Rabu, 28 Oktober 2015

DUNIA YANG MELENAKAN

Saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Abu Ubaidah ke Bahrain untuk mengambil pajak jizyah dari penduduk dzimmy daerah tersebut, tidak lama akhirnya ia berhasil mengambil pajak berupa harta benda yang demikian banyak lantas kembali menuju kota Madinah.

Ternyata kabar kedatangan Abu Ubaidah didengar oleh banyak kaum Anshar. Disaat itu mereka lalu berkumpul melaksanakan shalat fajar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Selepas shalat Rasulullah langsung bangkit akan menuju ke kediamannya tapi mereka kaum Anshar berusaha menghambur menghampiri beliau. Rasulullah paham dengan apa yang mereka inginkan. Saat itu beliau hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka, lantas bersabda: "Aku kira kalian telah mendengar kalau Abu Ubaidah pulang membawa sesuatu". Mereka kompak menjawab: "iya ya Rasulallah". Lantas beliau bersabda: "Berbahagialah dan tunggulah harapan yang bisa menyenangkan kalian, tapi demi Allah, aku sama sekali tak mengkhawatirkan kefakiran menimpa kalian. Yang aku khawatirkan adalah jika saja dunia dibentangkan untuk kalian seperti dunia dibentangkan untuk umat sebelum kalian, lalu kalian bersaing seperti mereka bersaing lantas kalian hancur seperti mereka hancur".

Dunia memang demikian menggiurkan, keindahannya memang seringkali membuat manusia kehilangan akal sehatnya, sehingga rela melakukan apa saja demi untuk menggapainya. Dunia memang hijau dan manis tapi keelokannya terkadang justru malah membuat manusia terperosok kedalam jurang kehancuran.

Dunia seringkali menghancurkan, seperti apa yang dialami oleh orang-orang jaman dahulu. Banyak dari mereka yang akhirnya harus rela hancur tersebab godaan dunia yang demikian melenakan seperti apa yang dialami oleh Bani Israel. Kaum yang merupakan keturunan Nabi Ya'qub itu, nyatanya harus terjerambab kedalam penyelewengan yang maha dahsyat hingga ke tingkat aqidah dan memunculkan agama Yahudi dan Nasrani yang menuhankan Uzair dan Isa. Apa kalau bukan godaan dunia yang melenakan yang akhirnya standar yang mereka lakukan adalah hawa nafsu. Menuruti keinginannya yang senantiasa memerintah kepada kejelekan.

Maka Rasulullah tidak sama sekali khawatir jika para sahabatnya harus menjalankan kehidupan dengan serba kekurangan. Sebab tarbiyah imaniyah yang ditancapkan oleh Nabi cukup untuk menangkal hal negatif yang seringkali muncul akibat kefaqiran. Yakni penggadaian agama dan keyakinan demi untuk sesuap nasi yang kini seringkali dijadikan cara bagi para misionaris untuk menggalakkan kristenisasi.

Yang dikhawatirkan oleh Sang Kinasih tidak lain adalah kala Allah ta'ala membentangkan dunia secara luas kepada mereka, sehingga membuat mereka berani melakukan apa saja agar mendapatkan pengakuan dan eksistensi dimata manusia. Bersaing secara tidak sehat, menghalalkan hal haram, melakukan cara-cara keji demi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan yang semua itu adalah hal yang lazim menimpa manusia yang hatinya telah terkotori oleh nafsu duniawi.

Dan sejarah nampaknya memutar kembali dirinya, kini kita melihat banyak dari kita yang mengidap penyakit wahn. Mencintai dunia dan takut mati. Kita seringkali terjebak pada cinta dunia yang berlebihan yang menyebabkan mata hati buta sehingga kita akan berusaha sedemikian rupa mendapatkan dan kemudian mempertahankan dunia yang sungguh melalaikan dengan cara apapun. Harta, tahta, wanita yang semua itu adalah dunia berhasil memporak-porandakan kejernihan akal pikiran dan hati manusia. Membuat manusia lalai dengan prinsip yang semestinya dipegangi.

Sebenarnya tak masalah jika kita mencintai dunia namun bukan demi kepentingan dunia namun untuk akhirat. Tapi seringkali kita masih mencintai dunia untuk dunia yang padahal dunia adalah satu hal yang telah disiapkan oleh Allah untuk kita, dan kita dicipta bukan untuknya melainkan untuk akhirat. Maka manusia hidup tiada lagi perlu gusar terkait masalah dunia, sebab hal itu telah disiapkan sendiri oleh Allah. Selama manusia hidup selama itu pula rizqinya dijamin olehAllah. Yang semestinya kita lakukan adalah menyiapkan perbekalan untuk melewatkan negeri akhirat dengan sukses, sebuah proyek yang demikian besar yang mesti kita pikirkan bagaimana cara merealisasikannya sehingga kita meraih kebahagiaan sejati.

Akhirnya semoga kita diberi Allah kemudahan dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, aamiin.

Rabu, 28 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar