Senin, 05 September 2016

*Kedengkian Yahudi Terhadap Rasulullah dan Hobi Mereka Dalam Memanipulasi Ayat*

Sebenarnya orang-orang Yahudi dan Nasrani telah mengerti siapa Rasulillah sebenarnya. Sebab mereka telah menemukan karakteristik diri Rasulillah seperti apa yang tertera di kitab mereka. Maka keengganan mereka dalam mengikuti ajaran Rasulillah bukan sebab tiada tahu, akan tetapi sebab penyakit kedengkian dan aniaya yang mereka idap. Bahkan sebenarnya, seperti dalam ayat al Quran, mereka mengenal Rasulillah layaknya mengenal anak-anak mereka sendiri.

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah :146)

Padahal dulu disaat Rasulillah sebelum hadir, orang-orang itu seringkali menceritakan karakter Rasulullah kepada anak-anak mereka, sehingga membuat anak-anak sampai begitu merindukan kehadiran Rasulillah.

Bahkan ada anak yang sampai enggan makan dan minum, hingga membuatnya demam. Maka bapaknya berusaha mengobati anaknya dengan menjemurnya dibawah terik matahari pagi. Disaat itu, ternyata datang seseorang, di perhatikannya orang itu lamat-lamat, Akhirnya ia menemukan bahwa ia adalah sosok yang berkarakter persis dengan yang selama ini diceritakan ayahnya. Sehingga ia seketika berteriak kencang, “Ini Rasulullah!”.
Sosok itu memang adalah Rasulullah. Akan tetapi bapaknya menimpali, “Bukan, bukan orang ini”. Anak tersebut tak percaya dengan kata-kata bapaknya, ia langsung menyambut Rasul dengan menyerukan Syahadat, “Asyhadu an lailaha illallah wa annaka Rasulullah!”. Tak lama selepas itu pada akhirnya anak itu meninggal dunia. Ya, ia meninggal dunia dengan mengantongi iman yang baru.

Ya, seseorang ketika mengidap penyakit dengki, ia akan terus berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh orang lain. Sampai nikmat itu betul-betul lenyap atau orang tersebut mati. Setiap kenikmatan akan menghadirkan orang yang dengki. Kullu dzi nikmatin mahsud.

Selain itu, Yahudi memang pihak yang amat suka menyembunyikan sebuah kebenaran, yang sebenarnya mereka telah ketahui hakikatnya.

Dulu ada seorang laki-laki Yahudi yang zina dengan seorang wanita. Mereka tidak meminta fatwa dari tokoh mereka justru ada yang menyarankan,

“Kau pergilah ke Nabi ini, ia akan memberimu keringanan, Jika ia memberikan fatwa dengan fatwa selain Rajam maka kita akan menerimanya, sehingga hal ini bisa dijadikan hujjah kelak disisi Allah.”

Mereka orang Yahudi memang mengakui bahwa Rasulillah membawa agama yang mudah, ringan, dan gampang. Tiada yang diberatkan. Namun bukan berarti bisa digampang-gampangkan seenaknya sendiri.

Maka Rasulillah demi ditanya tentang hukum bagi keduanya, beliau bertanya:

“Apa yang kau temukan di Taurat tentang hukum rajam?.”

“Tidak ada itu rajam, Kita menghukum pelaku zina dengan mengungkap kejelekkan mereka dimuka umum dan mereka di jilid.” Jawab mereka.

“Kau dusta, disana ada yang menjelaskan tentang rajam, datangkan Taurat dan buka!” kata Abdullah bin Salam, seorang Yahudi yang sudah masuk Islam.

Mereka pun menghadirkan taurat, seorang dari mereka menaruh tangannya pada ayat yang menjelaskan rajam, dan hanya membaca ayat sebelum dan sesudah itu.

“Heh, singkirkan tanganmu!” kata Bin Salam.

Ia pun mengangkat tangannya, sungguh disana ada ayat yang menjelaskan rajam.

Merekapun menyatakan: “Muhammad benar, disana ada ayat yang memerintah rajam. Maka Rasulillah memerintah keduanya agar dirajam.

Ya, orang-orang Yahudi memang seringkali dengan entengnya merubah ayat-ayat di dalam taurat demi mendapatkan segepok uang. Hal ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh oknum dai yang justru ada di pintu-pintu neraka, merekalah dai yang hobi menjual ayat-ayat Allah demi mendapatkan segepok uang dan kenikmatan dunia yang lain. Merubah hukum-hukum Allah untuk ditukar dengan dunia.

Dulu seorang Maiz bin Malik tetiba datang menemui Rasulillah. Ia adalah seorang yang pendek dan berotot, datang tanpa mengenakan surban. Ia sekonyong-konyong mengakui, bersaksi empat kali untuk dirinya sendiri, bahwa ia pernah berzina. Rasulillah menanggapi: “Ah kau barangkali cuma mencumbuinya atau cuma bermain mata dengannya, atau sekedar memandang wajahnya?”

“Tidak, demi Allah aku zina ya Rasulallah!”

Maka Rasulullah memerintah untuk merajamnya.

Kadang memang kita tiada menyukai sebuah hal, akan tetapi ternyata itulah yang baik bagi kita. Dan sebaliknya kadang kita suka dengan sebuah hal, namun Allah justru memberi hal lain yang tiada kita suka. Akan tetapi ternyata itulah yang terbaik bagi kita. Kita akan menemukan hikmah di setiap kejadian sebab Allah memberi apa yang baik bagi kita bukan yang kita inginkan.

Wallahu ta'ala a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar