dan juga kepada manusia. Wa ahsin kama ahsanallohu ilaik.

Sebuah perilaku yang amat tidak sepantasnya jika seseorang telah diberi sekian kebaikan akan tetapi ia justru berbuat lalim kepada Allah dan sesama manusia. Sehingga pada hadits di atas, Allah sampai akan menyegerakan siksaan baginya di dunia sebelum di akhirat.

Kita hidup adalah untuk saling menebar kemanfaatan dengan sesama. Bagaimana seseorang saling melengkapi kekurangan masing-masing. Liyattakhidza ba'dlukum ba'dlon sukhriyya. Bukan untuk berbuat zholim kepada mereka. Jika yang terlihat justru adalah kezholiman, maka itu adalah sebuah tanda orang itu telah melakukan kufur nikmat yang nyata kepada Allah.

Selain itu, memutus tali silaturrahim juga perilaku yang akan mengawalkan siksaan bagi pelakunya dikala masih didunia, selain dari siksaan yang disiapkan Allah untuknya kelak di akhirat. Memutus tali silaturrahim berarti tak lagi mengakui mereka sebagai kerabat.

Sementara yang dimaksud dengan kerabat secara umum adalah saudara seiman, dan secara khusus adalah melalui kekerabatan (al qorobah) dan sambungan ilmu(ar-robithoh al ilmiyyah). Sebab ilmu adalah sepotong daging layaknya sepotong daging nasab.

Kenapa sambungan ilmu juga di golongkan layaknya rohim?. Sebab kekerabatan berkaitan dengan sambungan ilmu justru lebih besar jasanya daripada kekerabatan hakiki. Sebab sambungan kerabat karena nasab hanya berkaitan jasa terhadap harta benda, sementara sambungan ilmu merupakan jasa berkaitan dengan menyelamatkan seseorang dari neraka.

Dalam dunia keilmuan, tiada istilah mantan guru. Meski seorang murid telah menjadi seorang professor katakanlah, maka memandang guru yang pernah memberinya ilmu tetap seperti dulu yakni sebagai sosok guru, jangan sampai dianggap mantan guru.

Termasuk cara menyambung hubungan dengan guru, adalah dengan mengunjunginya dan juga membacakan doa/fatihah untuk beliau. Sebab Alfatihah dibaca untuk tujuan apa saja. Alfatihah lima quriat lahu.

Santri yang belajar kepada seorang guru di sebuah pesantren hendaknya berusaha terus untuk menyambung hubungan dengan guru. Menyempatkan diri untuk datang ketika ada acara di pondoknya dulu. Jangan sampai telah mesantren sampai 10 tahun sama sekali tak pernah mengunjungi gurunya, atau dzurriyyahnya, bahkan yang lebih parah dari itu, mendoakan gurunya saja tak pernah.

Abuya begitu wafa' terhadap para gurunya. Sampai ketika gurunya sudah wafat beliau selalu berusaha menyambung hubungan dengan dzurriyyahnya. Dan bahkan beliau sampai menyusun Fawatih untuk mendoakan guru-gurunya. Tingkat kedekatan Abuya dengan para guru beliau sampai pada tingkatan beliau seringkali bertemu gurunya baik melalui mimpi atau secara langsung meskipun guru beliau itu sudah wafat.

Wallahu ta'ala a'lam

Senin, 29 Agustus 2016

*Prediksi Rasul Terhadap Kematian Umayyah bin Kholaf*

Sayyidina Saad bin Muadz dikala umroh, beliau singgah di rumah Umayyah bin Kholaf Abi Shofwan. Umayyah juga dikala bepergian ke Syam, ia juga singgah di tempat Sayyidina Saad. Padahal Umayyah adalah sosok yang amat membenci Rasulillah.

Saad adalah seorang yang di tugaskan Rasulillah untuk melesatkan anak panah dikala perang badar. Padahal Saad hanya membawa sedikit anak panah. Akan tetapi Rasulillah terus memberikan komando untuk terus melemparkan anak panah itu. Namun anehnya, anak panah itu tidak habis-habis, seolah terus bertambah.

Saat umroh itu, Saad hendak berpamitan kepada Umayyah untuk melakukan Umroh: “Lihatlah kapan saat sepi sehingga aku bisa thowaf di baitullah”. Umayyah menanggapi: “Tunggu dulu, sampai tengah siang, saat orang-orang tidak ada, kau bisa berangkat untuk thawaf”.

Di saat Saad sedang thawaf, tiba-tiba Abu Jahal terlihat. Ia seketika bertanya:
“Siapa yang sedang thawaf di Baitulloh?”
“Aku Saad.”
“Enak saja kau thawaf disini dengan santainya. Padahal kau termasuk orang yang memberi suaka kepada Muhammad dan para sahabatnya!”

Pada akhirnya mereka terlibat pertengkaran sengit. Umayyah sebagai sahabat Abu Jahal tidak tinggal diam. Ia bilang kepada Saad:
“Jangan kau keraskan suaramu kepada Abil Hakam (Abu Jahal), sebab ia adalah tokoh mulya di lembah ini (Makkah)!.”
“Kalau kau berani menghalangi aku thawaf, maka sungguh aku akan putus tempat dagangmu di Syam!.”
“Heh, jangan kau keraskan suaramu!”
Umayyah segera berusaha menahannya. Saad bertambah geram.
“Heh, biarkan aku!. Sebab aku sungguh mendengar Nabi Muhammad suatu saat akan membunuhmu.”
“Membunuhku?”
“Iya”
“Demi Tuhan, Muhammad tak pernah berdusta, ketika bicara”

Maka ia kembali menemui istrinya. Ia mengatakan pada istrinya:
“Kau tahu apa yang dikatakan saudaraku orang yatsrib itu?”
“Apa yang ia katakan?”
“Ia bilang kalau ia mendengar Muhammad menyatakan suatu saat akan membunuhku.”
“Demi Tuhan, Muhammad tak pernah berdusta.”

Maka dikala Kaum Kuffar keluar untuk melakukan Perang Badar, penyeru datang mengumumkan bahwa waktunya perang sudah tiba, Istri Umayyah bilang kepada suaminya:
“Kau tak ingat apa yang dikatakan Saudaramu orang Yatsrib dulu?”.
Ia teringat, sehingga membuat Umayyah tidak ingin keluar.
Tapi Abu Jahal menegurnya: “Kau adalah bagian dari tokoh lembah ini (Makkah), ayolah berangkat barang satu dua hari.”.
Ia pun menuruti omongan Abu Jahal. Pada akhirnya ia benar-benar terbunuh.

Banyak sekali hadits-hadits yang memaparkan tentang nubuwwah Rasulillah. Bahkan ada 80 hadits yang berisi prediksi Rasulillah tentang munculnya berbagai fitnah. Kita hanya bisa menantikan bahwa hadits-hadits yang pernah disampaikan Rasulillah terbukti satu per satu. Yang bisa kita lakukan hanya berdoa dan berdoa agar kita selamat dari fitnah itu.

Zaman itu adalah zaman dimana seorang yang sabar saja mengalami kebingungan yang luar biasa. Apalagi orang-orang yang tak memiliki kesabaran?

Kini kita memasuki zaman dimana banyak anak-anak yang demikian menjengkelkan orang tuanya. Kita tidak tahu sampai kapan mereka dengan kenakalannya. Maka kita hanya bisa berdoa dan tentu saja berusaha mengarahkan mereka sepanjang yang kita mampu. Barangkali suatu saat Allah membukakan hati mereka sehingga menjadi anak yang shalih dan membanggakan.

Jangan pernah tinggalkan doa: “Robbi auzi'ni an asykuro nikmatakallati an'amta alayya wa ‘ala walidayya wa an a'mala sholihan tardlohu wa ashlihli fi dzurriyyati inni tubtu ilaika wainni minal muslimin.”

Wallahu ta'ala a'lam
Shahih Bukhori

Rabu, 24 Agustus 2016

Ngewongno Wong, Nyenengno Wong, Ojo Nggelakno

Rasulillah mengajarkan kita untuk senantiasa “nguwongno wong”, hanya saja berkaitan dengan caranya memang tidak bisa dengan dipukul rata, ada hak yang dimiliki oleh ahlul fadli wal ilmi meskipun ia adalah seorang menantunya sendiri.

Bahwa suatu saat ada pengemis yang lewat dihadapan Sayyidatuna Aisyah lalu ia ia memberinya sepotong roti, dan ada lagi seorang lelaki memakai pakaian dan punya penampilan yang lewat dimukanya, maka ia mendudukkannya dan memberinya makan. Maka ada yang bertanya-tanya mengapa ia membedakan antara keduanya dalam hal itu. Ia berkata: “ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Posisikan orang sesuai posisinya!”

Berkaitan dengan “ nguwongno” pembantu, Rasulillah pernah bersabda: “ Ikhwanukum khowalukum”. Pembantu di rumah adalah saudaramu. Rasulillah menekankan bagaimana kalau bisa seorang pembantu bisa makan bersama dengan tuannya. Jangan sampai merendahkan hanya sebab telah dibayar. Ini bukan ajaran Islam.

Abuya adalah figur yang luar biasa dalam “ngewongno. Bagaimana beliau mencukupi seluruh kebutuhan para santri. Dari mulai pemberangkatan sampai seluruh kebutuhan selama disana ditanggung penuh oleh Abuya. Tidak tanggung-tanggung para santri rata-rata tinggal disana selama 10 tahun.

Seorang tukang sampah begitu punya jasa besar buat kita, ia memiliki jiwa khidmah yang tinggi. Bukan tentang status yang ia sandang. Sementara banyak orang cenderung lebih suka di khidmahi dari pada mengkhidmahi. Maka hanya orang-orang yang berani menepis ego yang mau dan hobi berkhidmah.

Ada makna yang terkandung dalam basmalah, bahwa disana terdapat lafazh jalalah yang justru disandingkan dengan sifat kasih sayang (Ar-Rohman dan Ar-Rohim). bukan sifat Allah semacam al Muntaqim, atau syadidul iqob. Sehingga mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin dekat dengan Allah maka ia harus meniru sifat Allah kasih sayang.

Banyak orang yang berhasil menjadi wali bukan karena amal ibadahnya yang luar biasa akan tetapi banyak orang di angkat menjadi wali sebab rasa kasih sayangnya.

“Termasuk dari mengagungkan Allah ta'ala adalah memulyakan orang tua muslim, seorang penghafal al-Qur'an yang tidak berlebihan dan tidak menjauhinya, dan memulyakan pemimpin yang adil.”

Suatu saat Sayyidina Ali sedang berjalan menuju Masjid untuk shalat berjamaah, di tengah jalan ia bertemu dengan seorang tua yang juga ke arah masjid, ia tak mau mendahului orang tua itu, ia pikir orang tua itu seorang muslim yang juga akan shalat di masjid. Ia berjalan pelan dan perlahan ternyata setelah sampai didepan masjid orang tua itu tidak masuk justru terus berjalan, sehingga ia tahu kalau dia bukanlah seorang muslim.

Para penghafal al-Quran memiliki hak untuk dimuliakan sebab mereka mengemban sebuah perkara yang agung. Akan tetapi bukan seorang penghafal Alqur'an yang ekstrim yang memakai al-Qur'an hanya untuk berbangga diri. Menyalahkan pihak lain yang katanya beribadah tanpa dasar dalil langsung al-Quran hadits. Juga bukan seorang yang hafal akan tetapi perilakunya jauh dari apa yang ia hafalkan. Jika direnungkan dengan sederhana, dua pihak ini bisa dimaknai sebagai kelompok wahabi yang ekstrim kanan, dan kelompok liberal yang ekstrim kiri.

Selain itu ada pula hak yang dimiliki oleh orang-orang alim (Dzul Fadl). Sehingga kita semestinya memulyakan mereka. Seperti yang disebutkan dalam surat al Mujadalah ayat 11 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini turun sebab sebuah kejadian, suatu hari banyak sahabat yang sudah menunggu dan berdesak-desakan menghadiri majlis untuk mendapatkan tempat di depan. Selepas majlis itu penuh, ada rombongan ahli badar datang. Karena mereka adalah orang-orang mulia, maka Rasulillah ingin “ngewongno” memulyakan mereka. Rasulillah mempersilahkan mereka masuk dan duduk di depan. Rasulillah memerintah orang-orang untuk berdiri pindah dari tempat duduknya. Tapi mereka enggan sehingga pada akhirnya sampai turun ayat di atas.

Jika seseorang ingin hidupnya lancar dan lapang, maka orang itu harus pintar meng-orang-kan orang, memulyakan mereka. Orang yang melapangkan orang lain akan dilapangkan hidupnya oleh Allah.

Wallahu ta'ala a'lam
Semoga bermanfaat.
Abi Daud, 25082016

Senin, 22 Agustus 2016

*Nikmati Nikmat Yang Ada, Tampakkan, dan Syukuri*

Zaman yang dialami oleh Rasulillah adalah zaman yang kebanyakan orang hidup dengan cara sederhana. Rasulullah sendiri kala tidur, beliau memakai alas tidur yang amat kasar, sehingga tak jarang beliau kulitnya merah-merah sebab alas yang kasar itu.

Suatu hari Rasulillah pernah memprediksikan bahwa kehidupan para sahabat akan berubah. Mereka dijanjikan suatu saat akan tidur di tempat tidur yang empuk. Yang pada saat itu hanya bisa dinikmati oleh raja-raja persia dan romawi.

Beliau bersabda: “Kau punya alas tidur yang empuk?
.“Mana ada alas tidur empuk?” kata Jabir.
Rasul menjawab: “Bahwa sungguh Kau akan merasakan tidur di alas yang empuk”.

Seorang sahabat Rasulillah bernama Jabir itu, yang kala didawuhi Nabi adalah sahabat yang amat berkekurangan, pada akhirnya ia menjadi orang yang berkecukupan. Sampai ia memiliki 22 buah rumah. Ia benar-benar memiliki alas tidur yang empuk. Namun sebab ia terkenang dengan kehidupan saat bersama Rasul. Ia meminta istrinya untuk menyingkirkan alas itu darinya. Tapi istrinya mengingatkan: “ Bukankan Rasulillah dulu pernah menyampaikan: ‘Bahwa kau sungguh akan merasakan tidur di atas alas yang empuk' lantas kau mau meninggalkannya?” Maka Jabirpun memakainya.

Maka zuhud bukan tentang pakaian yang tak pernah disetrika, bau badan yang menyengat, penampilan yang mengenaskan. Itu namanya taqosyuf. Akan tetapi zuhud adalah mengambil secukupnya. (Al akhdzu ala qodril kifayah). Meskipun ia kaya raya, ia mengambil seperlunya, dan selebihnya adalah untuk Allah ta'ala.

Islam amat menekankan tentang kebersihan. Rasulillah adalah figur yang amat mencintai kebersihan. Ia senantiasa membersihkan diri dan lingkungan. Berpenampilan wangi. Beliau sampai pernah bersabda: “Sesiapa yang makan bawang, jangan dekat-dekat masjid kami”. Sehingga kita mesti berusaha mencontoh beliau.

Dalam menghukumi rokok, terlepas dari ikhtilaf para ulama tentang hukumnya. Ada yang mengharamkan, memubahkan, dan memakruhkan. Akan tetapi Abuya lebih memerhatikan faktor bau mulut yang demikian menyengat dari seorang perokok. Apalagi bagi penuntut ilmu, amat tidak layak mereka yang notabene tiap hari membaca al Qur'an hadits, fiqh dan ilmu-ilmu yang lain, tetapi mulut mereka menebarkan bau busuk dari asap rokok.

Abuya al Maliki, dikala melihat santrinya yang berpenampilan “kompros” baju tidak disetrika, Abuya langsung memanggil, “Kesini!”, Tak banyak bicara beliau langsung menyobek baju santri itu lantas berkata, “Kamu Fakir!?, Semoga Allah mengfakirkanmu!”.

Dalam sebuah hadits disebutkan:
ان الله يحب ان يرى اثر نعمته على عبده
Sesungguhnya Allah senang diperlihatkan atsar nikmat-Nya atas hamba-Nya.

Kalau kita diberi nikmat kita perlu menyukurinya dengan cara menampakkan bekas nikmat yang diberikan-Nya. Jika kita banyak uang tak perlu kemudian kita kikir kepada diri sendiri. Banyak harta akan tetapi bajunya cuma dua. Dalam hal ini, Abuya adalah figur yang perlu ditiru. Sebab selain beliau begitu alim, beliau memiliki wajah yang tampan serta penampilan yang baik dan indah.

Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa, jangan sampai berlebihan. Dan juga jangan lupa untuk membagikan nikmat itu kepada orang lain. Ada hak yang dimiliki orang lain terhadap harta kita.

Seperti jika panen, kita perlu mengadakan selamatan. Al Muthoamah tuqiu al ulfah walmawaddah filqulub. Saling memberi makan membuat rukun dan cinta di hati. Kaitannya dengan hal ini, masyarakat Jawa memang ahlinya. Mereka senang mengadakan makan-makan dan selamatan sehingga kita bisa melihat masyarakat Jawa begitu guyup dan rukun.

Dalam menyikapi nikmat Allah kita perlu belajar dari ayat, “Fa amma bini'mati robbika fa haddis”, Bahwa dikala kita punya nikmat kita mesti menceritakan nikmat itu, hanya saja tidak sekedar cerita, akan tetapi bagaimana kita bisa memberi manfaat dengan membagi nikmat itu terhadap orang lain. Seseorang habis mendapat uang satu milyar, maka jangan hanya cerita tapi bantulah orang lain dengan uang kita. Dan satu lagi, kita juga harus paham bahwa nikmat tadi adalah murni pemberian Allah.

Wallahu ta'ala a'lam
Taklim Pagi Shohih Bukhori, 23082016

Minggu, 21 Agustus 2016

*Meraih Keberkahan dengan Menjalankan Adab dalam Kehidupan*

Ada adab yang mesti kita lakukan dalam setiap aktivitas. Termasuk diantaranya diakala kita hendak makan dan minum. Hal ini dilakukan tiada lain sebab dengan melakukannya kita akan mendapatkan keberkahan. Yakni al Khoirul Ilahi, kebaikan ilahi.

Sebab dengan membiasakan menerapkan adab dalam apa saja, kita akan senantiasa ditemani oleh malaikat. Sementara Malaikat dalam menemani ia selalu memanjatkan doa untuk kita, sebuah doa yang sering disebut sebagai doa al kala-ah. Yakni doa penjagaan (hifidz) dan permohonan ampun (istighfar). Hal ini juga terjadi kala kita tak langsung beranjak selepas shalat, duduk membaca wirid, kita akan senantiasa ditemani Malaikat yang selalu membaca doa pengampunan dan rahmat untuk kita.

Santri menjalani hidup yang penuh keberkahan, sebab mereka senantiasa menjaga adab-adab dalam apa saja sehingga selalu ditemani Malaikat yang terus mendoakan.

Bahkan ada salafuna sholih yang suka berdoa dengan ungkapan: Allahumma la tahrimna shuhbata malaikatika wa barokatahu. Ya Allah jangan halangi kami agar ditemani malaikat-Mu dan keberkahannya.

Ada seorang yang diperntah Rasulillah untuk makan menggunakan tangan kanan. Rasul bersabda: “ Makanlah dengan tangan kananmu!”. Ia menjawab: “Aku tak bisa”. Djawab Rasul “Sungguh Kau takkan bisa!”. Maka benar saja, selepas itu orang tadi langsung menderita stroke, tangan kanannya lumpuh, sehingga ia benar-benar tak bisa makan dengan tangan kanannya. Padahal sebenarnya ia sebelumnya sehat akan tetapi enggan makan dengan tangan kanan sebab kesombongan dirinya.

Termasuk dari adab ketika hendak makan adalah membaca basmalah dan doa sebelum makan. Doa yang biasa dibaca kala hendak makan adalah, Allahumma bariklana fihi wa athimna khoiron minhu. Doa semacam ini berfungsi untuk menetralisir makanan sehingga yang baik dan bermanfaat bagi tubuh bisa diserap sempurna.

Para sahabat dikala hendak makan , mereka tiada pernah mendahului sebelum Rasulullah sendiri memulai (dengan membaca doa). Suatu saat dikala para sahabat hendak makan, sebelum dimulai oleh Rasulillah. Ada seorang budak wanita hendak memulai makan, seolah ada yang mendorongnya untuk melakukannya. Maka Rasulullah mengambil tangannya. Selepas itu ada lagi seorang Badui yang juga hendak mendahului Rasulillah, Rasulillah juga bergegas mencegahnya, lalu beliau bersabda:

“Setan itu membolehkan makanan yang tak disebut asma Allah. Wanita barusan digeret oleh Setan agar ia mau membolehkannya. Maka aku mengambil tangannya. A'roby ini juga digeret Setan agar ia mau membolehkannya, maka aku mengambil tangannya. Demi zat yang diriku berada pada kekuasaan-Nya, bahwa sungguh tangan setan di tanganku bersama tangan wanita itu.”

Setan senantiasa mengembuskan desakan desakan (hamz). Dan juga mengupayakan sentuhan-sentuhan (mass). Maka sebagai sebuah pelindung kita juga perlu membaca doa yang berbunyi, Robbi Audzubika min hamazatissyayathin wa audzubika robbi an yahzhurun. Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari desakan-desakan Setan dan aku berlindung kepada Engkau dari kehadiran mereka.

Suatu saat Rasulillah hendak memperlihatkan setan dan mempertontonkan dihadapan para sahabat. Namun beliau mengurungkan niatnya sebab beliau malu dengan Nabi Sulaiman yang pernah memohon kepada Allah agar tak ada yang menandingi kemampuannya setelah ia wafat.

Jika kita ingin membuktikan bahwa setan membersamai orang yang makannya tak menerapkan adab. Ada sebuah cara yang diajarkan seorang shaleh, yakni : sediakan makanan satu talam penuh, jangan membaca basmalah dan doa, pakailah tangan kiri, dan celupkan tangan kanan didalam air. Maka bisa diprediksikan satu talam makanan itu akan habis tak bersisa, sebab dibantu oleh setan.

Dalam hadits yang lain disebutkan, jika kita hendak masuk rumah semestinya kita membaca basmalah, dikala hendak makan juga semestinya membaca basmalah. Sebab dikala kita masuk rumah namun tak mengucapkan basmalah, setan akan ikut menginap dirumah kita, dan ketika makan tanpa basmalah, maka kita juga akan ikut makan. Tidak hanya itu, ada juga doa yang diajarkan Rasulillah ketika hendak menjimak istri yang isinya juga agar Allah mengenyahkan setan dari kita dan anak kita. Sebuah doa yang berbunyi, Allahumma jannibnissyaithon wajannibissyaithon ma rozaqtana.

Dalam membaca basmalah dan doa, ada kesunnahan untuk mengeraskan suara sehingga yang lain bisa mendengar dan sehingga bisa mengingatkan jika mereka lupa.

Wallahu ta'ala a'lam.

Taklim Pagi

Rabu, 17 Agustus 2016

Jadilah Manusia Yang Gampangan

Dalam berdakwah ada sebuah hal yang mesti kita usahakan. Seperti yang pernah di pesankan oleh Rasulillah shallallahu alaihi wasallam: “Gembirakan jangan membuat lari, mudahkan jangan mempersulit.”

Bagaimana kita berusaha mengambil simpati kepada obyek dakwah. Tak perlu kemudian berdebat sebuah hal yang sebenarnya tak perlu diperdebatkan.

Lebih baik lagi jika berdakwah dengan mempertimbangkan hikmatuttasyrinya tidak sekedar hukum secara fiqhnya. Maka jika seseorang menjadi Kyai jangan menjadi Kyai yang hobi berfatwa dengan “pokoke”, pokoke haram!.

Berdakwah juga semestinya memakai bahasa-bahasa yang indah, jika menyampaikan tentang shalat misalnya, maka semestinya kita tidak memakai bahasa-bahasa yang menyakitkan. Seperti, Sapi tidak shalat, jadi orang yang tidak shalat maka sama dengan sapi. Itu tidak bijaksana.

Berdakwah mengikuti metode yang di terapkan walisongo adalah sebuah kebijaksanaan yang luar biasa. Bagaimana beliau berusaha memasukkan ajaran Islam dalam budaya jawa. Jangan seperti Salafi yang kaku. Pernah suatu waktu Delegasi Salafi di terjunkan ke Asia ,mereka memulai dakwahnya dengan menempelkan poster bergambar orang berjenggot benar, tidak berjenggot salah, pakai celana cingkrang benar, tidak pakai salah. Masih dua hari mereka langsung di usir.

Berdakwah tidak perlu suka berkomentar sebuah hal yang tak perlu dikomentari. Tak perlu gampang menyanggah sebuah hal yang tak butuh di sanggah. Tak perlu mengajak berdebat hal yang tak perlu diperdebatkan. Apalagi jika berupa debat kusir.

Inilah akhlaq yang diajarkan oleh Rasulillah dalam berhubungan dengan orang lain. Menjadi manusia yang gampangan. Tidak membuat sebuah hal yang kecil dan sederhana menjadi terasa ribet. Tidak perlu melihat status sosial yang kita sandang. Sebab barangkali di tempat kita, kita menjadi seorang Kyai tapi sampai terminal kita ini siapa?. Jika di kantor kita menjadi bos, maka siapa kita kala di pasar?

Dalam berpakaian, kita juga semestinya lebih menekankan tujuan dari berpakaian itu sendiri. Jangan hanya mengklaim berimamah sebagai sebuah kesunnahan lalu sampai terjebak pada melihat diri, sampai muncul sifat sombong. Sebab jika kita lihat, tujuan dari memakai pakaian diatas mata kaki itu sendiri adalah juga untuk mengikis kesombongan, namun jika menerapkan itu justru malah memunculkan kesombongan ini yang tidak tepat.

Jadilah pribadi yang gampangan, gampangan dikala berjualan, gampangan dikala membeli, gampangan dikala membayar hutang, gampangan dikala menagih hutang, dll. Sebab Allah akan mengasihi mereka.

Dalam berbicara kita semestinya berhati-hati sebab semua akan ditutut pertanggung jawaban. Amal lisan adalah berbicara. Ada malaikat yang siaga mengawasi yang tak pernah absen. Jika tak hati-hati bisa jadi seseorang jatuh ke jurang neraka penyebabnya tiada lain adalah lisan. Nabi dikala berbicara seringkali terlihat mengangkat pandangannya ke atas, kenapa? Sebab ia menunggu wahyu yang diturunkan Allah. Beliau tak berbicara melainkan adalah wahyu yang di wahyukan.

Berbicara juga sepatutnya diusahakan yang jelas dan pelan. Jangan ‘nggremeng’. Jangan ngotot. Tapi tentang satu ini memang sudah produk dari sana (ashlul khilqoh). Ya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Akan tetapi semestinya diusahakan agar yang mendengarkan paham dengan apa yang kita maksud. Nabi sendiri begitu jelasnya menyampaikan, sampai banyak wanita yang hafal banyak ayat al-Qur'an hanya dengan mendengarkan Rasul dari rumah sedang khutbah jum'at.

Wallahu ta'ala a'lam

Taklim Pagi

Selasa, 16 Agustus 2016

Bergembira Dengan Kesengsaraan Orang Lain

ﻋﻦ ﻭاﺛﻠﺔ ﺑﻦ اﻷﺳﻘﻊ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻻ ﺗﻈﻬﺮ اﻟﺸﻤﺎﺗﺔ ﻷﺧﻴﻚ ﻓﻴﺮﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻭﻳﺒﺘﻠﻴﻚ ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻏﺮﻳﺐ

Dari Wasilahilah bin al Asqo’ ia berkata, Rasullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jangan Kau tampakkan kegembiraan sebab ujian yang menimpa musuhmu, Bisa jadi Allah akan mengasihi musuh itu dan menimpakan ujian kepadamu...

Dalam pergaulan selalu ada problem. Pada suatu saat barangkali akan terjadi permusuhan dengan sesama ikhwan walau kadang hanya karena hal sepele. Kadang orang yang sedang bermusuhan mendapat musibah. Secara alamiyah akan muncul rasa senang di hati kita. Ini termasuk bergembira di atas kesusahan orang lain. aHal seperti ini seringkali di istilahkan dengan term Syamatah. Jangan sampai menampakkan kesenangan ini apalagi jika sampai mengadakan “selametan”.

Kalaupun kita disakiti, bolehlah kita membalas dengan sarat 1 vs 1. Apabila lebih dari itu maka disebut AL I'TIDA' yakni berlebihan. Jika memungkinkan lebih baik lagi kalau mengikuti ajaran Islam yaitu dengan cara memaafkan. Lebih baik lagi kalau kita berbuat baik padanya. Dalam hikmah disebutkan : A'ti man Haromak. Beri orang yang menghalangimu.

Perbuatan yang melampaui bats ini akan mendapat sanksi langsung dari Alloh. Yang jadi masalah apakah kita merasa apa tidak.
“Kyai dirasani trus mbaca Hizib Nashor ? di jiwit mbales menthung ??. Kalaupun ada ujian berat, cukup bacakan Hizib Bukhori saja, jangan hizib Nashor yang berlevel tinggi.”

Pernah Syekh Ar Rifa'i membangun Zawiyah di atas tanah yang tidak bertuan. Ketika sudah besar dan ramai, tuan rumah memintanya. Beliau langsung memberikan pada empunya tanah. Justru dengan sikap ini membuat Alloh mengetuk pintu hati si pemilik tanah sehingga memberikan semua bangunan pada beliau.

“Dulu di NH ada seorang TU yang memanipulasi data sehingga kita dirugikan ratusan juta padahal kita sedang tidak punya uang. Ada yang ingin memenjarakannya. Akan tetapi saya tegaskan, biarkan saja, tak perlu ada yang “mangkel”. Pada akhirnya Allah yang mengganti dengan yang lebih baik.” Hasbunalloh Wani'mal Wakil.

Sikap syamatah ini bisa jadi justru menjadikan Alloh menolong musuh kita kemudian menimpakan ujian kepada kita. Maka yang lebih bijak adalah, kalau senang, sedang-sedang saja, kalau benci juga sedang-sedang saja kecuali pada Alloh dan Rosul-Nya (yang boleh berlebihan).

Kita selalu meminta jika mendapat musibah semoga tidak terlalu berat seperti doa yang diajarkan Rasululloh : "Allohumma inni A'udzubika min jahdil bala, wa darkisyaqo, wa suuilqodho , wa syamatatil a'adaa". Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ujian yang berat, kesialan, ketentuan yang jelek, dan kebahagiaan para musuh dengan ujian yang dirasakan. Doa ini harus selalu diulang-ulang agar muncul pencerahan. "Bi takrir Yahsulu taqrir, wa bitaqrir yah shulut tanwir".

Intinya adalah kita tak boleh memperlihatkan kegembiraan kita terhadap kesusahan yang dirasakan lawan. Dengan ungkapan-ungkapan seperti "kapok kon... kualat aku, mati ae kon...".

Wallahu ta'ala a'lam

Senin, 15 Agustus 2016

*PELESTARIAN BENDA BERSEJARAH*

Sebuah Kajian Kitab Mafahim Yajibu An Tushohhah

Semua atsar nabawiy harus dilestarikan sebagai sebuah kebanggaan bagi kaum muslimin. Seperti ini pula yang terjadi pada bangsa-bangsa lain. Mereka berusaha mengabadikan benda-benda sejarah sebagai ikon yang dibanggakan dan warisan dunia. Sampai dibuat semacam larangan untuk merusak, mencoret-coret, atau menempeli iklan-iklan pada situs dan benda bersejarah. Hal ini sampai di kuatkan dengan adanya undang-undang yang melindunginya, entah benda bersejarah itu berupa benda yang bergerak ataupun benda permanen. Sehingga jika akan diadakan pemugaran ataupun pembangunan bangunan baru disekitar area bersejarah semestinya harus mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang.

Maka kita semestinya berfikir, kalau saja peninggalan peradaban secara umum dimuka bumi ini dijaga, maka seharusnya kita terus melakukan ikhtiar pelestarian atsar dan peninggalan Rosululloh, Shohabat dan Tabiin. Hal ini yang telah dipahami dan diusahakan oleh para Sahabat dulu. Akan tetapi sayang kini banyak orang pintar baru yang tak memperhatikan semua itu bahkan berusaha menghilangkannya dari muka bumi. Dengan memakai klaim potensial sebagai ajang syirik mereka terus saja menggelorakannya. Padahal bukankah para generasi berikutnya akan merasa bangga menyaksikan peninggalan bersejarah itu, pula dengannya bisa menumbuhkan kecintaan ummat yang luar biasa terhadap Nabinya.

Lihat betapa apa yang mereka lakukan demikian di murkai oleh Allah ta'ala. Dulu pada awal mereka masuk Madinah, sekitar 4 orang hendak naik ke atas masjid Nabawi. Dengan niat jahat mereka ingin menghancurkan kubah Nabi. Apa yang terjadi? Seketika merekapun lengket diatas kubah dan mati seketika.
Bukan hanya Kubah Nabi, dikesempatan lain kelompok itu berusaha hendak mengeluarkan jasad para shohabat. Sebagian lain lagi sangat ingin mengeluarkan Jasad Nabi dari kompleks Masjid Nabawy. Ketika Raja mendengar itu, marahlah beliau karena jika hal sampai terjadi. Pastilah akan memicu reaksi keras dari semua kaum muslimin dari penjuru dunia. Sebagian pemilik ide ini mungkin masih hidup sampai sekarang.

Aksi konfrontasi terhadap pecinta Nabi juga sangat getolnya dilakukan bahkan beberapa kasus pembantaian terjadi di awal masuknya mereka ke jazirah Arab. Beberapa saksi mata bahkan harus meninggalkan Madinah agar terhindar dari fitnah ini.

Ulama-ulama yang tidak pindah juga mendapat imbas yang sama. Pernah Abuya akan diadili di Thoif, mereka hampir mencapai 30 orang yang menuntut Abuya bertobat atas karangan beliau yang fenomenal yaitu kitab Addzahoir Al Muhamadiyyah. Sampai di lokasi, Abuya melepas imamah dan menaruhnya di atas meja sebagai strategi perang kemudian mengambil wudhu. Selesai itu muncul karomah beliau hingga mereka tidak bisa berkutik dan hanya bisa mendengarkan pengajian yang berisi hujah-hujah beliau".

Mungkin inilah salah satu bukti sebuah hadis yang menjelaskan "MAN 'ADA NI WALIYYAN FAQOD ADZANTUHU LIL HARBI", Barang siapa yang memusuhi wali/kekasih-Ku berarti telah menyatakan perang kepada Ku). Dalam sebuah hikmah juga disebutkan : LUHUMUL ULAMA' MASMUMAH, WA 'AQIBATUAMRIHIM WAKHIMAH. Dagingnya para wali itu beracun.

Akhir hayat penggagas Ide ini (memindah makam Nabi) kebanyakan berakhir tragis. Dijaman Nurudin Zanki pernah ada 2 Yahudi yang ingin mengambil jasad nabi. Nabipun menemui raja di dalam mimpi dan menceritakan 2 orang Yahudi tersebut beserta ciri-cirinya. Pagi harinya semua penduduk di Madinah diundang untuk bertemu dan bersalaman pada sang raja. Singkat cerita, terbongkarlah rencana jahat ini dan kedua Yahudi itu dieksekusi.

Tidak hanya itu, usaha menghilangkan benda-benda bersejarah bahkan sampai menggunakan cara menghapus semua tulisan yang mengandung tulisan tawasul di hujroh nabi.

=====
Serba Serbi:

Kata Abuya : Senjatamu adalah tahajjud, sedangkan pencari ilmu senjatanya adalah buku dan polpen. Maka seorang penuntut ilmu semestinya tidak sembarangan memakai pulpen. Jika memungkinkan seharusnya kita selektif dalam mencari pulpen, jangan memakai pulpen murahan. Sehingga tulisan baru berusia tiga tahun sudah luntur dan sulit dibaca. Jika perlu pakai pentul (pen tutul). Bahkan jika memungkinkan maka seharusnya menulisi hanya pada satu sisi buku saja untuk menghindari rusaknya buku ketika sudah tua usianya.

Abuya selalu mengajarkan para santri untuk senantiasa bercengkrama dengan Polpen, Buku dan Tasbih di saku, sebagai sebuah cara pembiasaan untuk berdzikir dan menulis. Tidak apa kalaupun yang ditulis bukan ilmu melainkan hanya pengalaman dan hal-hal kecil lain yang dia alami. Seperti yg dilakukan Abuya saat masih kuliah yang selalu menulis semua pengalaman beliau dari pagi hingga malam.

Ustadz Syihab yang merupakan santri didikan Abuya bahkan menekankan para santri agar mengusahakan diri untuk memiliki 1 tasbih (sekalian yang mahal) dan digunakan berdzikir pada Alloh hingga anak cucu. Begitu juga dengan Al Qur'an yang kita baca secara khusus secara istiqomah, jangan gonta-ganti, sebab siapa tahu bisa menjadi saksi kita kelak. Abuya sendiri juga mempunyai tongkat yang beliau pakai selama 15 tahun tetapi hilang di bandara. Abina juga mempunyai 1 sorban yang sudah lama dipakai dari Abuya. Pelajaran tentang istiqomah.

By Ibnu Hisyam