Jumat, 04 Maret 2016

Husnuzzhon Min Husnil Ibadah

Setiap hari kita berdoa selepas sholat, sebuah doa yang diajarkan Rasul untuk Sayyidina Muadz bin Jabal, sebuah bukti cinta Rasulullah kepadanya. Yakni doa, Allahumma ainni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik. Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah yang baik kepada-Mu.

Husnul ibadah adalah sebuah ibadah yang sesuai dengan aturannya, mengerti syarat, rukun adab-adab, agar sempurna ibadah yang kita lakukan. Tidak sekedar asal-asalan. Berusaha mengikhtiarkan sebuah ibadah yang memiliki nilai terbaik dimata Allah subhanahu wata’ala.

Kita mesti berusaha untuk terus husnuzzhon kepada orang-orang Muslim yang ahli berbuat baik, para wali Allah, orang-orang shaleh, dan ulama’-ulama’. Sebab para wali dan ulama sudah terkenal kebaikannya. Meski kita tiada kenal secara langsung dengan mereka, maka seharusnya kita tetap terus berprasangka baik kepada mereka. Jika mungkin ada pro kontra yang berkaitan dengan sosok itu, maka sebaiknya kita tidak perlu ikut campur kedalam, sebab pada akhirnya hanya akan memunculkan prasangka buruk kepada mereka.

Para walisongo yang memiliki jasa besar yang disumbangkan ditanah Jawa, membuat masyarakat berbondong-bondong berusaha mengenang dan membalas jasa dengan bentuk senangnya mereka berziarah di makam-makam para wali. Mereka langgeng dalam kebaikan, sehingga meski jasad telah terkubur tanah masih banyak doa-doa yang terpanjatkan, tsawab berkah dikais dan di pungut oleh banyak orang. Mereka memiliki posisi yang demikian mulya disisi Allah. Sampai jika ada seseorang menginginkan keburukan untuk mereka, Allah sendiri yang akan menghukum mereka, memerangi mereka. Allah mencintai mereka, maka kecintaan kita tiada akan benar-benar sejati sebelum kita seutuhnya mencintai orang-orang yang dicintai oleh Allah, seperti Rasulullah, keluarga, para sahabat, orang-orang shaleh, dan para ulama. Sebab mencintai seseorang berarti harus mencintai orang yang dicintainya. Seseorang yang berhusnuzzhon kepada muslim lain merupakan sebuah wujud ibadah, maka berarti husnuzzhon kepada orang terbaik adalah merupakan ibadah terbaik.

Kita juga mesti berprasangka baik kepada orang-orang Muslim secara umum. Jika didalamnya ada kelompok yang sesat, maka tugas kita adalah meluruskannya. Tidak kemudian berprasangka buruk begitu saja. Berkaitan dengan perbedaan pendapat ulama’, maka mesti dipahami bahwa hal itu adalah sebuah keluasan berfikir, tidak disikapi dengan kaku hingga memaksakan pendapatnya sendiri. Seperti terkait dengan azab kubur yang oleh sebagian kelompok dianggap tidak ada, sebab keterangan yang menyebutkan tentangnya hanyalah hadits ahad, , bukan dari al-Qur’an dan hadits mutawattir, yang menurut mereka tidak bisa dibuat dalil dalam masalah seurgen ghoybiyyat. Maka seperti ini tidak bisa serta merta kita menyematkan klaim kafir kepada mereka. Toh seorang muslim dengan kesalahan apapun, memiliki dosa besar kepada Allah sebesar apapun akan tetap mendapatkan kesempatan syafaat dari Rasulullah, mengentaskannya dari kobar api neraka. Sehingga kita semestinya terus berprasangka baik kepada mereka, tidak mudah mengklaim salah, menyatakan bid’ah, melabeli kafir, kepada orang-orang Muslim yang lain, yang hal ini menurut sebagian ulama juga termasuk husnul ibadah. Namun disisi lain, yang mengherankan adalah mengenai kelompok yang demikian lancar dan fasih hafalan al-Qur’annya, demikian pintar mengeluarkan dalil, tapi seringkali dikala bertemu dengan orang dari kelompok lain mencap salah dan bahkah kafir. Sebuah prasangka buruk yang demikian kejam dan tega yang di sematkan kepada kita. Padahal baik muqtashid, sabiq bil khoirot, atau zholim linafsih semuanya pada akhirnya akan dimasukkan ke surga oleh Allah subhanahu wata’ala.



"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."(Q.S. Al-Hujurat [49]: 12)

Semestinya kita juga selalu berusaha mengedepankan prasangka baik kepada seluruh kaum muslimin, baik secara personal atau secara umum. Seorang kyai yang pada suatu saat minum memakai tangan kiri, jangan langsung ditanggapi dengan komentar buruk, “kyai ga jelas!”. Bahkan Nabi Isa sampai memecat anggota Hawary yang berprasangka buruk kepada orang lain yang dulunya suka bermaksiat padahal dia sudah taubat. Penyakit Suuzhon dalam hidup membuat penderitanya tidak pernah bisa percaya dengan oang lain, sementara seburuk-buruk orang adalah mereka yang tidak pernah percaya dengan orang lain.

Berprasangka baik kepada Allah, juga dianggap sebagai ibadah yang baik. Entah apapun yang diberikan Allah kepada kita baik nikmat ataupun coba, semestinya kita terus berprasangka baik tentangnya. Seseorang ketika terkena ujian maka tidak bisa gegabah sampai menyalahkan Allah, semestinya dia husnuzzhon aka ada kebaikan dan surprise yang besar dari Allah selepas ujian itu. Bukankah antara nikmat dan coba masih banyak nikmat yang kita rasakan. Kadang seorang sakit, tapi dengan kondisi sehatnya masih lebih banyak sehatnya. Kadang pada suatu hari dompet kita kosong, rizqi seret, tapi bukankah dihari-hari yang lain masih lebih banyak lancarnya. Padahal jika saja seseorang, meski seorang ahli maksiat, masih memiliki harapan baik kepada Allah, berprasangka baik kepada-Nya, bisa jadi orang itu bisa meraih rahmat dari Allah azza wajalla.

Kita memang semestinya memiliki rasa takut kepada Allah, khawatir tentang keselamatan kita diakhirat, khawatir tentang amal kita, apakah diterima oleh Allah, tapi disisi lain kita semestinya juga memiliki harapan yang besar kepada Allah, harapan diraihnya rahmat dan maghfirah Allah melalui husnuzzhon yang besar kepada-Nya yang rahmat-Nya tak sanggup di hitung dengan angka, yang maghfirah-Nya bisa melebur sekian dosa-dosa.

Ya Allah Anugerahkan hati yang selalu husnuzzhon dengan apapun kebijakan-Mu, aamiin

Wallahu ta’ala a’lam
Semoga bermanfaat
Kamis, 25 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar