Rabu, 19 Agustus 2015

Melirik Mereka Yang Berhaji

Tak lama lagi, musim haji akan tiba. Banyak dari para calon haji yang sudah mengambil persiapan-persiapan demi supaya haji yang mereka akan tunaikan berjalan dengan mudah dan lancar. Mulai dari persiapan fisik, bekal ilmu manasik, meminta restu sanak kerabat juga kenalan dengan barangkali menggelar selamatan, mungkin sudah banyak mereka lakukan. Atau bagi mereka yang mendapat pemberangkatan awal kini mungkin telah merasakan ekstase kota suci itu.

Haji memang satu ibadah yang termasuk dari rukun Islam. Ia wajib dilakukan bagi mereka yang berkecukupan dan pula berkemampuan. Mampu dari sisi fisik, materi maupun mental.

Haji adalah satu ibadah fisik yang memang menjanjikan banyak pahala dan kebaikan. menggerus segenap dosa dan kesalahan hingga lenyap tak bersisa layaknya bayi yang baru saja dilahirkan. Satu ibadah yang dinilai jihad bagi para wanita, orang tua yang menjalankan. Seorang haji juga disebut sebagai wafdullah, yakni tebusan Allah yang dikala meminta ia akan diberi, dikala berdoa doanya akan dikabulkan, ketika berinfaq, infaqnya akan diganti oleh Allah dengan lipat tujuh ratus kali yang sama nilainya dengan sabilillah, atau bahkan untuk tiap dirham akan diganti empat juta kali lipat. Ia akan mampu menolong dengan syafaat empat ratus keluarganya. Orang yang meminta kepada haji agar Allah mengampuni ia diampuni. Ya, haji adalah satu ibadah yang memiliki kemulyaan luar biasa.

Di satu sisi yang lain, haji juga media yang sangat ampuh bagi manusia yang ingin menjadi sosok low profil. Sosok yang selalu dalam kesederhanaan dan tidak melihat siapa aku. Seorang pemimpin negara yang yang biasa dikawal kemana-mana harus rela antri dimana-mana. Dengan balutan dua kain ihrom tanpa boleh memakai celana mereka melela, yang padahal dihari-harinya yang lain pakaian serba mahal dan necis selalu membalut tubuhnya, hingga sampai harus merelakan mahkota rambut untuk dicukur habis, mereka yang sebelumnya tampan berubah seketika menjadi sedikit menakutkan. Apalagi jika saja mereka foto dengan membuka lebar-lebar mulutnya. Di masjidil harom di tengah lautan manusia mesti dengan legawa mengitari kotak hitam bolak balik tujuh kali. Berlari kecil ditengah himpitan manusia antara dua bukit safa marwa. Ke Arafah yang hanya berupa bentang pandang pasir, tak ada tontonan atau hiburan entah apa. Melempari jamarat yang katanya melempar setan yang padahal tiada sama sekali terlihat batang hidungnya. Maka semua adalah ujian ketundukan terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah, semua adalah tentang bagaimana mengenolkan diri dari merasa menjadi apa dan siapa.

Menjadi haji mabrur adalah idaman tiap orang tapi hanya segelintir dari jutaan manusia yang berhasil mendapatkannya. Sebuah haji yang tiada tercampur dengan dosa sama sekali. Dulu bahkan ada seseorang haji yang diberi kabar bahwa dari enam ratus ribu orang haji hanya enam orang yang dinilai hajinya mabrur. Tapi enam orang ini mampu mengkatrol yang lain sehingga haji mereka maqbul atau diterima. Sementara haji mardud atau tidak diterima adalah haji yang ditunaikan dengan harta haram.

Semoga kita yang belum haji segera mendapatkan panggilan dari-Nya. Ada satu doa jawa yang dikenal mustajab bagi kita yang ingin segera dipanggil untuk berhaji:

Allahumma ya Robbana
cukupono loberono,
beras akeh duit akeh,
kanggo ngaji lungo haji ,
barokahe Nabi Wali

Amin amin ya mujibassa'ilin..

»»Dibelakang bentang sayur mayur menghijau, 20 Agustus 2015 /5 Dzulqo'dah 1436

OTW Menuju Surga

4-copy-2.jpg

Dunia ibarat sebentang medan perjalanan yang disiapkan Allah untuk menggapai satu tujuan akhir perjalanan kehidupan, yakni tiada lain adalah memasuki gerbang indah surga.

Surga merupakan sebuah titik akhir bagi perjalanan kehidupan manusia di dunia. Manusia dikatakan selamat dan sukses dalam menempuh perjalanan kehidupan jika berhasil memasuki pintu gerbang itu.

Sebuah pintu gerbang yang indahnya tiada pernah terbenak dihati, tiada pernah terlintas di pikiran, tiada pernah disaksikan oleh mata, dan tiada pula pernah disimak melalui telinga. Keindahan yang Maha, yang tiada seorangpun kecuali rindu ingin memasukinya.

Dalam setiap perjalanan pastinya seseorang akan menemukan rintangan-rintangan, yang menuntut untuk diselesaikan dengan indah. Seperti itu pula perjalanan manusia menuju kehidupan yang tanpa batas, penuh dengan lika-liku dan rintangan yang datang pergi tak berkesudahan. Satu rintangan berhasil dilewati, rintangan yang lain telah siap menghadang didepan. Semuanya mesti dilewati dengan kebesaran hati dan kesabaran yang tiada henti.

Terlebih kehadiran nafsu dan setan barangkali juga menjadi semacam onak tersendiri yang terus menggerus semangat kita dalam mengendalikan kendaraan iman dan ketaqwaan.

Maka apapun itu, semua mesti dihadapi dengan jiwa yang besar dan kesabaran yang lebih dari biasanya, karena segala keindahan mesti diawali dengan kesulitan dan cobaan.

Sebagai satu titik akhir, surga memang tidak begitu saja bisa didapatkan. Gerbang Surga hanya bisa di masuki dengan terlebih dahulu membeli tiketnya memakai segala yang kita punya. Amal, harta, jiwa, raga dan apa saja yang kita punya mesti kita korbankan sebagai modal untuk membeli tiket surga yang memang tidak murah.

Maka jangan pernah bermimpi bisa memasukinya jika kita tidak membawa serta tiket itu, juga jangan pernah bermimpi mendapatkan harga tiket surga yang murah atau gratis. Karena tiket itu tidak akan pernah dijual kecuali dengan harga mahal yakni dengan menyerahkan seluruh apa yang kita punya. Ya, inna sil'atalloh gholiyah, inna sil'atalloh jannah! Sungguh barang dagangan Allah mahal, sungguh barang dagangan Allah adalah surga!

Sementara jika akhirnya kita tidak berhasil membeli tiket itu, maka tiada gerbang lain yang bisa kita masuki melainkan gerbang neraka, yang panorama dan suasananya yang menakutkan dan menyakitkan tidak pernah terbersit sama sekali dibenak kita.

Akhirnya kita hanya bisa berusaha dan berharap. Bisa menjalani liku kehidupan dengan kesabaran yang besar dan lalu memasuki gerbang surga yang indahnya tiada tara dengan selamat dan sentosa. Benar kata para arif: Dunia bukan main-main dan surga tiada gratis! Ayo, OTW menuju surga!!!

Gazebo Cinta, 19 Agustus 2015

Sabtu, 15 Agustus 2015

Merindukan Sang Umar ke-3

Kebanyakan manusia memang suka dengan popularitas dan status sosial di masyarakat. Banyak yang berusaha mengejarnya demi sebuah gengsi dan menuruti nafsu ingin dihormati. Meski harus melalui cara yang keji dan tak manusiawi, menghalalkan apa yang sebenarnya ia paham sebelumnya bahwa itu haram. Yang kemudian ia lupa, sebab mata bathin telah tertutup oleh gumpalan kerak duniawi yang kadung mengeras tak henti-henti.

Manusia super jaman dahulu, bahkan seringkali lempar pangkat dan jabatan karena takut akan tanggung jawab yang mesti diemban dunia akhirat. Manusia sekarang, jangankan disuruh maju, bahkan sebelum kapasitasnya pantas menyandang pangkat dan jabatan. Ia merasa sudah layak menjadi panutan, yang nyatanya mengurusi diri sendiri saja tak becus, yang nyatanya yang ia cari hanyalah sebutan dan kekayaan. Memperkaya diri dengan menjadi kepala entah apa. Padahal visi yang ia miliki saja masih hambar tak menemukan kejelasannya. Bahkan hanya dengan power politik yang dimiliki orangtua atau kerabatnya, mereka berani maju mencalonkan diri sebagai kepala daerah entah apa. Maka bagaimana bisa tercipta masyarakat madani yang adil, makmur, dan mendapatkan ridlo Sang Ghofur?

Sayyidina Umar bin Khottob saking demikian hati-hati dan all out dalam memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada rakyat, ia sampai tidak pernah berani tidur di siang maupun malam hari. Suatu saat sampai Ia pernah berkata: "Kalau aku tidur di siang hari, maka aku menelantarkan rakyatku. Dan jika aku tidur di malam hari, aku menyia-nyiakan diriku sendiri (tidak shalat malam). Bagaimana bisa tertidur pada dua keadaan ini wahai Muawiyah?”.

Khalifah Umar takut jika ia tidur, ia akan menyia-nyiakan rakyatnya, bahkan jika saja ada seekor onta yang mati sia-sia sebab kelaparan tak diberi makan, ia takut dimintai pertanggung jawaban, karena masalah itu juga termasuk dalam lingkup yang menjadi tanggung jawabnya

Ia adalah pemimpin yang luar biasa, menderma baktikan seluruh yang ia miliki demi memakmurkan rakyatnya, bukan malah mengejar kedudukan demi menumpuk kekayaan seperti yang dilakukan orang jaman sekarang. Ia sering kali dengan ikhlas memantau secara langsung kondisi rakyat yang ia pimpin, bahkan tak segan jika ada warga miskin berkekurangan ia sendiri yang kemudian menggotong bantuan untuk didistribusikan. Bukan seperti para pemimpin sekarang yang melakukan blusukan hanya demi pencitraan. Atau bahkan menghadiri sidang penting tentang rakyat, justru malah ongkang-ongkang atau bahkan tidur terlelap.

Sayyidina Umar bin Abdul Aziz bahkan sampai membuat para istrinya menangis, sebab disodori pilihan antara menjadi istri tanpa mendapat perhatian atau diceraikan. Sebab begitu repotnya Sang Khalifah mengurus urusan rakyat, membuat ia tak sanggup jika harus memperhatikan urusan keluarga. Disuatu saat yang dingin, kala ia ingin mandi, pembantunya menyiapkan air panas baginya, setelah ia tahu bahwa air itu dimasak dari kayu bakar yang didapat dari simpanan negara ia dengan tegas menolak.

Kita mengenal seorang gubernur di zaman Sayyidina Umar bin Khottob, Said bin Amir al-Jumahi, sesosok yang hanya memiliki pakaian sepasang, yang bahkan dikala Sang Khalifah melihat daftar nama fakir miskin dari daerahnya, Ia terperanjat sebab satu nama yang baginya tak asing, Said Bin Amir. Lantas setelah ditanyakan ternyata benar, bahwa nama itu tidak lain adalah Sang Gubernur itu sendiri. Ya, Di hari-harinya seringkali ia tidak punya bahan makanan untuk ia masak

Maka jabatan dan pangkat, bukan sebuah kesempatan untuk menumpuk harta dan meraih predikat dan status sosial tinggi di masyarakat. Tapi hal itu adalah ujian untuk berkhidmah kepada umat sampai tulang punggung putus dan sekarat, sampai masyarakat merasakan kehadiran Sosok Umar ke-3, sosok pemimpin yang mampu mengantarkan rakyat menuju kesejahteraan kehidupan dan Ridlo Tuhan.

Akhirnya, kita hanya bisa berharap, semoga Indonesia, khususnya Kendal kedepan bisa mendapatkan pemimpin yang mampu mentransformasikan nilai-nilai yang indah dan ekselen dalam kehidupan, sosok yang mampu menjelmakan diri menjadi sosok Umar ke-3 bagi kehidupan. Ya, Kami merindukanmu, duhai Umar ke-3 ku...

Kaliwungu, 24 Juli 2015