Selasa, 16 Agustus 2016

Bergembira Dengan Kesengsaraan Orang Lain

ﻋﻦ ﻭاﺛﻠﺔ ﺑﻦ اﻷﺳﻘﻊ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻻ ﺗﻈﻬﺮ اﻟﺸﻤﺎﺗﺔ ﻷﺧﻴﻚ ﻓﻴﺮﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻭﻳﺒﺘﻠﻴﻚ ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻏﺮﻳﺐ

Dari Wasilahilah bin al Asqo’ ia berkata, Rasullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Jangan Kau tampakkan kegembiraan sebab ujian yang menimpa musuhmu, Bisa jadi Allah akan mengasihi musuh itu dan menimpakan ujian kepadamu...

Dalam pergaulan selalu ada problem. Pada suatu saat barangkali akan terjadi permusuhan dengan sesama ikhwan walau kadang hanya karena hal sepele. Kadang orang yang sedang bermusuhan mendapat musibah. Secara alamiyah akan muncul rasa senang di hati kita. Ini termasuk bergembira di atas kesusahan orang lain. aHal seperti ini seringkali di istilahkan dengan term Syamatah. Jangan sampai menampakkan kesenangan ini apalagi jika sampai mengadakan “selametan”.

Kalaupun kita disakiti, bolehlah kita membalas dengan sarat 1 vs 1. Apabila lebih dari itu maka disebut AL I'TIDA' yakni berlebihan. Jika memungkinkan lebih baik lagi kalau mengikuti ajaran Islam yaitu dengan cara memaafkan. Lebih baik lagi kalau kita berbuat baik padanya. Dalam hikmah disebutkan : A'ti man Haromak. Beri orang yang menghalangimu.

Perbuatan yang melampaui bats ini akan mendapat sanksi langsung dari Alloh. Yang jadi masalah apakah kita merasa apa tidak.
“Kyai dirasani trus mbaca Hizib Nashor ? di jiwit mbales menthung ??. Kalaupun ada ujian berat, cukup bacakan Hizib Bukhori saja, jangan hizib Nashor yang berlevel tinggi.”

Pernah Syekh Ar Rifa'i membangun Zawiyah di atas tanah yang tidak bertuan. Ketika sudah besar dan ramai, tuan rumah memintanya. Beliau langsung memberikan pada empunya tanah. Justru dengan sikap ini membuat Alloh mengetuk pintu hati si pemilik tanah sehingga memberikan semua bangunan pada beliau.

“Dulu di NH ada seorang TU yang memanipulasi data sehingga kita dirugikan ratusan juta padahal kita sedang tidak punya uang. Ada yang ingin memenjarakannya. Akan tetapi saya tegaskan, biarkan saja, tak perlu ada yang “mangkel”. Pada akhirnya Allah yang mengganti dengan yang lebih baik.” Hasbunalloh Wani'mal Wakil.

Sikap syamatah ini bisa jadi justru menjadikan Alloh menolong musuh kita kemudian menimpakan ujian kepada kita. Maka yang lebih bijak adalah, kalau senang, sedang-sedang saja, kalau benci juga sedang-sedang saja kecuali pada Alloh dan Rosul-Nya (yang boleh berlebihan).

Kita selalu meminta jika mendapat musibah semoga tidak terlalu berat seperti doa yang diajarkan Rasululloh : "Allohumma inni A'udzubika min jahdil bala, wa darkisyaqo, wa suuilqodho , wa syamatatil a'adaa". Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ujian yang berat, kesialan, ketentuan yang jelek, dan kebahagiaan para musuh dengan ujian yang dirasakan. Doa ini harus selalu diulang-ulang agar muncul pencerahan. "Bi takrir Yahsulu taqrir, wa bitaqrir yah shulut tanwir".

Intinya adalah kita tak boleh memperlihatkan kegembiraan kita terhadap kesusahan yang dirasakan lawan. Dengan ungkapan-ungkapan seperti "kapok kon... kualat aku, mati ae kon...".

Wallahu ta'ala a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar