Jumat, 20 Januari 2017

MENGENAL LEBIH DEKAT SOSOK SYEIKHINA KH. AHMAD RU’YAT


Oleh: KH. Abu Khoir Bin Abdul Mannan
Alih Bahasa: Ibn Imron Al Himam

Kelahiran dan Nasab Beliau

Kyai Ru'yat lahir dari rahim seorang ibu bernama Sujatmi pada tahun 1305 H/ 1885 M di sebuah sudut kampung yang bernama Pungkuran Kutoharjo Kaliwungu Kendal.

Nasab lengkap dari jalur ayah menurut satu pendapat adalah Ahmad Ru'yat bin Abdullah Wiryodikromo bin Musa (Ki Bobos) bin Abdul Baqi bin Ma'arif bin Qomaruddin bin Walido.

Kakek buyut beliau yang bernama Kyai Qomaruddin dikenal sebagai seorang figur kyai yang memiliki kesaktian yang hebat. Kakek buyut beliau inilah konon yang memimpin bala tentara milik Kanjeng Jepara Tjitrosumo yang saat itu diperbantukan kepada Kanjeng Kaliwungu tatkala kedatangan gerombolan Ki Kowek, seorang Tetunggul Berandalan yang hendak merebut kekuasaan Kanjeng Kaliwungu.

Kyai Qomaruddin bersama bala bantuan tadi akhirnya berhasil menangkap Ki Kowek sekaligus menghabisinya. Dengan keberhasilan yang beliau capai ini, pada akhirnya Kyai Qomaruddin diberi tanda jasa oleh Kanjeng Kaliwungu berupa pemberian pangkat. Yakni menjadi seorang Penghulu dan sesepuh Kaliwungu. (Seperti yang sering kali diceritakan oleh Sesepuh Kaliwungu)

Menurut versi yang lain, Kyai Qomaruddin memiliki berbagai nama, yakni: Qomaruddin, Burhanuddin, Poleleto, dan Amiluhul.

Versi yang mengatakan bernama Amiluhul menyebutkan, bahwa beliau berasal dari Aceh. Beliau adalah seorang panglima perang angkatan laut yang diburu sehingga bersembunyi di Jepara. Kemudian di Demak beliau dijadikan seorang Panglima perang oleh Raden Fattah, lantas dikirim ke Kaliwungu tatkala meletus sebuah peperangan. Pada peperangan itulah, beliau berhasil menyapu bersih para musuh sehingga meraih kemenangan dan berhasil menguasai penuh Kaliwungu. (Seperti yang diriwayatkan oleh Faishol bin H.Muhsin Jagalan dari seorang Syeikh dari Kudus)

Kyai Qomaruddin ini, menurut satu riwayat dimakamkan di desa Kedungsuren. Adapun ayahnya yang bernama Walido dimakamkan di Jepara.

Guru Kyai Ru'yat Kala Di Kaliwungu

Dikala masih kecil, Kyai Ru'yat mengaji Al-Qur'an di kampung Petekan dengan seorang Alim yang bernama Kyai Abdul Karim.

Pernah suatu ketika dikala beliau sedang mengaji surat An-Nas, tiba-tiba terjadi hujan abu yang pekat yang diakibatkan oleh meletusnya gunung Kelud. Hal ini membuat banyak penduduk menyalakan damar sebab begitu pekatnya langit.

Kejadian itu membuat Kyai Ru'yat kecil ketakutan dan pada akhirnya kembali ke rumah. Kejadian ini terjadi tepat pada tanggal 27 Shofar 1318/ 1901 M.

Selain itu, beliau juga mengaji kitab Tashrifan dan Jurumiyah kepada seorang Waliyulloh bernama Kyai Barmawi di belakang Pondok Kauman.

Selepas mengalami peningkatan, beliau melanjutkan ngajinya kepada seorang pendiri Pesantren Petekan yang juga merupakan anak dari Guru Al-Qur'annya dahulu, yakni Al-Mukarrom Kyai Ahmad bin Al-Allamah Kyai Abdul Karim bin Rifa'i. Kepada Kyai Ahmad, beliau mengaji kitab Hasiyah al Bajuri Ala Fathil Qorib.

Beliau juga mengaji sekian judul kitab-kitab ilmu Syariah dan perangkatnya seperti Fathul Wahhab, Qotrun Nada, Taqribul Ushul kepada Paman beliau sendiri yakni Al Allamah az Zahid Kyai Irfan bin Musa, Sang Pendiri Pesantren APIK yang merupakan salah satu murid Kyai Ahmad Nahrowi Banyumas dan Syeikh Mahfudz Termas yang keduanya muqim dan wafat di Makkah.

أخذ المعارف من مشايخ قريته # عبد الكريم مع ابنه ذي الشان
و من الولي برموي وعمه # ذي الزهد في دار الفنا عرفان

“Kyai Ru'yat menimba ilmu pengetahuan dari Masyayikh kampungnya (Kaliwungu), yakni yang mulia Kyai Abdul Karim, serta anaknya (Kyai Ahmad).
Dan dari seorang Wali yang bernama Barmawi, juga pamannya yang Zahid dengan dunia, yakni Kyai Irfan.”

Guru Kyai Ru'yat Di Luar Kaliwungu

Selepas Kyai Ru'yat mulai bisa membaca kitab dan memahaminya, beliau akhirnya meneruskan pencarian ilmunya kepada Romo Kyai Idris Jemsaren Solo selama kurang lebih 12 tahun (1908-1920 M.) Dan berhasil mengusai sekian banyak kitab.

Dan yang mengangumkan adalah bahwa, di kala beliau mondok di Jemsaren, beliau sama sekali tidak meminta biaya dari rumah, akan tetapi beliau berusaha membiayai mondoknya sendiri.

هو من تلاميذ الفقيه البارع # ادريس من مسكنه جمسارين

“Beliau termasuk salah satu murid dari al Faqih al Bari' Kyai Idris yang tinggal di Jemsaren.”

Teman beliau ketika mondok di Jemsaren yang berasal dari luar Kaliwungu di antaranya adalah Kyai Abdul Wahhab Gubuksari Pegandon, Kyai Dimyathi Comal Pemalang, Kyai Bajuri Indramayu, Kyai Ahmad Bali.

Dan yang berasal dari Kaliwungu dan seangkatan diantaranya: Kakaknya sendiri yakni Kyai Hidayat bin Abdullah Wiryo Pungkuran, Kyai Musa bin Hasan Pandean (w. 1367 H.), Kyai Irsyad bin Abdul Syakur Kampung Pesantren (w.1387 H.)

Sementara teman angkatan bawah beliau yakni Bpk. Irfan bin H. Asy'ari (Ayah Kyai Fauzan), adiknya yakni H. Muqri bin H.Asy’ari, Bpk. Abu Khoir bin H.Umar (ayah Kyai Ahmad Jazuli) dan adiknya Saman bin H. Umar, juga H. Ma'arif bin H.Dahlan (mertua Kyai Abu Khoir).

Pernikahan Kyai Ru’yat

Pada tahun 1920 M. Kyai Ru'yat pulang dari Pondok Jemsaren. Belum ada setahun dari kepulangannya, tepat pada bulan Jumadil Ula 1921 M, akhirnya beliau menikah dengan Nyai Zainab binti H. Ishaq bin Nyai Markilah (Fathimah) binti Kyai Husain bin Hamiyuddin bin Ma'arif bin Qomaruddin. Jadi, nasab Nyai Zainab dengan Kyai Ru'yat bertemu di Kyai Ma'arif.

Beliau Kyai Ru'yat kumpul dengan mertuanya kurang lebih selama empat tahun. Kemudian pada tahun 1924 M. Beliau menempati rumah sendiri yang berada di sebelah barat Masjid Al-Muttaqin Kaliwungu. Namun sampai meninggal dunia, Kyai Ru'yat tidak meninggalkan keturunan sama sekali.

Pekerjaan Kyai Ru'yat

Ketika masih lajang, pekerjaan yang digeluti Kyai Ru'yat adalah sebagai juru tulis sebuah Perusahaan Batik yang dimiliki oleh pamannya sendiri, yaitu Bpk. H. Muhsin bin Musa, seorang putra menantu guru Kyai Ru'yat yakni Kyai Abdul Karim bin Rifa'i Petekan. Setiap bulannya Kyai Ru'yat menerima bayaran sebesar Rp.7.50.

Hasil upah tiap bulan beliau kumpulkan selama empat tahun, sehingga pada akhirnya uang itu bisa dibuat berbisnis secara akad Qirodl dengan adiknya yang bernama Mas Darjo (Budiharjo) bin H. Hasan Ali.

Hasil dari bisnis inilah yang dibuat untuk membiayai mondoknya ketika di Jemsaren. Maka Mas Darjo setiap bulan sekali mengirimkan wesel untuk Kyai Ru'yat sebesar Rp.2.50.

Meskipun weselnya hanya sejumlah itu, akan tetapi saking begitu hati-hatinya dalam memakai uang, Kyai Ru'yat bahkan sampai bisa memberikan modal kepada temannya yang bernama Mas Thohir untuk berjualan segala macam kebutuhan untuk anak-anak pondok.

Perilaku Kyai Ru'yat semacam itu merupakan sebuah wujud Ittiba' kepada Salafuna Sholih. Seperti yang dinyatakan dalam kitab Ta'limul Muta'allim Hal 33, bahwa orang-orang dulu pada mulanya belajar kerja lalu mereka belajar ilmu sehingga mereka tiada tamak dengan harta benda orang lain.

Kemudian selepas menikah, Kyai Ru'yat bekerja di Perusahaan Batik dengan cara Syirkah dengan mertuanya sendiri yakni Bpk. H. Ishaq sampai ketika sudah pindah rumah di kampung Kauman. Diantara anak buah yang bekerja dengan beliau sebagai tukang cap batik adalah Waliyulloh Kyai Musyafa' bin Bahram.

Selepas Perusahaan Batik di Kaliwungu mengalami kemunduran, maka Kyai Ru'yat beralih profesi sebagai seorang petani, sambil berjualan jamu jawa dan kitab sampai beliau meninggal dunia.

Kitab Yang Diajarkan Beliau

Beliau seorang ulama yang begitu all out dalam membina ummat. Hal ini terbukti betapa rutinitas harian beliau penuh dengan mengajar.

Diantara kitab yang diajarkan oleh beliau adalah: Tafsir Jalalain, Fathul Wahhab, Ihya'Ulumiddin, ketiganya dibaca setelah subuh sampai pukul 08.00. Selepas itu dilanjutkan dengan membaca Shohih Bukhori, Syarh Mahalli Alal Minhaj, dan Iqna'. Kemudian setelah dzuhur beliau membaca kitab-kitab kecil berjumlah empat macam. Dilanjut ba'da ashar beliau membaca Tafsir Baidlowi.

Jika masuk bulan Romadlon, kitab yang selalu beliau baca sebagai wirid adalah Tafsir Jalalain dari semenjak pukul 07.00 pagi sampai pukul 15.00. Lalu setelah ashar beliau membaca Irsyadul Ibad, dan setelah shalat tarawih beliau membaca Ar-Riyadul Badi'ah dan Minhajul Abidin. Semua kitab tadi khatam di dalam bulan Romadlon. Konon dari semenjak beliau masih di pesantren, beliau sudah hobi membacakan kitab untuk teman-temannya.
Perlu diketahui, bahwa Kyai Ru'yat adalah tipikal Kyai yang sangat Tawadlu'. Beliau tidak malu mengaji kitab Tafsir Munir dengan muridnya yang bernama Shofi dari Randudongkal Pemalang, juga mau mengaji Durrotun Nashihin dengan santrinya yang bernama Irsyad dari Tegal.

Hal semacam ini memang sudah sesuai dengan adab para Ulama' dan di praktekkan oleh Salafuna Sholih. Dalam kitab Ta'limul Muta’allim disebutkan: Abu Yusuf ketika ditanya: “Sebab apa anda bisa menjadi orang yang benar-benar alim?” Ia menjawab: “Sebab aku tidak sombong dan mau mengaji/ mengambil ilmu dari siapa saja dan tidak pelit diminta mengajari siapa saja.

Seperti pula yang dinyatakan dalam sebuah hadits: “Ilmu yang bermanfaat itu adalah barang temuan orang mukmin, dimana saja ia menemukannya, ia bisa mengambilnya.”

Kyai Ru'yat amat suka memberikan faidah-faidah yang diambil dari Para Ulama'. Baik yang berkaitan dengan masalah hukum agama, doa-doa, atau wirid-wirid yang bermanfaat dunia akhirat. Seperti kata syair:

يهتم للمتعلمين بما نقل # من عالم ورع له قدر سني

“Amat penting bagi santri apa yang dinukil oleh seorang alim wira'i, disana terdapat derajat yang luhur.”

Geliat Ibadah Kyai Ru’yat

Wirid yang istiqomah di baca Kyai Ru’yat setiap hari adalah Dzikir menurut Thoriqoh Syathoriyyah. Hal ini beliau jalani semenjak beliau belum menikah. Wirid ini beliau baca setiap habis shubuh sebanyak 200 kali dan ba'da isya' juga 200 kali.

Beliau mengambil Thoriqoh ini dari Kyai Muhammad Ismail Kranggan Kaliwungu, dari ayahnya: Kyai Muhammad Thohir, dari Syeikh Najib Thohir al Madany, dari Syeikh Manshur al Budairy, dari ayahnya: Syeikh As'ad Thohir, dan seterusnya sampai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Akan tetapi Kyai Ru'yat sendiri belum mendapatkan izin dari Kyai Ismail untuk menurunkan Thariqot ini kepada orang lain.

Lalu pada akhirnya beliau meminta izin Kyai Abdul Wahhab (Jamhari) Gubuksari Pegandon untuk menurunkannya. Kyai Abdul Wahhab mengambil dari Kyai Muslim Bendakerep Cirebon, dari Kyai Muhammad Sholeh Bendakerep, dari Kyai Anwaruddin/ Kyai Keriyan Cirebon, dari Kyai Asy'ari (Kyai Guru) Kaliwungu, daei Syeikh As'ad dan seterusnya dengan sanad muttasil sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Setiap ba'da maghrib, Kyai Ru'yat tidak pernah meninggalkan membaca Surat Yasin, Tabarok, dan Al Waqiah, dan juga membaca Dalail Khoirot dan hizib-hizib yang ada di bagian pinggir kitab Dalail.

Lantas ba'da isya' dzikir secara Thoriqoh Naqsyabandiah mengambil dari Waliyulloh Abu Manshur Popongan Delanggu Solo. Dzikir Jahr sejumlah 400 kali, dan dzikir sirry sebanyak 12.000 kali. Untuk kemudian dilanjutkan dengan Mutholaah kitab. Setelah tidur sebentar, beliau kembali bangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Maka tak heran jika ada syair yang memujinya:

اوقاته قد اشبعت بمنافع # من بين تعليم و ورد مدمن

“Waktu beliau dipenuhi dengan hal-hal yang bermanfaat, antara mengajar dan wirid yang membuat ketagihan.”

Memang orang hidup di dunia mesti demikian. Sebab sudah dinyatakan dalam sebuah hadits: “Waktu bagaikan pedang, jika tak kau potong ia, kau yang akan ia potong.”

Kyai Ru'yat juga tipe orang yang lembut hatinya (Roqiqul Qolb). Hal itu terlihat dikala beliau membaca kitab. Jika disana ada ayat yang menerangkan tentang neraka dan isinya yang membuat merinding, atau disana disebutkan bahwa ada seorang alim yang sudah mengajarkan ilmunya di Masjidil Haram selama tak kurang dari empat puluh tahun, hanya saja ketika meninggal dunia, iman yang ia sandang lenyap (mati kafir), atau keterangan lain yang semacam itu, maka beliau akan sesenggukan dan diam hingga begitu lama.

Memang orang yang ingin selamat dari neraka harus seperti itu. Sebab di riwayatkan dari al Imam Ka'ab al Ahbar, bahwa ia berkata: “Aku menangis karena takut kepada Allah hingga berlinang air mataku lebih aku sukai daripada aku bersedekah emas seberat diriku. Sebab tiada seorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai berlinang bulir air matanya ke tanah kecuali ia tiada tersentuh api neraka.” (Durrotun Nashihin: 253)

Dan lagi, Kyai Ru’yat adalah seorang yang banyak mengingat mati. Orang semacam ini di sebut sebagai orang cerdas oleh Baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, dan orang yang membawa kemuliaan di dunia, juga kenikmatan di akhirat.

Seperti dijelaskan dalam sebuah hadits: “Ketika Rasulullah ditanya tentang orang cerdas, siapa mereka? Beliau menjawab: Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapan menghadapinya. Merekalah orang-orang cerdas. Mereka akan pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kenikmatan akhirat.” (Kifayatul Atqiya': 59)

Maka beliau siang malam selalu membaca syair berikut:

ذنوبي مثل اعداد الرمال # فهب لي توبة يا ذا الجلال
وعمري ناقص في كل يوم # وذنبي زائد كيف احتمالي

“Dosa-dosaku layaknya sejumlah debu, maka berikan taubat kepadaku, wahai pemilik keagungan
Umurku berkurang di tiap hari sementara dosaku bertambah tak tertanggungkan.”

ذا الشيخ رؤية ابن عبد الله # من لم يزل ذكر المنون الداني

“Inilah Syeikh Ru'yat bin Abdillah, seorang yang tiada lekang mengingat Sang Maha Pemberi Yang Maha dekat.”

Wafatnya Beliau

Salah satu ibadah dan amal Kyai Ru'yat adalah menjalankan Haji beserta Nyai Zainab, istri tercinta. Berangkat dari rumah menuju tanah suci Makkah al Musyarrofah tanggal 2 Dzulqo'dah 1372 H. /1952 M. Pulang dari Mekkah lantas membangun komplek C dengan mencabut rumahnya sendiri dari kampung Pungkuran.

Lalu hari kamis tanggal 8 kira-kira pukul 14.00 beliau memerintah para santri agar selepas maghrib malam Jum’at tanggal 9 Robiul Akhir 1388 H. / 4 Juli 1968 M. untuk berkumpul di rumah dan membaca surat Yasin empat kali dan agar yang berdoa adalah Kyai Humaidulloh Irfan.

Namun sekali saja belum selesai, beliau tergesa memenuhi panggilan Sang Maha Agung, beliau wafat, pindah menuju kasih sayang Allah dan kelompok surga-Nya. Wahai Jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan kerelaan dan teridloi. Maka masuklah dalam hamba-hamba-Ku dan masuklah Surga-Ku.

يا صاح لا تكف عن عين جرت # دموعها بوفاة فحل كليوني

“Wahai kawan, jangan kau tahan mata yang mengalir air matanya tersebab wafatnya semulia-mulianya orang Kaliwungu.”

Sebab Baginda Nabi pernah mensabdakan: “Sesiapa tiada bersedih sebab wafatnya orang alim, maka ia munafik. Sebab tiada musibah yang lebih agung ketimbang wafatnya orang alim. Nabi juga menyampaikan: “Wafatnya orang alim itu keretakan di dalam agama.”

مع السلامة في امانه شيخنا # الله ربي ارحم مربي روحنا يا ربنا

Ritsa’ Kewafatan Sang Kyai

يا صاح لا تكف عن عين جرت # دموعها بوفاة فحـــل كليــوني

“Wahai kawan, jangan kau tahan mata yang mengalir air matanya tersebab wafatnya semulia-mulianya orang Kaliwungu.”

اوقاته قــــــــد اشبعت بمنــــافع # مــــن بين تعليم و ورد مدمن

“Waktu beliau dipenuhi dengan hal-hal yang bermanfaat, antara mengajar dan wirid yang membuat ketagihan.”

يهــــــــتم للمتعلمين بمــــا نقل # من عالم ورع له قـــــــدر ســـني

“Amat penting bagi santri apa yang dinukil oleh seorang alim wira'i, disana terdapat derajat yang luhur.”

أخذ المعارف من مشايخ قريته # عبـــد الكريم مع ابنه ذي الشان
و من الولي برموي وعمه # ذي الزهد في دار الفنا عرفان

“Kyai Ru'yat menimba ilmu pengetahuan dari Masyayikh kampungnya (Kaliwungu), yakni yang mulia Kyai Abdul Karim, serta anaknya (Kyai Ahmad).
Dan dari seorang Wali yang bernama Barmawi, juga pamannya yang Zahid dengan dunia, yakni Kyai Irfan.”

هو من تلاميذ الفقيه البارع # ادريس من مسكنه جمسارين

“Beliau termasuk salah satu murid dari al Faqih al Bari' Kyai Idris yang tinggal di Jemsaren.”

ذا الشيخ رؤية ابن عـــــبد الله # من لم يزل ذكر المنون الداني

“Inilah Syeikh Ru'yat bin Abdillah, seorang yang tiada lekang mengingat Sang Maha Pemberi Yang Maha dekat.”

في اليلة الجمـــعة بعد المغرب # تاسع ربيع الثـان ذي الإحسان
الفـــــــا توفــــــــين مع ثلاث # مـــــــــائة ثمانين ثمــــان عـــــــين

“Di malam Jum’at selepas maghrib, beliau wafat, tepatnya pada tanggal 9 Rabiuts Tsany 1388 H. yang memiliki kebaikan.

ياربنااعف عنه وارحم يا رحيم # واقمه في الأخرى فسيح جنان

Ya Allah, ampuni dan sayangi beliau, Wahai Sang Maha Penyayang. Dan tempatkan beliau di akhirat di Surga yang luas.”

وكذاك اهل والأقارب ذو انتما # سلــــــــــم على نبينا العدناني

Sampaikan salam kepada Nabi kami al Adnany, juga teruntuk keluarga, dan kerabat yang memiliki keterkaitan.”

Semoga Bermanfaat.

Jumat, 14 Oktober 2016

Si Udin Episode 1

Al Kisah, ada seorang anak muda kampung yang bernama Udin. Dia adalah seorang mantan preman yang insyaf dan amat semangat dalam mempelajari Islam dan seluk beluknya. Suatu hari selepas shalat, Udin bertemu dengan guru spiritualnya.

Udin: Ust. Aku mau tanya satu hal boleh?

Ust: Mangga, din. Seseorang kalo pengin berkembang memang harus banyak tanya, din.

Udin: Gini nih tadz, Ane bingung. Kok ane kalo ketemu Ust..... itu rasanya di hati kok beda ya?

Ust: Beda gimana, din. Maksudmu?

Udin: Ya gitu tadz. Ane kalo ketemu Ust. Fulan, hati yang aslinya tenang tentram jadi malah ga karuan. Padahal Ust itu kan terkenal jago dalam baca kitab? Di sisi lain, kalo ane ketemu antum, ganjalan-ganjalan di hati ini rasanya kok langsung plong gitu aja. Padahal kata orang-orang antum ini ya biasa-biasa aja gitu.

Ust: Kok kamu malah ngajak nggunjing orang sih, din? Kalo kamu mau tanya permasalahan. Adabnya ndak usah sebut nama. Digambarkan aja permasalahannya.

Udin: Afwan deh tadz. Maklum masih muda kadang jadi lepas kontrol. Jadi gimana itu tadz jawabannya? Kok orang yang terkenal pintar baca kitab, tapi orangnya malah bikin hati was-was, ndak tentram gitu, tadz.

Ust: Sampean harus tau din. Bahwa ilmu agama, apalagi tasawuf itu bukan cuma tentang kepintaran seseorang dalam membaca kitab-kitab klasik, akan tetapi semua itu berkait erat dengan lelaku hidup, hati yang kosong dari hasrat duniawi, mengenyahkan hati dari melihat diri, mengosongkan jiwa dari sifat-sifat rumongso terhadap pencapaian yang dicapai, dan menghindarkan diri dari sikap fanatisme golongan. Sekali lagi ilmu ini adalah ilmu lakon, din. Jadi antum jangan heran, din. Jika suatu saat antum ketemu lagi sama orang yang model begini. Ilmu hanya dibuat ajang perdebatan. Adu kelihaian dalam membaca kitab. Namun tidak antum temukan dalam ranah lakonnya. Jadi ya, orang yang semacam ini ga aneh kalo rasanya hambar. Atau justru bikin hati was-was dan ga karuan. Sebab ilmu ini pusatnya hati. Bahasa lisan tidak akan banyak berpengaruh dengan apa yang di ucapkan hati, din. Bisa dipahamkan din?

Udin: Iya tadz. Berarti ketentraman itu adalah sikap jiwa yang dipengaruhi sangat oleh hati ya tadz. Terus kalo orang yang hatinya jelek meskipun lisannya berusaha menutupi kejelekkan hatinya, tetep saja akan tercium aroma baunya ya, tadz?

Ust: Persis, din. Ya menata hati bukan perkara yang gampang, din. Kudu terus dilatih. Biar terbiasa.

Udin: Ok deh, Ust. Makasih ya.

Ust: Iya sama-sama. Eh iya satu hal, Din. Biar jadi ilmu buat antum.

Udin: Apaan tuh tadz:

Ust: Biasain bilang Jazakumulloh khoir, din. Buat ganti ungkapan Makasih. Kata Nabi itu ungkapan terimakasih terbaik.

Udin: Oh gitu ya tadz. Apa tadi tadz. Eee... Ja.. Jazakumulloh ya tadz?

Ust: Iya, waiyyakum.

Udin: Oh iya waiyyakum.

Ust: Otu jawabannya din. Ga perlu di tirukan.

Udin: Oh iya ya ya tadz. Ok.

Selasa, 04 Oktober 2016

Betapa Indahnya Surga

Seorang sahabat Nabi, Abu Hurairah pernah bilang: “Ya Rasulullah, Dikala kami bersama engkau, tiada yang kami rasakan kecuali hati kami merasa lembut, zuhud dengan dunia, dan kami merasa sebagai ahli akhirat. Lalu ketika kami keluar meninggalkan engkau lantas kami bergaul dengan istri kami, menciumi anak-anak kami, kami ingkar dengan diri kami sendiri."

Lantas Rasulullah menjawab: ”Jika kalian dikala keluar meninggalkanku kondisi kalian seperti ketika bersamaku, maka malaikat akan menziarahi rumahmu. Jika kalian tiada berbuat dosa, Allah ta'ala akan mendatangkan makhluk baru agar mereka melakukan dosa lalu Allah mengampuninya.”

Abu Hurairah bertanya lagi: “Ya Rasulallah, dari apa makhluk diciptakan?”

“Dari air”, jawab Nabi

“Kalau surga itu dibangun dari apa?”

“Batu bata dari perak, batu bata dari emas, semennya dari misik terwangi, kerikilnya dari mutiara dan yaqut, debunya dari za'faron, sesiapa yang memasuki akan merasakan kenikmatan tiada diazab, terus hidup tiada mati, pakaiannya tiada kusam, masa muda tiada pernah sirna.”

Lantas Rasulullah melanjutkan, “Tiga orang yang tiada ditolak doanya: Imam yang adil, seorang yang berpuasa dikala berbuka, dan doa orang yang teraniaya terangkat menembus langit, baginya dibuka pintu-pintu langit. Allah berfirman: Demi kemulyaanku, Aku sungguh akan benar-benar menolongmu meskipun nanti. (Tirmidzi: 2526)

Dalam hadits di atas, Rasulullah mengilustrasikan keindahan kondisi surga. Sebuah ilustrasi yang tentunya hanya bisa dibayangkan dengan amat terbatas. Sebab keindahan itu adalah keindahan yang kedua mata tak pernah melihat dan menyaksikan, telinga belum pernah mendengar, dan tak pernah sama sekali terbersit di hati.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa, di Surga ada sebuah Pohon, menurut Ibnul Jauzi pohon yang dimaksud adalah pohon Thuba (طوبى). Sebuah pohon yang besar dan tinggi menjulang. Seorang pengendara kuda yang lihai dan dengan kecepatan maksimal ketika berjalan di naungannya meski menghabiskan waktu selama 100 tahun, ia tiada akan berhasil menempuhnya. (Lihat Tirmidzi: 2524)

Menurut Nabi itulah yang di maksud dengan “wazhillin mamdud” naungan yang terbentang, dalam surat Al Waqiah.

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِين ٢٧
27. dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan itu.

فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ ٢٨
28. berada di antara pohon bidara yang tak berduri,

وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ ٢٩
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya,

وَظِلٍّ مَمْدُودٍ ٣٠
30. dan naungan yang terbentang luas,

وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ ٣٢
32. dan buah-buahan yang banyak,

لا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ ٣٣
33. yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya.

وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ ٣٤
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً ٣٥
35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka Bidadari-bidadari dengan langsung (tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis).

فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا ٣٦
36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.

عُرُبًا أَتْرَابًا ٣٧
37. penuh cinta lagi sebaya umurnya.

لأصْحَابِ الْيَمِينِ ٣٨
38. kami ciptakan mereka untuk golongan kanan,

Secara prinsip bahwa masing-masing penghuni Surga mendapatkan luas wilayah tidak kurang dari luas kabupaten. Sebab lebar surga layaknya langit dan bumi.

Sementara di lain kesempatan para penghuni Surga bisa juga berekreasi. Di pohon besar itulah mereka akan berekreasi. Disana disediakan hiburan yang demikian menggiurkan. Jika ada yang ingin mendengarkan alunan musik. Allah ta'ala akan mengirimkan angin untuk menyenandungkan nada-nada indah hasil paduan suara dengan pohon-pohon disana. Pohon-pohon yang batang-batangnya terbuat dari emas murni.

Kenikmatan-kenikmatan yang menggiurkan itu, tentu saja seperti yang disabdakan Nabi, dalam meraihnya ketika didunia, semua itu dipenuhi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Huffat bil makarih. Dikelilingi dengan sekian hal yang tidak menyenangkan.

Semoga Allah memberi kekuatan kita untuk terus berusaha meraih surga dengan terus menjalankan ketaatan meski banyak hal yang tak menyenangkan hadir mengusik kehidupan kita. Amin.

Wallahu ta'ala a'lam

Minggu, 02 Oktober 2016

Al Ayman Fal Ayman

Dikala kita sedang bersama hendak menikmati minuman, ada sebuah hal yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Sebuah cara yang akan menciptakan kebersamaan yang demikian indah, bahkan sampai pada tingkat “ngalap barokah”.

Caranya yakni dengan memutarkan minuman itu kepada orang ke arah kanan. Meskipun ada orang yang lebih tua di sisi kirinya. Hal ini juga amat berkaitan dengan kesunnahan mendahulukan segala hal yang baik dengan memakai anggota bagian kanan (tayamun).

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺗﻲ ﺑﻠﺒﻦ ﻗﺪ ﺷﻴﺐ ﺑﻤﺎء، ﻭﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﺃﻋﺮاﺑﻲ، ﻭﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻩ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ، ﻓﺸﺮﺏ ﺛﻢ ﺃﻋﻄﻰ اﻷﻋﺮاﺑﻲ، ﻭﻗﺎﻝ: «اﻷﻳﻤﻦ ﻓﺎﻷﻳﻤﻦ»

Dari Anas bin Malik, bahwa sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi susu yang telah dicampur dengan air. Di sisi kanan beliau ada seorang A'roby, sementara di sisi kiri beliau adalah Abu Bakar. Beliaupun meminumnya lantas memberikannya kepada A'roby, dan bersabda: “Sisi kanan (lebih berhak) lalu sisi kanannya lagi.” 124 - (2029)

Di hadits yang lain disebutkan bahwa: Sayyidina Anas pernah bercerita: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, saat itu usiaku 10 tahun, dan Nabi meninggal dunia saat aku berusia 20 tahun. Bahwa ibu-ibuku mendorong aku untuk berkhidmah kepada Rasulullah. Maka suatu saat Rasulullah berkunjung ke rumahku. Maka aku memerahkan susu kambing untuk beliau. Lantas dicampurlah susu itu dengan air sumur di rumah. Rasulullah pun lalu meminumnya. Sayyidina Umar berkata kepada beliau sementara Abu Bakar berada di sisi kiri beliau: “Rasulullah, berilah Abu Bakar”. Maka Beliau justru memberikannya kepada seorang A'roby yang berada di sisi kanan beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Sisi kanan (lebih berhak) lalu sisi kanannya lagi.” 125 - (2029)

Ada hadits yang lain yang sampai menyebutkan bahwa: Suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diberi minuman, lantas beliau meminumnya, di sisi kanan Nabi ada seorang anak kecil, dan disisi kiri ada orang-orang tua. Maka beliau bersabda kepada anak kecil itu: “Apakah kau kasih izin supaya aku memberi mereka?”. Anak kecil itu menjawab: “Tidak demi Allah, aku takkan mendahulukan orang lain dengan jatahku yang dari engkau.” Maka Rasulullah pun menurunkan minuman itu pada tangan anak kecil tadi. 127 - (2030)

Memang demikian adanya bahwa Rasulullah mendahulukan A'roby daripada Abu Bakar sebab beliau hendak berusaha menghargai dan “ngewongno” A'roby. Juga mengharuskan Rasulullah meminta izin terlebih dahulu kepada anak kecil barangkali ia mau mendahulukan orang-orang tua meski ternyata ia tidak mau. Tentu saja, pada prinsipnya sebetulnya mendahulukan orang lain dalam urusan selain ibadah adalah hal yang lebih utama.

Kadang ada saja seseorang yang menganggap jijik dengan hal semacam ini. Padahal ada hadits yang menyebutkan bahwa sisa seorang mukmin adalah obat. Su'rul Mukmin syifa'. Meski hadits ini dloif akan tetapi seharusnya bisa dijadikan sebuah motivasi dalam hal ini. Jangan meniru seseorang yang justru bangga ketika ia suatu saat memesan sekian ragam makanan lantas ia tidak menghabiskannya.

Terlebih bahwa makan dan minum bersama mempunyai efek dan fungsi yang luar biasa bagi tumbuhnya kebersamaan, pertautan hati yang kuat, dan cinta.

“Al-Muthoamah tuqi'u al Ulfah wal Mahabbah fil Qulub”. Saling memberi makanan menyebabkan pertautan hati dan kecintaan di hati.

Demikianlah salah satu bentuk kesunahan ringan yang seharusnya terus kita lestarikan. Jangan menganggap tidak penting apalagi sampai meremehkan. Sebab Syetan juga amat hobi menghembuskan godaannya kepada seseorang agar ia suka meremehkan sebuah hal yang kecil.

Wallahu ta'ala a'lam

Senin, 26 September 2016

Doa Seorang Guru Dambaan Setiap Santri

Syabib Ibn Al Ghorqodah berkata: Aku mendengar banyak orang dari Bani al Bariqy menceritakan, dari Urwah bin al Ja'd al Bariqy, seorang Qodhi perdana di negeri Kufah. Bahwa Rasulullah memberinya satu dinar, agar ia membelikan seekor kambing untuk beliau. Maka ia pun membelikan dua ekor kambing untuk beliau. Lalu ia berinisiatif untuk menjual salah satu kambing itu dengan harga satu dinar. Sehingga ia datang menemui Rasulullah dengan membawa seekor kambing dan plus uang satu dinar. Tersebab merasa senang dengan apa yang ia kerjakan, Rasulullah seketika mendoakan keberkahan dalam jual belinya. Dan konon setelah itu, jika ia semisal menjual debu saja, ia pasti akan mendapatkan laba. 3642

Bagaimana kita melihat seorang Urwah mendapatkan doa Rasulullah tanpa meminta terlebih dahulu. Dan kemudian ia merasakan betapa memang doakan keberkahan beliau benar-benar diijabah oleh Allah. Dalam satu kesempatan, Urwah pernah bercerita, “Aku masuk pasar Kufah untuk berdagang, maka aku mendapatkan laba 40.000 dirham.” Padahal pada waktu itu uang 8 dirham sudah sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Maka sebagai seorang santri, kita harus berusaha menyuguhkan khidmah terbaik sehingga bisa membuat guru atau orang yang kita khidmahi merasa senang. Munculkan ide-ide cemerlang yang bisa membuat senang. Dan jangan hanya menunggu perintah.

Abi Ihya’ ketika masih menjadi santri, di kala Abuya al Maliki di Thoif, Abuya ingin untuk qodlil hajah. Maka beliau bergegas mengecek WC terlebih dahulu, ternyata WC yang ada dipenuhi dengan kotoran. Tanpa pikir panjang beliau langsung membersihkannya memakai tangan. Selepas selesai, ternyata Abuya tahu tentang apa yang dikerjakan santrinya itu. Sehingga beliau langsung mendoakan: “Barokallohu fik, Barokallohu fik, barokallohu fik.”

Seharusnya seseorang dikala mendapatkan hal yang menyenangkan dari orang lain, ia menyambutnya dengan mendoakan orang itu dengan kebaikan. Barokallohu fik.

Selain itu, doa adalah sebuah hal yang selayaknya dimintakan kepada seorang shalih. Sebab hanya doa sebuah hal yang paling layak dan pas untuk dimintakan kepada mereka. Meski barangkali mereka menawarkan kepada kita untuk meminta kebutuhan apa saja. Akan tetapi doa mereka lebih penting untuk kita mintakan daripada harta benda atau yang lainnya.

Abi Ihya’ memiliki tugas khidmah menjaga telefon dari Abuya disetiap malam sabtu di kantor As-Shofwah Surabaya. Di setiap akhir percakapan dengan Abuya, Abuya pasti menawarkan kepada Abi: “Isy lak hajah?”, “Kau pengin apa?”. Dan disetiap itu pula Abi selalu menjawab: “Ad-da'awat Abuya”, “Cukup doa Abuya”.

Sayyidina Anas juga mendapatkan doa Rasulullah yang berupa tiga hal, panjang umur, keberkahan rizqi, dan banyak anak. Dan lihat ia diberi umur panjang lebih dari seratus tahun, rizqi yang ia dapat dari ladang sukses besar bahkan bisa dipanen lebih banyak dari kebanyakan orang, dan anak turunnya beliau lebih dari 500 anak cucu.

Dalam hadits di atas. Urwah memang menjual sebuah kambing yang bukan miliknya. Akan tetapi karena tujuannya tiada lain adalah untuk menyenangkan Rasulullah, menurut Qoul Qadim hal ini diperbolehkan. Namun menurut Qoul jadid hal ini tidak diperbolehkan sebab ada hadits Hakim bin Hazm yang menyatakan: “La tabi' ma laisa ‘indak!”, Jangan kau jual apa yang bukan milikmu.

Imam Rifa'i seorang Penggagas Thoriqoh Rifaiyyah pernah menghidupkan tanah tak bertuan (Ihya' al Mawat) di Mesir. Sehingga tempat itu menjadi ramai dengan kegiatan keagamaan. Di suatu hari ia didatangi seorang yang mengaku sebagai pemilik tanah. Tanpa pikir lagi, beliau langsung mempersilahkan orang itu jika ingin mengambil alih kepemilikan tempat tersebut.

Hal ini memberikan pelajaran yang teramat besar. Jika suatu saat ada hak yang kita miliki dirampas oleh orang, kita harus belajar untuk bersikap legawa. Yakinkan dalam diri bahwa Allah akan mendatangkan sebuah ganti yang lebih besar dan agung untuk kita. Sebuah hal yang mudah sekali diucapkan, tidak demikian dalam ranah pengamalan.

Wallahu ta'ala a'lam
#TaklimShohihMuslim

Minggu, 25 September 2016

Bagaimana Cara Minum Ala Rasulullah

Kita sudah mengerti, betapa Rasulillah shalallahu alaihi wasallam adalah seorang figur yang mengajari adab tentang sebuah hal dengan demikian detail. Maka seharusnya dalam setiap apa yang beliau ajarkan itu, kita ambil hal itu sebagai sebuah tuntunan. Sebab maklum bahwa apa yang beliau ajarkan tak ada lain kecuali merupakan sebuah wahyu yang di wahyukan.

Seperti dalam cara bagaimana Rasulillah makan dan minum. Karena dengan mengikutinya disamping merupakan bukti kecintaan kita, sebuah cara menghidupkan sunnah, ternyata apa yang diajarkan Rasulillah amat banyak menyimpan hikmah.

Kita melihat betapa seseorang mendapatkan gelar doktor hanya sebab ia meneliti manfaat menjilati jemari selepas makan dari hadits yang mengajarkan hal itu. Orang lain mendapatkan gelar doktor sebab meneliti hikmah tentang perintah Rasul supaya mencelupkan sekalian lalat yang hinggap di minuman kita. Oleh sebab itu, kita seharusnya mencontoh apa yang beliau teladankan, dan tidak perlu bertanya-tanya dan protes tentang hal itu.

Rasulillah adalah seorang Nabi yang jarang menderita sakit, ada yang menyebutkan bahwa Rasulillah hanya sakit dua kali selama hidupnya. Maka hal ini seharusnya yang kita contoh, bagaimana beliau melakukan kiat-kiat dalam menjaga kesehatan, terlebih dalam makan dan minum.

Rasulillah mengajarkan jika kita hendak makan dan minum agar jangan sampai berlebihan. Larangan semacam itu muncul ternyata adalah sebuah isyarat bahwa makan minum berlebihan mengandung banyak akibat negatif, lebih-lebih dalam masalah kesehatan. Dan kesehatan mengungkapkan fakta bahwa mayoritas penyakit dipicu oleh makan dan minum yang berlebihan.

Selain itu, Rasulillah mengajarkan agar supaya ketika kita hendak minum. Kita jangan sampai bernafas di dalam minuman yang kita minum. Sebab ternyata setelah diteliti, nafas yang kita lepaskan di minuman mengandung CO 2 yang tidak baik bagi kesehatan.

Sebaiknya jika kita ingin bernafas, kita bernafas di luar gelas atau diluar tempat minuman itu. Dan jangan juga meminum dengan sekali teguk, akan tetapi apa yang diajarkan Rasulillah adalah meminum dengan tiga kali tegukan. Satu lagi, jangan lupa untuk membaca basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah. Sebab Rasulillah melakukan hal itu, bahkan Rasulillah membaca basmalah dan hamdalah di setiap tegukan. Dalam sebuah hadits di sebutkan:

ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻗﺘﺎﺩﺓ، ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ، «ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻧﻬﻰ ﺃﻥ ﻳﺘﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻹﻧﺎء»

Dari Abdillah bin Abi Qatadah, dari ayahnya, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang bernafas di dalam bejana/gelas.

Di riwayat yang lain, Rasulillah menghela nafas di luar gelas atau minuman tiga kali. Dan hal itu seperti yang dijelaskan Rasulillah di nilai lebih menyegarkan, menghilangkan penyakit dan lebih nikmat. Dalam sebuah hadits di sebutkan:

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ، «ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﺘﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻹﻧﺎء ﺛﻼﺛا

Dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bernafas di (luar) bejana/gelas tiga kali.

ﻋﻦ ﺃﻧﺲ، ﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺘﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻟﺸﺮاﺏ ﺛﻼﺛﺎ، ﻭﻳﻘﻮﻝ: «ﺇﻧﻪ ﺃﺭﻭﻯ ﻭﺃﺑﺮﺃ ﻭﺃﻣﺮﺃ»، ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺲ: «ﻓﺄﻧﺎ ﺃﺗﻨﻔﺲ ﻓﻲ اﻟﺸﺮاﺏ ﺛﻼﺛﺎ

Dari Anas, ia berkata: Bahwa Rasulillah shallallahu alaihi wasallam bernafas di (luar) minuman tiga kali. Dan beliau bersabda: “Sungguh hal itu lebih menyegarkan, menghilangkan penyakit, dan lebih nikmat”. Anas berkata: “Maka aku bernafas di (luar) minuman tiga kali.”

Hadits-hadits diatas dalam redaksi yang disebutkan, seolah bertentangan dengan hadits yang melarang bernafas di dalam bejana/ gelas. Namun para Ulama memberikan pemahaman untuk menjami’kannya bahwa yang di maksud adalah “Fi khorijil ina'/syarob” yakni diluar bejana, gelas, atau minuman.

Wallahu ta'ala a'lam
#NgajiShohihMuslim

Rabu, 21 September 2016

Sterilkan Majlis Anda Dengan Doa Kafarotul Majlis

Seseorang dikala sedang duduk bersama dalam indahnya suatu majlis, bisa jadi majlis yang indah itu terkotori oleh lisan yang tak bertulang. Maka seseorang membutuhkan adanya kafaroh untuk mensterilkan majlis itu.

Hal itu jika ia berada dalam sebuah majlis yang baik. Bagaimana jika majlis itu memang bukan majlis yang baik? Sebuah majlis yang tiada substansi kecuali dosa. Majlis melawak, mengghibah, dll. Sementara kita tahu bahwa akan terus ada Malaikat pengintai yang selalu waspada dan siap sedia merekam seluruh amal dan gerak gerik manusia.

Dalam sebuah riwayat, Sayyidina Abdullah bin Amr bin Ash pernah menyampaikan bahwa, “Sebuah kalimat yang tiada diucapkan tiga kali oleh seseorang di sebuah majlisnya kala ia hendak beranjak, kecuali dengannya terampunkan dosanya. Dan tiada diucapkan disebuah majlis yang baik dan majlis dzikir, kecuali dengannya di stempel kebaikannya layaknya penyetempelan pada suatu lembaran, yakni:

ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ اﻟﻠﻬﻢ ﻭﺑﺤﻤﺪﻙ، ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ ﻭﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻚ

“Maha suci Engkau ya Allah, membersamai puja-puji kepada-Mu. Tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu”.

Hadits semacam ini, meski disandarkan kepada sahabat, namun secara hukmi merupakan hadits marfu' sebab tiada indikasi adanya ijtihad dari rowi yang meriwayatkan.

Dalam sebuah riwayat yang lain, dengan redaksi yang agak berbeda, yakni:

ﺳﺒﺤﺎﻧﻚ اﻟﻠﻬﻢ ﻭﺑﺤﻤﺪﻙ، ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﺖ، ﺃﺳﺘﻐﻔﺮﻙ ﻭﺃﺗﻮﺏ ﺇﻟﻴﻚ

“Maha suci Engkau ya Allah, membersamai puja-puji kepada-Mu. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu”.

Selain itu, termasuk kebiasaan sahabat dalam mengakhiri sebuah majlis, selain membaca doa kafarotul majlis, adalah dengan membaca surat al-Ashr. Maka bagaimana kita menyemarakkan kebiasaan-kebiasaan baik semacam ini.

Majlis yang indah terkadang juga bisa terkotori dengan adanya sebuah laporan yang seseorang tentang kejelekan satu pihak. Abuya amat marah dikala ada seorang santrinya yang lapor kepada beliau perihal kejelekan santri yang lain. Akan tetapi jika beliau sendiri yang bertanya, maka tentu saja santri yang ditanya harus menjawab dengan apa adanya. Rasulullah dalam sebuah kesempatan menyampaikan:

ﻻ ﻳﺒﻠﻐﻨﻲ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻋﻦ ﺃﺣﺪ ﺷﻴﺌﺎ، ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺣﺐ ﺃﻥ ﺃﺧﺮﺝ ﺇﻟﻴﻜﻢ ﻭﺃﻧﺎ ﺳﻠﻴﻢ اﻟﺼﺪﺭ

“Tiada perlu seseorang dari sahabatku menyampaikan sebuah hal tentang orang lain. (Yakni sebuah hal yang aku tak suka, dan aku bisa jadi marah). Sebab sungguh Aku senang keluar kepada kalian dengan kondisi hati yang selamat (dari keburukan kalian).”

Hal ini jika hal tersebut bukan sebuah kefasikan. Akan tetapi jika berupa hal fasik yang membahayakan. Maka tiada masalah.

Maka hidup berjamaah seharusnya tak terjadi kubu-kubuan sehingga bisa hidup bersama dengan penuh keindahan. Sebab jika terjadi fanatisme kubu biasanya akan ada pihak yang hobi laporan tentang kubu lain. Seharusnya kita selalu membaikkan asumsi kita (husnudzon) terhadap orang lain. Bahwa seseorang menjadi aktivis jamaah berarti ia menginginkan kebaikan untuk dirinya. Sehingga seharusnya masing-masing tak hobi melihat kesalahan pihak lain, akan tetapi senantiasa mengintropeksi dirinya sendiri.

Namun, memang pada satu kondisi justru lebih baik melakukan su'udzon kepada orang lain. Sebagai sebuah sikap kewaspadaan terhadap keburukannya. Apalagi kini kita hidup dalam zaman yang amat banyak terjadi penipuan. Ada hadits yang berbunyi:

احترسوا من الناس بسوء الظن
“Lindungi dirimu dari (keburukan) seseorang dengan su'udzhon.”

Wallahu ta'ala a'lam