Lisan adalah penerjemah hati. Kita bisa membaca hati orang melalui kata-kata yang ia ucapkan. Lisan ibarat cermin yang mampu memantulkan bentuk fisik hati seseorang.
Lisan sendiri jenisnya bermacam-macam, ada lisan yang cerewet bukan main, ada lisan yang berbicara seperlunya, ada juga lisan yang hanya mampu berucap ya dan tidak.
Apapun karakter lisan kita, semuanya adalah ujian, bagaimana usaha kita menjaga lisan agar tak menyakiti orang lain, terlebih bagi mereka yang memiliki lisan yang banyak cakap, terlebih perempuan yang menurut riset bibirnya lebih tipis dan tajam dari laki-laki. :)
Sebab kita mengerti bahwa apa yang keluar dari mulut, semua direkam dengan jelas dan rapi oleh Malaikat yang Raqib Atid. Banyak ahli ibadah yang akhirnya dibuang ke jurang neraka sebab panen dosa yang dilancarkan oleh lisannya.
Berbahagialah bagi orang yang tak memiliki kecakapan berbicara, berbicara gagap, atau berbicara hanya ya dan tidak, sebab ia bisa lebih menjaga lisannya, karena seperti yang maklum dimengerti bahwa seringkali banyak bicara seringkali pula ia melakukan kesalahan melalui lisan.
Tapi juga tidak menutup kemungkinan pula, orang dengan karakter lisan ya dan tidak melakukan dosa melalui lisan dengan terus diam yang justru menyakitkan orang lain. Ya diam kadang juga bukan emas, bicarapun kadang justru adalah emas, tinggal substansi yang keluar darinya.
Melalui lisan manusia bisa melakukan ibadah menyenangkan orang lain, namun melalui lisan pula manusia bisa terjebak dalam dosa terhadap orang lain.
Banyak sikap-sikap tercela seringkali didukung oleh keberadaan lisan, mulai dari berbohong, hasud, bertengkar, mencela, mengeluh, menuduh, menggunjing, membicarakan aib, mengadu domba, suuzhon, dan sikap lain yang kesemuanya di support oleh lisan.
Maka menjaga lisan adalah menghindarkannya dari semua yang terlarang, dan menghiasinya selalu dengan dzikir, shalawat, al-qur'an dan kata-kata yg dicintai Allah dan mampu membahagiakan orang.
Memang manusia dengan lisannya seringkali terjerambab kedalam kubang dosa, hingga apapun yang dilakukan oleh seseorang untuk membuat semua orang senang kepadanya tiada akan pernah berhasil, karena banyak lisan yang siap mencela, mencaci maki dan menggunjing orang yang berusaha membuat orang lain ridlo tersebut. Ridlonnas ghoyah latudrok.
Ya, hati yang baik tercermin dari lisan yang baik, lisan yang buruk adalah sinyal bagi hati yang membusuk.
Namun, semuanya tidak semudah itu, banyak hal yang perlu sedikit demi sedikit kita proses. Memproses diri menuju keindahan yang diridloi-Nya. Semoga dimudahkan-Nya.
Akhirnya, semoga kita dikaruniai lisan yang berhiaskan keindahan dan taqwa, Allohumma inni as'aluka qolban salima wa lisanan shodiqo.
5 Oktober 2015
#kontemplasi di sesorean hari.
Allahumma
Ghufron!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar