Rabu, 21 Agustus 2013

Secoret Impian Bersama

Barangkali disudut waktu ini, aku ingin coretkan sedikit saja gumaman hatiku, yang kalau saja tidak pantas aku sampaikan, anggaplah bahwa aku hanyalah penyambung lisan, dari mereka orang-orang super, yang sholeh-sholeh lagi beriman... :)

Bagaimanapun, sebaik apapun sebuah hal, pasti akan ditemukan disana kecacatannya, ketidak sempurnaanya, selaras dengan ungkapan yang berbunyi 'nobody is perfect' takkan ada hal yang sempurna, dengan kata lain bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya sang pencipta semesta.

Lalu kini, kerap sekali ditemui, orang-orang yang dengan 'narsis'nya merasa diri paling hebat, merasa diri paling benar, paling alim, paing segalanya.

Sehingga dengan sikap kepedean yang 'luar biasa' itu, sering kali mengklaim lain pihak, lain orang dalam situasi dan sikap hidup yang salah, keliru, dll, terkait dengan pandangan keberagamaanya.

Padahal, kalau kita tahu, dalam suatu masalah saja akan ditemukan banyak sekali hadits dan nash-nash, yg lantas di interpretasikan oleh para ulama sehingga mampu menelurkan aneka rupa produk ijtihady dan istinbaty.

Artinya bahwa, diferensiasi dalam hal-hal itu sungguh sangat manusiawi, dan tak perlu lagi untuk dibincang ributkan.

Kala zaman sahabat saja, sudah kerapkali pandangan dalam mengambil keputusan, seringkali tidak hanya terdiri dari satu warna saja, bahkan wewarna itu selayaknya pelangi, yang meski beda, tetap menyatu lukiskan keindahan di bentang langit.

Semisal, dikala kanjeng nabi memerintahkan Bani Quraizhoh untuk tidak melaksanakan shalat Ashar kecuali setelah tiba didesa tempat tinggal mereka. Ternyata ditengah perjalanan, mereka terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu melaksanakan shalat Ashar, sementara kubu yang lain, mengakhirkannya sampai tiba ditempat tujuan.

Lantas apakah Nabi mengklaim satu kubu yang benar, tidak. Bahwa kedua belah kubu itu mendapatkan ridlo dari beliau. Artinya bahwa kedua kubu tersebut berpandangan dengan sudut pandang yang benar.

Jadi, tidak selayaknya kita memiliki pandangan bahwa kelompok kita lebih dari yang lain dan mengecap kelompok lain penuh dengan kesesatan, kekurangan.

Jangan sampai dengan gampangnya lisan ini mentafsiq, mentakfir, mentabdi, menganggap kelompok lain keliru. Inilah sikap yang kata ulama termasuk sikap ekstrim dalam beragama, tafrith dan ifroth.

Dikatakan bahwa seorang santri, kala semakin bertambah cerdas dan mengerti tentang ragam pendapat, semakin sedikit penjustifikasian 'keliru' pada masyarakat.

Pandanganku benar, mungkin saja masih memuat kesalahan, sebaliknya pandanganmu salah, tidak juga menutup kemungkinan memuat kebenaran.

Lebih dari itu, bahwa seharusnya sikap merasa diri ini 'sama' dalam keimanan, selalu dipupuk sedemikian rupa agar tumbuh dan berkembang sehingga diharapkan Ikatan universal dibawah langit agama akan tercipta. Sehingga nuansa Islam yang satu, yang menyatu, akan demikian membumi.

Ibarat sebuah tim sepak bola, kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda, katakan bahwa kelompok ini bertugas menyerang, kelompok yang lain ada yang bagian pertahanan, kiper, dst. Sehingga impian bersama, yakni terciptanya 'gol-gol indah' dalam hidup akan segera terealisasi.

Yakinlah, bahwa perbedaan bukanlah suatu penghalang untuk kita meraih kesuksesan itu, jika saja rasa 'sama' dalam temali-Nya senantiasa kita tumbuh-kembangkan bersama.

Semoga kan mengindah pada waktunya...tidak hanya menjadi secoret impian yang tak terwujudkan.

;pelataran noktah desember,18:12:2012 :D:):D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar