Rabu, 31 Agustus 2016

Jangan Sakiti Orang Lain Dengan Dudukmu

Termasuk dari adab dalam kehidupan adalah apa yang diajarkan oleh Rasulillah untuk bagaimana tidak mengambil alih tempat duduk orang lain.

Maka jika ada dua orang yang sedang asyik ngobrol berdua, jangan sampai seenaknya sendiri kita mengambil alih tempat duduk mereka. Hal itu sebuah hal yang dikatakan Rasulillah sebagai hal yang tak diperkenankan, atau merupakan hal yang tidak sepantasnya dilakukan. Dalam beberapa hadits disebutkan:

ﻻ ﻳﺠﻠﺲ ﺑﻴﻦ ﺭﺟﻠﻴﻦ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻬﻤﺎ
Tidak diperkenankan duduk di antara dua orang kecuali dengan izin keduanya.

ﻻ ﻳﺤﻞ ﻟﺮﺟﻞ ﺃﻥ ﻳﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ اﺛﻨﻴﻦ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻬﻤﺎ
Tidak sepantasnya bagi seorang memisah dua orang kecuali dengan izin keduanya.

Kita hidup adalah untuk menebar kebaikan kepada sesama bukan untuk memberangus hak yang dimiliki oleh orang lain. Maka ketika bersikap kita semestinya berusaha tidak membuat orang lain merasa tersinggung, menjaga perasaan orang lain. Bahkan seharusnya kita terus berusaha membuat senang orang lain.

Sebab hati dikala sudah terluka, ia akan sulit disembuhkan dengan kondisi layaknya semula. Dalam sebuah syair dikatakan:

ان القلوب اذا تنافر ودها # مثل الزجاجة كسرها لا يجبر
Jika hati sudah lepas kecintaannya, ia layaknya kaca yang pecahnya takkan bisa diperbaiki.

Cinta adalah tentang perasaan. Maka cinta takkan bisa dihalangi oleh tempat yang berjauhan. Ia akan mendekatkan dua hati yang raganya saling berjauhan. Hikmah menyatakan:

تباعدت الأشباح تقاربت الأرواح
Raga saling berjauhan namun ruh saling berdekatan. Atau dalam istilah kita, jauh dimata dekat dihati.

Akan tetapi jika cinta tak bersemayam di hati, meskipun raga terlihat bersama, hati takkan pernah merasa bersama. Hal ini yang di alami oleh orang yang didalam dirinya terdapat hijab hati, sehingga takkan mampu merasakan kehadiran Allah yang lebih dekat daripada urat nadi.

Hijab hati yang bersemayam pada diri orang kafir adalah memilih dunia dari pada akhirat, sementara yang di rasakan seorang muslim adalah mencintai dunia dan takut mati. Penyakit ini sangat umum diidap oleh generasi akhir zaman.

Generasi muslim seharusnya berusaha untuk menghidupkan hati dengan cara: mencari rizqi yang halal, menyediakan diri untuk ikut dalam majlis ilmu, dan terus berusaha mencari karib yang tiada motif apapun selain hanya karena Allah.

Sebab jika ketiga cara itu sudah benar-benar sulit untuk ditemukan, maka itu adalah sebuah tanda sudah dekatnya hari qiyamat.

Kembali ke pembahasan berkaitan adab, bahwa seseorang ketika duduk tidak masalah jika ia ingin duduk dengan posisi ihtiba' yakni duduk memeluk lutut dengan punggung kaki diikat surban. Akan tetapi hal itu dilakukan tidak ketika sedang menunggu shalat atau dikala mendengarkan khutbah.

Berkaitan dengan cara duduk, kita juga semestinya memperhatikan bagaimana adat daerah itu berlaku. Cara-cara duduk yang di anggap kurang sopan oleh adat setempat semestinya tidak kita lakukan.

Tidak diperkenankan pula duduk dengan gaya layaknya gaya duduknya Yahudi. Yakni duduk dengan cara meletakkan tangan kiri dibelakang punggung dan bersandar pada ujung tangan kanan. Seorang sahabat ditegur Rasulillah dikala melakukan duduk semacam itu.

Wallahu ta’ala a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar