Selasa, 13 Oktober 2015

MEMBANGKITKAN PESONA TAHUN BARU HIJRIYAH

img-20151013-211510.jpg

Aku ucapkan dari hati yang terdalam, selamat tahun baru hijriyah 1437 H. Kullu 'aam wa nahnu bilkhoirot wal barokat wal hasanat.

Malam ini, seluruh umat Islam semestinya merasa bahagia, sebab mereka menemui tahun baru miliknya yakni hijriyah. Namun sungguh, hanya segelintir saja manusia yang menyadari bahwa hari ini adalah hari bahagia, tahun baru Islam Hijriyah 1437. Kebanyakan dari mereka justru tak mengerti tentang hal ini, kadang ditanya tentang tahun baru hijriyah yang keberapa saja tiada bisa memberikan jawaban. Ya, seolah hari ini bukanlah hari yang spesial buat mereka. Malam ini kelihatan sepi, lebih meriah kala malam minggu tiba. Entah kenapa manusia jaman sekarang tiada lagi punya respect pada kalender miliknya sendiri. Meski aku sendiri juga kadang lebih mengerti dan lebih akrab menggunakan tanggal masehi ketimbang hijriyah. Sebuah keanehan yang entah.

Padahal jika direnungkan, ada sebuah nilai yang luar biasa dibalik pembuatan kalender Islam kala itu. Bahwa atas usulan Sayyidina Ali pada zaman kekhalifahan Sayyidina Umar Ibn Khottob, tercetuslah satu kesepakatan mengenai pembuatan kalender Islam yang berdasarkan peristiwa hijrah Rasulullah. Sebab hijrah dinilai merupakan tonggak berjayanya Islam dimuka bumi.

Ada nilai yang luar biasa dibalik peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah menuju Madinah. Nilai tentang pengorbanan apa saja yang dimiliki, nilai tentang perjuangan, nilai tentang komitmen iman, nilai tentang pembenahan niat, nilai tentang persaudaraan, dan nilai-nilai lain yang tak cukup diungkap hanya dengan deret tulisan.

Berjalan dari Makkah menuju Madinah, dengan kewaspadaan penuh terhadap kemungkinan serangan mendadak musuh bukanlah satu perkara mudah. Banyak dari mereka yang akhirnya nyaris buta ketika hampir sampai dikota Madinah sebab hembusan debu gurun pasir yang demikian menakutkan. Kehilangan rumah, sanak keluarga dan harta benda. Rela hidup di daerah yang benar-benar baru tanpa ada jaminan apa dan bagaimana. Maka Islam adalah tentang pengorbanan, tentang komitmen iman, tentang perjuangan tak kenal lelah. Bukan tentang hedonisme dan gaya hidup modern yang membuat orang cinta dunia dan takut mati.

Tapi sepertinya, kebanyakan kita telah menemukan kesenangan yang menurut kita lebih indah dan menjanjikan daripada mesti komitmen pada agama yang pahalanya saja tiada pernah ditampakkan.

Sepertinya mengisi malam minggu dengan gebetan akan lebih indah ketimbang melewatkan tahun baru Islam dengan mengkontemplasi spirit yang terkandung dalam peristiwa hijrah Sang Kinasih pilihan. Membaca doa akhir dan awal tahun kiranya tidak lebih memikat dari pada membaca rentet kata-kata gombal dari sang pacar.

Sepertinya menuliskan ucapan selamat tahun baru masehi dan natal lebih disukai ketimbang mengucapkan selamat tahun baru hijriyah.

Sepertinya melewatkan tahun baru Islam dengan refleksi dan harapan-harapan tidak lebih indah ketimbang melewatkan tahun baru masehi dengan suara-suara terompet dan petasan, juga nge-date bersama sang pacar.

Maka kaum muda yang sebenarnya sumber kekuatan Islam menjadi lemah, mereka terbelenggu gaya hidup barat yang katanya modern. Mereka seperti buih yang kelihatannya banyak namun ternyata kosong tanpa esensi. Mereka tanpa sadar telah dijauhkan dengan spirit Islam itu sendiri, sedikit demi sedikit jiwa-jiwa itu kehilangan ruh keislamannya sehingga lebih peduli dengan malam minggu daripada malam jum'at, lebih respect dengan malam tahun baru masehi ketimbang malam tahun baru hijriyah. Yang padahal kita mengerti bahwa minggu dan masehi sangat dekat sekali dengan ajaran nasrani. Maka menumbuhkan ruh yang mulai melemah adalah satu hal yang mesti bersama kita usahakan, membangkitkan pesona tahun baru hijriyah semestinya bisa kita ikhtiarkan.

Semoga tahun baru membawa spirit baru, spirit untuk menjadi manusia lebih bermanfaat, lebih bersemangat, lebih berani untuk berkorban. Semoga harapan-harapan yang kita patrikan malam ini dalam bentang peta hidup setahun kedepan dimudahkan-Nya dalam berkah dan kebaikan. Aamiin.

Wallahu yatawallal jami'a biriayatih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar